Friday, July 15, 2022

Tepis Mitos di Masyarakat, Inilah Waktu Terbaik Mengisi Bensin di SPBU

Pertamina memberikan tips mengenai waktu terbaik untuk mengisi bensin bagi para pemilik kendaraan bermotor.

Selama ini beredar mitos di masyarakat bahwa waktu terbaik untuk mengisi bensin di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) adalah saat malam hari.

Anggapan bahwa malam hari dianggap sebagai waktu terbaik mengisi bensin di SPBU dibanding saat siang karena adanya sebuah asumsi.

Asumsinya adalah bahan bakar yang tersimpan di tangki BBM kendaraan bisa mengalami penguapan karena suhu panas terik matahari pada siang hari.

Karena hal tersebut, banyak masyarakat yang percaya jika menurunnya suhu pada malam hari membuat BBM menjadi menyusut atau lebih padat.

Volume bahan bakar yang masuk ke tangki BBM Kendaraan pun menjadi lebih banyak.

Terkait mitos malam hari adalah waktu terbaik mengisi bensin di SPBU, apakah anggapan tersebut benar?

Putut Andriatno Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga mengatakan bahwa BBM memiliki sifat mengikuti perubahan temperatur lingkungan sekitar.

Menurutnya penguapan tersebut memang benar adanya, namun untuk jumlah BBM yang menguap tidaklah banyak.

"Perbedaan suhu memang mempengaruhi kepadatan cairan (BBM), akan tetapi tidak terlalu mempengaruhi terhadap volume BBM," ujar Putut.

Sehingga untuk volume BBM yang didapat konsumen ketika mengisi di malam hari atau siang hari relatif sama.

Oleh karena itu, Putut menegaskan waktu yang tepat untuk mengisi BBM merupakan sesuai kebutuhan konsumen itu sendiri.

"Jadi tidak ada waktu terbaik untuk mengisi BBM, waktu terbaik adalah saat konsumen membutuhkan. Namun kalau ingin mendapatkan hasil optimal adalah pada saat subuh ketika mobil tangki baru datang dan selesai mengisi ulang. Waktu subuh ini adalah saat suhu udara masih sangat minimal sehingga volume bensin yang didapat bisa maksimal"

Selain minim dan tidak ada antrian, mengisi BBM saat dinihari merupakan waktu yang terbaik karena suhu udara masih sangat rendah sehingga penguapannya amat minim

Sebagai informasi, BBM yang dijual oleh Pertamina ada Premium yang memiliki nilai oktan 88, Pertalite dengan nilai oktan 90, Pertamax dengan nilai 92 dan Pertamax Turbo dengan nilai oktan 98.

Sementara untuk bahan bakar diesel yakni Solar, ada Pertamina Dex dengan nilai cetane 53, kemudian Dexlite 52 dan Bio Solar 48.

Sunday, July 10, 2022

Ini Sebab Puluhan Ribu Driver Ojol GrabBike Terancam Menganggur

Puluhan ribu pengemudi ojek online (ojol) GrabBike saat ini harap-harap cemas akan nasib mereka karena terancam kehilangan pekerjaan mereka.

Para driver ojol Grab di Thailand ini terancam akan kehilangan pekerjaan mereka karena pihak GrabThailand baru-baru ini menginfokan kabar tersebut, dimana jika kendaraan para driver GrabBike, yang tidak terdaftar sebagai angkutan umum dalam waktu 30 hari, akan dikeluarkan dari layanan aplikasi pada 15 Juli mendatang. Hal itu mengikuti perintah dari Departemen Perhubungan Darat (DLT) di sana.


Dikutip dari laman Bangkok Post, Senin (27/6/2022), Direktur Eksekutif GrabThailand, Worachat Luxkanalode, mengatakan hal ini tentu akan mempengaruhi puluhan ribu mitra pengemudinya.

"Jika lembaga negara gagal memberikan bantuan kepada puluhan ribu pengemudi GrabBike di Bangkok dan provinsi sekitarnya, para pengemudi ini akan dibiarkan dalam kesulitan tanpa pendapatan untuk memberi makan keluarga mereka," katanya.

Untuk itu, pihak Grabpun wajib menindaklanjuti permintaan DLT, agar pengemudi GrabBike harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) angkutan umum dan sepeda motor, agar mereka terdaftar. Selain itu, pengemudi juga diwajibkan memberikan pelayanan hanya di wilayah yang terdaftar DLT-nya, dengan tarif yang sama sesuai ketentuan DLT.

"Ini akan mempengaruhi ratusan ribu penumpang reguler, yang akan memiliki pilihan transportasi yang lebih terbatas," kata Worachat.

Worachat mengatakan pihaknya akan kembali bertemu dengan DLT Minggu ini, dan memintanya untuk mempertimbangkan cara-cara untuk mengurangi dampak terburuk tersebut.

Ngeri! Dirut Pertamina Beberkan Harga Asli Pertalite, Pertamax, Solar dan Elpiji Apabila Tidak Disubsidi

PT Pertamina (Persero) menyatakan, harga keekonomian produk bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji meningkat tajam, seiring dengan melonjaknya harga minyak dan gas (migas) dunia. 

Akibatnya, saat ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut menjual produk BBM dan elpiji dengan harga di bawah harga keekonomian, guna menjaga daya beli masyarakat. 


Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, harga produk BBM mulai dari Pertalite, Pertamax, hingga Solar, serta produk elpiji penugasan yang dijual Pertamina lebih rendah dari nilai keekonomiannya.

Untuk Pertalite, Nicke mengatakan, harga pasar saat ini adalah sebesar Rp 17.200 per liter, namun harga jual Pertamina masih tetap Rp 7.650 per liter. Dengan demikian, setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, pemerintah mensubsidi Rp 9.550 per liternya. 

Kemudian untuk Pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500 per liter. Padahal, untuk bensin dengan nomor oktan atau RON 92, kompetitor sudah menetapkan harga sekitar Rp 17.000 per liter, sebab secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp 17.950. 

"Kita masih menahan dengan harga Rp 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara," ujar Nicke, dalam keterangannya pada Sabtu (9/7/2022).

Dirut Pertamina, Nicke Widyawati

Sementara itu, per Juli 2022, harga keekonomian untuk Solar CN-48 atau Biosolar (B30) sebesar Rp 18.150 per liter, namun Pertamina masih menjual jenis BBM tersebut dengan harga Rp 5.150 per liter. 

"Jadi untuk setiap liter Solar, pemerintah membayar subsidi Rp 13.000," kata Nicke. 

Sedangkan untuk elpiji PSO sejak 2007 belum ada kenaikan, di mana harganya masih Rp 4.250 per kilogram, sementara harga pasar Rp 15.698 per kg. Dengan demikian, subsidi dari pemerintah adalah Rp 11.448 per kg. 

Cegah kelebihan kuota

Lebih lanjut Nicke menyebutkan, pemulihan ekonomi pasca pandemi telah berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat, sehingga tren penjualan BBM dan elpiji ikut naik. Bila tren ini terus berlanjut, maka diprediksi Pertalite dan Solar akan melebihi kuota yang ditetapkan Pemerintah. 

"Oleh karena itu, pemerintah sedang melakukan revisi dari Perpres No.191 tahun 2014, khususnya mengenai kriteria kendaraan yang berhak menggunakan BBM subsidi," katanya. 

Nicke menambahkan, Pertamina harus menjaga kuota BBM bersubsidi, agar tidak over kuota. Apalagi berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebanyak 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin hanya mengkonsumsi 20 persen BBM, tetapi 60 persen teratas mengkonsumsi 80 persen BBM Subsidi. 

"Pertamina harus memastikan bahwa BBM Subsidi dipergunakan oleh segmen masyarakat yang berhak dan kendaraan yang sesuai ketentuan," katanya. 

Sesuai Roadmap Pertamina, saat ini merupakan tahap pendaftaran dan pendataan yang berhak. Karenanya, mulai 1 Juli 2022, 

Pertamina membuka pendaftaran kendaraan bagi yang berhak mengkonsumsi BBM Bersubsidi. Pendaftaran dilakukan melalui tiga cara yakni Website subsiditepat.mypertamina.id, aplikasi MyPertamina, dan bisa datang langsung ke SPBU. Adapun implementasi selanjutnya akan mengacu pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah.

Jangan Asal Masuk isi Bensin, Ini Bedanya SPBU Pertamina Merah, Biru dan Hijau

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) milik Pertamina sekarang tidak cuma memiliki warna merah dan biru saja, kini juga ada yang berwarna hijau.

Ternyata perbedaannya enggak hanya dilihat dari warna SPBU saja, melainkan kelangkapan pelayanan juga.


Hal itu dijelaskan Unit Manager Communication, Relations & CSR Pemasaran, Eko Kristiawan.

Di Pasti Prima (biru) itu layanan Non Fuel Retailnya lebih lengkap seperti C-store, ATM, Food & Beverage, Auto Care dan LPG Outlet (Bright Gas). Kalau di Pasti Pas (merah) tidak selengkap itu," tutur Eko Kristiawan.

Nah, sekarang ini Pertamina baru mengoperasikan SPBU 'hijau', yang memiliki perbedaan dengan SPBU warna biru dan juga merah. SPBU hijau yang baru dioperasikan ini adalah SPBU berkonsep ramah lingkungan disebut dengan Green Energy Station (GES).

GES ini diluncurkan oleh PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading atau Pertamina Patra Niaga.

Berbeda dari SPBU biru dan merah, GES memakai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai salah satu sumber energi mandiri dan ramah lingkungan.

Selain itu, GES juga memiliki layanan yang tidak dimiliki oleh SPBU Pertamina berwarna biru dan merah.

Yakni adanya stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) atau charging station dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).

Menurut Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution, PLTS memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mengurangi polusi, efek rumah kaca, dan efisiensi biaya operasional SPBU.

"Untuk SPBU dengan kapasitas Solar PV 6.3 Kwp, rata-rata penghematan per bulannya sekitar 12,5 persen dari total penggunaan listrik untuk operasional," kata dia dalam keterangannya, Selasa (31/8/2021).

"Ini adalah dukungan kami untuk memperkuat dan mempercepat penyiapan ekosistem hilir kendaran bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia," jelas Alfian.

SPBU Pertamina tersebut sudah beroperasi di beberapa titik.

"Saat ini sudah tersedia lima charging station di SPBU Fatmawati II, SPBU MT Haryono, SPBU Lenteng Agung, SPBU Kuningan, dan SPBU Soekarno Hatta yang masih bisa dinikmati tanpa biaya," tambahnya.

GES saat ini tersebar di beberapa wilayah, yakni 3 titik di Lampung, 43 titik di Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, 13 titik di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, serta 17 titik di Jawa Timur. Jadi, pengguna mobil dan motor listrik dan hendak mengisi baterai, tinggal datang SPBU Pertamina 'GES'.