Thursday, November 28, 2019

Mantan Ketua HTI Terangkan Kesesatan HTI dari Al Quran dan Hadits

Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang selama ini terkesan berambisi ingin mendirikan khilafah di Indonesia selalu mengklaim perjuangannya itu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, padahal sebenarnya landasan berpikir mereka adalah akalnya sendiri, adapun Al-Qur'an dan hadits hanya dijadikan sebagai alat (tameng) untuk memenuhi keinginan akalnya serta syahwat ingin berkuasa.



Pernyataan yang cukup menghebohkan ersebut disampaikan oleh mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah saat mengisi kegiatan 'Halaqah dan Bedah Buku Daulah Islamiyah' yang diprakarsai oleh Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Subang, Jawa Barat pada hari Sabtu 23 November 2019.. 

"Misalnya saja Hizbut Tahrir itu menolak hadits ahad, padahal dalam hadits ahad banyak mengandung ajaran akidah, contohnya tentang hadits syafaat nabi, siksa kubur, munculnya Dajjal, dan lain sebagainya," ujarnya di depan ratusan peserta yang hadir di aula Pesantren Pagelaran 3. 

Dalam kegiatan yang mengusung tema 'Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah' itu, Ayik menegaskan bahwa khilafah tidak perlu diterapkan di Indonesia karena Indonesia sudah masuk kategori Darul Islam yang di dalamnya dipimpin oleh orang Islam dan ada kebebasan serta dukungan penuh bagi umat Islam untuk menjalankan ibadahnya. "Bahkan di Indonesia, negara memfasilitasi dan melindungi umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah sesuai syariah," tandasnya. 

Ketua Pengurus Cabng Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandung ini pun juga memberikan klarifikasi untuk sebagian pihak yang menuding bahwa NU anti syariat Islam karena menolak sistem khilafah.

Menurutnya NU tidak mungkin menolak syariat Islam karena ruh NU sendiri adalah Islam. Lagipula, persoalan NU yang menerima PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) adalah bagian dari strategi NU untuk memberikan kebebasan bagi umat Islam Indonesia dalam menjalankan ibadah ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin secara merdeka tanpa perang, kekerasan, dan disintegrasi bangsa. 

"Sebagaimana ketika Rasulullah menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam, namun kenyataannya dari sanalah titik balik menyebarnya Islam tanpa perang dan senjata," jelas Ayik. 

Oleh karena itu, maka Ayik mengajak kepada para anggota dan simpatisan HTI yang selama ini banyak yang salah paham akan prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin untuk merapat kepada para kiai NU setempat agar bisa mengkaji ajaran Islam secara rutin sehingga bisa mendapat pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam, karena jika tidak rutin mengikuti kajian kiai NU tidak akan mendapat pemahaman tentang siyasah islamiyah. 

"Karena bab siyasah itu ada di akhir kitab, kalau di awal itu babnya taharah, shalat, zakat, haji, dan sebagainya, adapun bab siyasah ada di akhir kitab sehingga kalau ngajinya sekali dua kali tidak akan ketemu," bebernya. 

Sedangkan Ketua Lakpesdam NU Subang, Asep Alamsyah HD berharap kepada para peserta agar tetap istiqamah mengikuti ajaran Aswaja Annahdliyah sehingga tidak tergiur dengan ajakan dan propaganda berkedok agama yang disebarkan oleh HTI. 

"Mudah-mudahan para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," jelasnya. 

Dalam kegiatan diskusi panel ini, turut hadir pula penulis buku Daulah Islamiyah, Gus Muhammad Najih Arromadloni yang membeberkan konsep khilafah dalam tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/113913/mantan-ketua-hti-sebut-landasan-berpikir-hti-bukan-al-qur-an-dan-hadits-

Thursday, November 7, 2019

Novi Ingin Kuliah di Turki, Namun Malah Jadi Korban Bully

Seorang anak tukang bubur asal Kediri, Jawa Timur, kini menjadi perbincangan hangat dan korban bully di dunia maya khususnya di media sosial Twitter.

Anak tukang bubur tersebut bernama Nuryanti Novitasari atau akrab dengan nama sapaan Novi yang merupakan alumni SMA Negeri 5 Kediri lulusan tahun 2018.

anak tukang bubur ingin kuliah di turki


Sosok Novi menjadi viral karena dirinya membuka donasi daring di platform kitabisa.com dibantu Rumah Zakat dengan judul ‘Bantu Novi Mewujudkan Mimpinya Berkuliah’.

Dalam deskripsinya, Novi menceritakan bahwa ia telah mencoba peruntungan mengikuti berbagai macam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), mulai dari SNMPTN, PMDKPN hingga SPANPTKIN.

Namun sayang, nasib baik belum berpihak padanya. Ia masih belum lolos hingga akhirnya memilih untuk tidak berkuliah di tahun 2018.

Kegigihan Novi untuk masuk PTN masih diperjuangkan di tahun 2019.Akan tetapi, ia masih belum bisa masuk ke PTN dengan usahanya sendiri.

Meski begitu, rezeki Novi ternyata bukan di Indonesia.

Ketika ia dinyatakan tak lolos PTN, ia mencoba peruntungan kuliah di universitas Turki.

Pada Juli 2019, ia berhasil masuk di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Bisnis, Jurusan Bisnis, Kirklareli University, Turki.

Kendala tak segera usai, ia belum bisa berangkat ke Turki karena kendala biaya. Ayah Novi bekerja sebagai pedagang tukang bubur ayam keliling di Kediri dan Ibu Novi adalah ibu rumah tangga biasa.

Novi juga memiliki seorang adik laki-laki yang sekarang sedang duduk di sekolah dasar.

Dalam situs tersebut, disebutkan pula ia membutuhkan rincian dana kuliah, termasuk tiket pesawat dan visa untuk pelajar yang masing-masing seharga Rp 13 juta dan Rp 1 juta.

Kemudian, ada juga biaya kuliah yang dirinci mulai dari SPP Rp 800 ribu, biaya daftar uang Rp 1,5 juta dan biaya kuliah per semester Rp 6,4 juta.

Sementara, untuk biaya hidup, uang bulanan mencapai Rp 7,2 juta per tahun, sewa kos Rp 10,8 juta per tahun dan biaya transportasi Rp 6 juta per tahun. Apabila dijumlahkan secara keseluruhan maka biayanya mencapai Rp 46,7 juta.

Kisah ini pun mengundang perhatian warganet.

Sebagian besar menyayangkan mengapa Novi justru memilih melanjutkan studi di Turki daripada di dalam negeri, mengingat universitas yang dituju bukanlah universitas bergengsi.

“Menurut situs Webometrics, Kirklareli University berada di urutan 6000++ ranking universitas dunia.

Bahkan jauh di bawah ranking Top 100 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang berada di urutan 5000++ ranking dunia,” ujar akun @sukaskinker.

Akun tersebut juga mempertanyakan apa tidak sebaiknya Novi berkuliah di Indonesia saja, meski bukan di universitas ternama, tapi dengan biaya sebesar itu, Novi bisa masuk ke PT Top 100 di Indonesia.

Bahkan, biaya tersebut bisa untuk kuliah empat tahun di Indonesia.

Tak hanya itu, warganet bernama Fadlan Abu Ahla melalui akun Twitternya @vadlanisme juga memberikan saran untuk Novi agar kuliah di Indonesia saja.

Namun, jika Novi tetap bersikeras untuk kuliah di Turki, dirinya bisa mencoba beasiswa dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Turki atau Pemerintah Turki.

“Harusnya ikut beasiswa dari Pemerintah Turki atau dari Lembaga Turki yang ada di Indonesia. Kalau lewat jalur mandiri begini, gak usah jauh-jauh ke Turki, cukup ke BSI saja. Biaya gak terlalu mahal, bisa disiasati untuk ambil kelas karyawan. Jadi kuliah sambil kerja,” ucapnya.

Fadlan juga menceritakan dirinya sempat mengikuti seleksi beasiswa di Turki via pemerintah.

Menurut dia, seleksi itu cukup ketat, mulai dari pemberkasan hingga nilai TOEFL yang harus mencapai 500.

“Biasanya, beasiswa ke Turki gak full cover. Harus ada biaya yang kita bayarkan, seperti tiket pesawat. Lebih baik ikut LPDP, beasiswa dari pemerintah. Ambil jurusan yang bergengsi sekalian. Dengan syarat harus pintar,” tandasnya.

“Ada cara biar ke Turki gratis, yaitu dengan jadi hafidzah. Teman-temanku ikut program UICCI Sulaimaniyah, kalau dah hafal 30 Juz dikirim ke Turki, dibiayai seluruhnya oleh pemerintah,” tambah @asgardianpipel.

Warganet lain menduga, kisah Novi itu dibuat pihak tertentu di Indonesia.

Kasihan si Novi, karena cita-cita kuliah ke Turki kekurangan biaya, dibantu RZ pakai donasi kitabisa.com, malah kena serang netizen. Pasti sedih dia sekarang,” cuit akun Sujadi Jaya Hartono @Didit_ST.

“Menurutku, si RZ ini mau kuliahin si Novi ke luar negeri, tapi juga gak punya dana makanya ke kitabisa.com (yang mana itu juga salah),” tambah akun @myestrellapolar.

Friday, November 1, 2019

Lem Aibon Memanggil Sri Mulyani untuk "Reuni" Sekaligus Usut Anies

Sejarah nampaknya terus berulang sebagai akibat tak becusnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengurus anggaran sejak menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kini lagi-lagi lem Aibon "memanggil" Sri Mulyani.

Terjadilan "reuni" lagi antara Anies dan Sri Mulyani. Anies pasti gondok karena ada kenangan buruk ketika Menkeu mengintervensi ketidakbecusannya.



Sudah keluar dari Kabinet Jokowi dan menikmati masa bahagia eh gara-gara efek Lem Aibon akhirnya mempertemukan kembali Sri Mulyani yang sangat cerdas dan efisien serta tajam dalam menyisir anggaran. Setelah itu ujungnya berakhir tak bahagia alias tak enak bagi Anies, dirinya dipecat.

Ternyata penyakit lama Anies makin kronis. Dikasih kesempatan untuk menjabat sebagai Gubernur di DKI malah mengulangi kesalahan yang sama dan makin parah. Kali ini Menteri Sri Mulyani pasti sudah menyiapkan strategi dan jurus untuk mengatasi masalah jebolnya anggaran di DKI karena sudah hafal kelakuan si Anies, kolega lamanya di Kabinet Jokowi dulu.

Klarifikasi Pemprov malah jadi mencla-mencle soal anggaran fantastis lem Aibon senilai Rp 82 miliar dan Pulpen yang mencapai Rp 635 miliar. Demi pencitraan maka Anies bukannya membereskan tapi terus agresif menyalahkan pihak lain yang mempermasalahkan anggaran R-APBD itu.

Maksud Anies ya biarkan saja dalam senyap para pejabat DKI mengutak atik anggaran. Ternyata niat untuk diam-diam menggembosi anggaran itu tak direstui Tuhan.

Maka jurus sakti lempar kesalahan langsung dikeluarkan Anies. Tanpa henti Anies dan anak buahnya berkolaborasi tak kompak untuk ngeles anggaran. Modus untuk menutupi aibnya yang cacat tapi tak bakal mempan karena sudah kadung terendus dan viral.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak tinggal diam. Selaku bendahara negara yang memiliki kuasa mengatur anggaran, Sri Mulyani langsung berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri.

Kini dengan turun tangannya dua menteri ini membuktikan masalah manajemen anggaran DKI itu bukan lagi masalah yang bisa ditutupi atau dikecilkan dengan segala ngelesisasi dan ngibulisasi ala Anies dan pasukan bidadarinya.

"Kita nanti akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Dalam meningkatkan kualitas dari APBD," kata Sri Mulyani di Kantornya, Jumat 1 November 2019.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kualitas dari APBD. "Tentunya berbagai hal nanti akan dikoordinasikan bersama," terangnya.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga akan sharing kalau sudah mewanti-wanti dan beri peringatan keras soal jangan sampai ada pemborosan anggaran dan penyerapan anggaran yang harus sesuai target. Masalah di DKI itu saking kompleksnya sehingga tak bisa didiamkan lagi.

Mari analisis kenapa Bbu Sri Mulyani turun tangan dan apa yang bakal dilakukan beliau, ini menarik. Begini analisis penulis:

Pertama, bisa jadi kesabaran para menteri di Kabinet Jokowi khususnya di Kemenkeu dan Kemendagri sudah mulai habis. Pihaknya melihat masalah kronis yang terus berulang. Artinya Anies sudah diberi kepercayaan besar untuk membereskan masalah ini tapi malah kasusnya makin parah.

Kemendagri terpanggil untuk turun tangan karena ada instruksi pengelolaan APBD sendiri dari Pak Jokowi untuk tepat sasaran. Dari Menkeu agar ditingkatkan kualitasnya. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Degradasi pengelolaan APBD makin terang dan menyolok. Ini momen yang pas untuk mengintervensi semua siluman terutama bos siluman besar di DKI.

Kedua, Menteri Keuangan sudah hafal penyakit Anies yang membuat jebolnya anggaran secara maksimal. Adalah Menkeu yang turun tangan membereskan pemborosan anggaran yang jumlahnya trilyunan saat Anies jadi Mendikbud di era awal Pemerintahan Jokowi.

Jadi Pada APBN-P 2016, total dana anggaran tunjangan profesi guru sebesar Rp 69,7 triliun. Namun, setelah ditelusuri, Rp 23,3 triliun merupakan dana yang over budget atau berlebih. Sebab, dana anggaran guru yang tersertifikasi ternyata tidak sebanyak itu. Anies sebagai Mendikbud tak bertanggung jawab bahkan tak tahu apa-apa. Konyol kan sikap abai dan bahkan membiarkan pemborosan anggaran itu adalah sesuatu yang teramat fatal.

Ketiga, ini sekali lagi opini saya, kedua Kementrian baik Kemendgari dan Kemenkeu siapa tahu bisa memberi solusi yang cerdas untuk mengatasi problek menahun DKI.

Ini yang membuat penulis penasaran, kira-kira apa yang menjadi solusi maknyus dari Menkeu dan Mendagri untuk Gubernur yang keras kepala dan bersikukuh dengan gaya kepemimpinannya yang sangat longgar dan penuh keborosan soal anggaran.

Berharap supaya ada ada tindakan penyelamatan ke DKI karena pesta anggaran yang dihalalkan Anies makin parah. Anies makin mendegradasi dirinya tanpa rasa malu, diurusi oleh Menkeu saban ada jabatan karena bungulnya Anies yang tak ketulungan.

Sumber:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4768147/sri-mulyani-akan-turun-tangan-urus-anggaran-lem-aibon-anies

https://money.kompas.com/read/2019/11/01/115147126/heboh-anggaran-lem-aibon-sri-mulyani-bakal-bicara-dengan-kemendagri

https://money.kompas.com/read/2016/08/25/202326126/sri.mulyani.anggaran.tunjangan.profesi.guru.kelebihan.rp.23.3.triliun