Serangan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) semakin banyak secara bertubi-tubi seiring semakin dekatnya
Pilkada DKI 2017. Bukan hanya serangan yang berbau SARA saja, namun juga
isu-isu yang beraroma fitnah untuk menjatuhkan kredibilitasnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) |
Salah satunya adalah terkait dengan isu reklamasi yang kini
tengah menjadi isu yang “sexy”, bagi para lawan-lawan politiknya untuk
menjatuhkan Sang Gubernur. Yang terbaru adalah peredaran video percakapan
antara dirinya dengan bos grup Artha Graha, Tommy Winata.
Terkait video tersebut, Ahok mengatakan bahwa video itu
berasal dari salah satu video yang diunggah ke YouTube Pemprov DKI.
⠀
"Itu enggak usah fitnah-fitnah ya. Kalian tahu ada
video Tommy Winata itu dari siapa? Itu dari mana upload-nya? Gua yang upload ke
YouTube," ujar Basuki atau Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan
Merdeka Selatan pada Selasa 6 September 2016.
⠀
Namun, video tersebut dipotong-potong dan diunggah ulang,
kemudian diberi judul seolah-olah ada fakta baru yang mencengangkan. Dalam
video tersebut, Tommy Winata membeberkan kekuatan militer yang dia miliki untuk
menjaga lahannya.
Selain itu, anak buahnya juga dibekali senjata yang siap
membunuh orang yang mengganggu lahannya. Tommy Winata juga siap bertanggung
jawab atas instruksinya itu.
Ahok mengatakan, dalam pertemuan itu, Tommy Winata sedang
mengajukan proposal untuk mengelola bakau di PIK. Tommy menjelaskan kemampuannya
dalam mengelola hutan bakau di Lampung.
Ahok mengatakan, Pemprov DKI belum memberi dia izin apa pun
terkait proposalnya. Sebab, Pemprov DKI masih sanggup mengelola hutan bakau di
Jakarta.
Ahok mengatakan, dia meng-upload video pertemuan tersebut ke
YouTube.
⠀
"Lalu orang potong-potong seolah-olah dia menemukan.
Seolah-olah dia temukan, Ahok sedang berbincang-bincang dengan Tommy Winata.
Nenek lu, temukan.... Gue yang kasih lu, tahu!" ujar Ahok.
Nampaknya, berpolitik secara santun bukan budaya Indonesia
sehingga fitnah pun “dilegalisasi” untuk menjatuhkan orang lain. Sungguh
memprihatinkan mental bangsa ini.
(Kompas)
No comments:
Post a Comment