Tuesday, June 27, 2017

Ketika Bos IMF Paparkan Potensi Besar Indonesia Sembari Mengutip Ir. Soekarno Tentang Pembangunan

Indonesia adalah negara yang (dianggap) kaya raya namun tidak juga kunjung menjadi negara maju dan adidaya. Hal ini menjadi pertanyaan banyak kalangan tak terkecuali di luar negeri.

Walau dianggap negara yang kaya dan berlimpah sumber daya alam, masyarakat Indonesia masih merasa terhimpit oleh beban hidup. Seringkali terjadi demonstrasi meminta kenaikan gaji atau konflik buruh dengan majikan, Terlebih lagi kondisi perekonomian dunia secara global hingga saat ini masih lemah walaupun cenderung mengalami penguatan. 

Christine Lagarde Boss IMF
Christine Lagarde

Melemahnya perekonomian ini banyak dirasakan hampir semua negara di dunia. Indonesia pun tak luput dari imbas masalah global ini. Nilai tukar Rupiah naik turun dan cenderung melemah, serta banyak perusahaan yang gulung tikar dan apabila berusaha keras bertahan maka mau tidak mau harus melakukan PHK pada banyak karyawannya.

Kondisi Indonesia ini tak luput dari perhatian Direktur Operasional IMF, Christine Lagarde. Lagarde percaya bahwa Indonesia bisa melalui semua ini, karena.potensi besar yang dimiliki Indonesia.

Lagarde melihat bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) usia muda (usia produktif) di Indonesia jumlahnya amat besar. Jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan terus meningkat dan menjadi potensi yang tersimpan yang harus "diolah" untuk mencapai kemajuan. Kondisi ini berbeda dengan negara lain di kawasan ASEAN yang justru mengalami penurunan jumlah tenaga kerja usia produktif.

Lagarde mengingatkan bahwa pada tahun 2030 mendatang, 70% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 180 juta jiwa adalah usia produktif.

"Pada tahun 1930 Soekarno mengatakan 'Beri aku 1000 orang, aku akan pindahkan gunung. Tapi beri aku satu pemuda dan akan ku guncang dunia'. Ini potensi besar," kata Lagarde.

Lagarde menambahkan oleh karena memiliki SDM usia produktif yang tinggi, maka Indonesia memiliki peluang yang unik dibanding negara-negara lain.

Ada tiga langkah penting yang menurut Lagarde perlu dilakukan Indonesia untuk merealisasikan potensi tersebut.

Langkah yang pertama adalah pembangunan infrastruktur modern dan efisiensi, terutama listrik dan transportasi. Menurut Lagarde, kurangnya infrastruktur yang memadai membuat sektor lain tidak efisien.

Lagarde kemudian memberi contoh biaya logistik yang diperkirakan bisa mencapai lebih dari 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang biaya logistiknya hanya sebesar 13%. Belum lagi akses listrik bagi masyarakat Indonesia, menurut Lagarde belum menyeluruh bagi seluruh rakyat, baru sekitar 80% dibandingkan dengan Malaysia yang sudah 100%.

Meski demikian, Lagarde mengapresiasi pemerintah Indonesia yang sudah menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama.

Langkah kedua yang perlu diperbaiki pemerintah adalah iklim investasi. Lagarde menilai, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif. Lagarde pun mencontohkan Jepang, China dan Korea sebagai negara yang mampu bersaing dalam hal produksi barang dan jasa.

Kebijakan perdagangan internasional yang mendukung proses integrasi ekonomi menjadi langkah ketiga yang disarankan Lagarde. Wanita pertama yang menduduki posisi kunci di IMF ini menilai, potensi besar Indonesia bukan hanya pasar domestik, tetapi tetapi juga pasar global dengan 1,5 miliar konsumen.

Lagarde pun mengingatkan Indonesia agar segera memperkuat daya saingnya karena sudah diberlakukan MEA.
(dari berbagai sumber)

Monday, June 26, 2017

Ketika Bung Karno Memilih Bra Untuk Istrinya Kala Kunjungan Kenegaraan Ke Amerika Serikat

Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia mempunyai banyak kisah menarik seputar kehidupannya yang selalu membuat banyak orang penasaran. Banyak sekali cerita menarik seputar Bung Karno, demikian ia disapa, yang tidak banyak diketahui publik.

Salah satu dari banyak kisah menarik tentangnya adalah mengenai para wanita, dalam hal ini istri-istrinya. Sudah bukan rahasia lagi kalau si Bung Besar ini amat memikat wanita baik lokal maupun asing.

Nah, berikut ini adalah salah satu kisah Bung Karno terkait istrinya, Fatmawati, kala ia melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat pada tahun 1956.

Bung Karno dan Fatmawati
Bung Karno dan Fatmawati bersama anak sulung mereka, Guntur Soekarnoputra (photo. Bintang)

Sudah menjadi kelaziman di negara manapun sebagai bentuk penghormatan kepada Kepala Negara asing yang berkunjung, Pejabat negara yang bersangkutan mengajak tamunya untuk menikmati keindahan negerinya.

Nah, pejabat yang berkepentingan di AS mengajak Bung Karno untuk menikmati keindahan dan keramaian kota-kota yang ada di Amerika. Bukan hanya itu saja, Bung Karno pun juga diajak berpelesir ke tempat wisata terbaik di Amerika. 

Dalam kesempatan ini, Bung Karno diantar dan ditemani oleh janda raja film yang saat itu paling beken di Hollywood, Ny. Eric Johnson untuk mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan terkenal di negara bagian California.

Saat diantar berbelanja itu mendadak, Sang Presiden teringat akan pesan istrinya, Fatmawati yang sangat ingin dibelikan pakaian dalam yakni sebuah Breast Holder (BH/bra). Bersama dengan Nyonya Johnson, Bung Karno pun berjalan ke gerai pakaian dalam. Namun saat sampai di gerai pakaian dalam wanita yang dimaksud, Bung Karno mendadak terdiam karena kebingungan.

Walaupun kondang sebagai orang yang auranya mampu membuat para wanita langsung terpesona, ia tetap saja bingung bagaimana harus mengatakan keinginannya untuk membeli bra tersebut. Akhirnya, di saat suasana hening. Ia pun memberanikan diri mengatakannya kepada Nyonya Johnson. "Bolehkah saya lihat salah satu mangkok daging yang terbuat dari satin hitam itu?" katanya.

Karena ketidaktahuan Bung Karno, wajah Nyonya Johnson pun memerah karena sedikit merasa malu. "Bayangkan aku menyebut benda itu mangkuk daging," kenang Soekarno dalam buku biografinya.

Setelah kejadian itu, para pramuniaga mengerti maksud dari Bung Karno. Tak lama kemudian, para pramuniaga pun datang untuk mengambilkan beberapa model bra yang mungkin disukai oleh Bung Karno. Namun bukannya sumringah, sang Proklamator ini malahan semakin kebingungan. Nampaknya ia lupa menanyakan ukuran bra kepada istrinya, Fatmawati.

Bung Karno pun kembali berbisik kepada Nyonya Johnson, "Apakah bisa dikumpulkan ke sini semua gadis penjual (maksudnya: para pramuniaga), agar saya bisa menentukan ukurannya."

Akhirnya datanglah beberapa pramuniaga seperti layaknya sebuah peragaan busana. Dalam "parade" tersebut tidak dijelaskan apakah pramuniaga harus berjalan membungkuk atau tidak. Setelah pramuniaga itu berbaris, dengan hati-hati Bung Karno meneliti mereka dengan cermat.

"Tidak, engkau terlalu kecil.. Oh, engkau terlalu besar..." kata Bung Karno. Hingga pada akhirnya Bung Karno menunjuk seorang wanita dan berkata, "Ya.. engkau cocok sekali. Saya akan mengambil ukuranmu, please!".


Karena kejadian tersebut, Bung Karno tertawa terpingkal-pingkal apabila mengingatnya. Ia lihai juga dalam urusan yang satu ini. Dia pun tahu cara mengambil hati para istrinya dengan memberi hadiah kejutan. Di sisi lain, ia pun sosok yang humoris.
(Bung Karno: Biografi Putra Sang Fajar, 2016)

Sunday, June 25, 2017

Anaknya Tewas Dalam Perang Di Suriah, WNI Ini Malah Bilang: "Anak Saya Bukan ISIS, Tapi Al Qaeda"

Apabila keluarga para terduga radikalisme dan terorisme selalu tertutup mengenai aktivitas anggota keluarganya, maka tidak demikian dengan Abu Muhammad Jibril Abdurrachman.

Wakil Amir Majelis Mujahidin yang lebih dikenal dengan nama Abu Jibril ini bahkan terang-terangan menyatakan bahwa anaknya berjihad di negara lain.

Ridwan Abdul Hayyi alias Abu Umar
Ridwan Abdul Hayyi alias Abu Umar bin Abu Jibril (photo: Okezone)

Abu Jibril menjelaskan bahwa anaknya, Ridwan Abdul Hayyi alias Abu Umar Warga Negara Indonesia (WNI) yang tewas tertembak tank pasukan Suriah di Kota Idlib, tidak bergabung dengan kelompok radikal Islamic State of Irak and Syiria (ISIS) di Suriah.

Namun Abu Jibril, mengakui anaknya tersebut untuk memerangi pasukan pemerintah Suriah, bergabung dengan kelompok Al Qaeda.

"Anak saya tujuh bulan lalu berangkat (Suriah), membantu kaum muslimin di Suriah. Dia bergabung dengan Al Qaeda untuk memberantas Syiah," ungkap Abu Jibril, Jumat 27 Maret 2015.

Abu Jibril menjelaskan lebih lanjut bahwa saat Ridwan tiba di Suriah, ISIS belum ada di Suriah. Namun, dia tidak mengetahui bagaimana caranya Abu Umar bisa bergabung kedalam Al Qaeda.


"Pada saat itu belum ada ISIS di Suriah, anak kami ikut kelompok Al Qaeda. Dia awalnya membawa bendera MMI, karena belum menemukan ISIS, anak saya bergabung dengan Al Qaeda," pungkasnya.

Duh, makin ngeri saja. Benarkah anak beliau bukan ISIS?

Ini Penyebab Soeharto Ikut NU Menurut Gus Dur

Di masa pemerintahan Orde Baru, KH. Abdurrachman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu tokoh yang berani mengkritik pemerintahan Soeharto secara tegas dan cerdas. Namun, tidak seperti para politikus di era sekarang yang penuh kepura-puraan, walau sering berseberangan dalam pandangan politik, Gus Dur dan Soeharto tetap intens saling menjaga ikatan tali silaturahmi.

Salah satu foto yang menunjukkan keakraban Gus Dur dan (mantan) Presiden Soeharto walau mereka bersebrangan secara politik. Gus Dur sering melontarkan kritik pedas namun cerdas dan santun. Suatu hal yang tidak dimiliki oleh elite politik saat ini. (photo: Pepnews)

Mereka saling mengundang dalam berbagai kesempatan, dan tidak sekalipun undangan salah satu dari mereka pernah diingkari. Ada beberapa hal menarik seputar silaturahmi kedua tokoh besar yang pernah dimiliki Republik Indonesia ini.

Salah satunya seperti yang tertuang dalam buku 'Ngakak Bareng Gus Dur' karya Muhammad Wahab Hasbullah (Penerbit Insania Yogyakarta, 2010).

Pada suatu waktu, Gus Dur diundang oleh Soeharto untuk berbuka puasa bersama di kediamannya di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Gus Dur pun datang ke kediaman Soeharto ditemani oleh Kyai Asrowi. Setelah buka puasa dan salat magrib berjamaah. Kemudian dilanjut minum kopi, minum teh, dan makan-makan santai, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus Dur.

Soeharto: Gus Dur sampai malam kan di sini?

Gus Dur: Enggak pak! Saya harus segera pergi ke tempat yang lain.

Soeharto: Oh, iya ya ya.... silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini, ya?

Gus Dur : Oh, Iya Pak! Tapi harus ada penjelasan.

Soeharto: Penjelasan apa?

Gus Dur: Shalat tarawihnya nanti itu 'ngikutin' NU lama atau NU baru?

Mendengar ucapan Gus Dur itu, karuan saja Soeharto jadi bingung. Baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan NU baru. Oleh karena itu, kemudian Soeharto bertanya kepada Gus Dur.

Soeharto: Lho, NU Lama dengan NU baru apa bedanya?

Gus Dur: Kalau NU lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat.

Soeharto: Oh Iya..ya.. gak apa-apa.

Gus Dur sementara diam tak lagi berbicara. Sejurus kemudian Suoharto bertanya lagi.

Soeharto: Lha, kalau NU baru bagaimana?

Gus Dur: Diskon 60 persen! Hahaha... jadi shalat tarawih dan witirnya cuma tinggal 11 rakaat.

Kontan saja jawaban Gus Dur membuat Soeharto dan semua orang yang ada di sekitarnya ngakak mendengar dialog itu.


Soeharto: Ya sudah, saya ikut NU baru saja, pinggang saya sakit. 

Hahahaha.
(Ngakak Bareng Gus Dur)