Saturday, June 4, 2022

Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Pabrik Bayi. Human Trafficking Legal?

Nama Ukraina sebelumnya hanya dikenal oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia khususnya yang gila sepakbola karena nama Andriy Shevchenko, yang merupakan pesepakbola legendaris asal Ukraina yang malang melintang dengan segudang prestasi. 

Namun, nama Ukraina mulai banyak dikenal luas publik karena diinvasi Rusia. 

Sebelum diserbu Rusia, Ukraina sejatinya sudah menderita banyak korban dalam konflik dengan pemberontak yang didukung Rusia di timur. Alih-alih mendekat ke masa damai, negara ini semakin dekat ke ambang kehancuran setelah terus menerus dibombardir tentara Rusia. 

Negara itu juga dikenal sebagai salah satu negara paling miskin di Benua Eropa. Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapitanya, bahkan masih kalah daripada Indonesia. Dikutip dari data Bank Dunia, PDB per kapita Ukraina adalah hanyalah sebesar 3.724 dollar AS atau setara dengan Rp 53.380.000 (kurs Rp14.300). 

Padahal, wanita Ukraina dikenal cantik-cantik (gambar hanya ilustras)


Sementara PDB perkapita Indonesia terbaru adalah 3.868 dollar AS atau Rp 55.459.000. Jika menggunakan patokan PDB per kapita, Ukraina memang berada di urutan pertama sebagai negara Eropa paling miskin. 

Sementara di urutan kedua negara Eropa paling miskin adalah Georgia dengan PDB per kapita sebesar 4.290. Meski PDB per kapita rendah, biaya hidup di Ukraina relatif lebih murah dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. 

Bisnis surogasi Ukraina 

Karena terdesak oleh alasan ekonomi, banyak masyarakat di Ukraina bergantung pada bisnis surogasi. Bisnis surogasi adalah meminjamkan rahim untuk membesarkan janin milik orang lain. 

Setiap tahunnya, ada ribuan perempuan Ukraina menjadi ibu pengganti. Mereka memperbolehkan rahimnya dipakai untuk membesarkan janin milik pasangan lain, dengan imbalan tentunya. 

Surogasi semakin populer dari tahun ke tahun. Di negara-negara maju seperti Eropa Barat, banyak pasangan yang ingin memiliki anak kandung namun enggan direpotkan dengan masa kehamilan. 

Mengutip dari Aljazeera, Ukraina sudah sejak beberapa dekade dikenal sebagai pusat pabrik bayi, istilah lain untuk bisnis surogasi. Bahkan, ada sejumlah perusahaan Ukraina yang secara resmi menjadi perantara maupun tindakan medis untuk layanan surogasi. 

Puluhan bayi hasil surrogasi "terperangkap" di ruang bawah sebuah apartemen di Kiev akibat invasi Rusia. Bayi-bayi ini dirawat oleh pengasuh yang ditunjuk oleh perusahaan

Salah satu perusahaan penyedia jasa perantara surogasi paling terkenal di Ukraina adalah BioTexCom. Perusahaan ini menawarkan layanan surogasi dengan paket paling rendah senilai 11.000 dollar AS atau sekitar Rp 158 juta untuk satu kali kehamilan. 

Selain biaya di atas, pengguna jasa juga harus membayarkan biaya atau juga disebut upah sebesar 250 dollar AS atau Rp 3,6 juta per bulan selama masa kehamilan, di mana uang tersebut bisa dibayarkan langsung ke perempuan Ukraina yang merelakan rahimnya digunakan untuk mengandung bayi. 

“Perusahaan berjanji mereka akan merawat saya dengan sangat baik. Itu keputusan yang mudah dan suami saya langsung setuju,” kata Alina, salah satu wanita Ukraina yang menyetujui rahimnya dipakai demi uang. 

Alina sendiri memutuskan untuk menjadi ibu pengganti sejak tahun 2016 karena tuntutan ekonomi. Wanita asal Kharkiv ini mengaku, pendapatannya sebagai penata rambut tidak mencukupi. 

"Menjadi ibu pengganti adalah pilihan terakhir. Sulit untuk menemukan pekerjaan dengan gaji tinggi di Ukraina," ujar Alina. 

"Sementara saya ingin merenovasi rumah dan menyisihkan uang untuk persiapan membiayai kuliah putra saya. Ini (biaya kuliah) sangat mahal. Orang tua saya dulu tidak memiliki cukup uang, dan inilah cara saya agar putra saya mendapatkan pendidikan yang lebih baik," sambungnya. 

Bisnis legal Ukraina telah menjadi tujuan yang semakin populer bagi pasangan asing yang mencari layanan surogasi dengan harga yang terjangkau, terutama sejak negara itu menjadikannya bisnis yang legal pada tahun 2002. 

Biaya paket rata-rata surogasi sekitar 30.000 dollar AS, dibandingkan dengan harga layanan surogasi di Amerika Serikat yang mencapai 120.000 dollar AS. 

Permintaan penggunaan rahim ibu pengganti di Ukraina juga telah melonjak sejak 2015 ketika Thailand, India, dan Nepal melarang bisnis ini dengan alasan eksploitasi perempuan. Sementara itu, sejauh ini, Kementerian Kesehatan Ukraina juga tidak dapat memberikan data pasti tentang jumlah ibu pengganti di negaranya. 

Menurut Sergii Antonov, seorang pengacara di Ibukota Kiev yang mengkhususkan diri dalam bidang medis dan reproduksi, menyebutkan antara 2.000 dan 2.500 anak-anak lahir melalui surogasi di Ukraina setiap tahun, dengan hampir setengahnya melalui BioTexCom. 

Kondisi buruk Alina mengatakan, kondisi ibu pengganti sangat buruk. Dia mengatakan BioTexCom menempatkan dia di sebuah apartemen kecil selama 32 minggu kehamilannya dengan empat wanita lain, di mana dia dipaksa untuk berbagi tempat tidur dengan ibu pengganti lainnya. 

“Kami semua sangat stres. Sebagian besar perempuan berasal dari desa kecil dan berada dalam situasi putus asa,” katanya. 

“Kami menghabiskan minggu pertama hanya berbaring, menangis. Kami tidak bisa makan. Ini adalah situasi yang umum untuk pengganti," ujarnya lagi. 

Alina mengatakan supervisor BioTexCom akan mengunjungi apartemen hampir setiap hari untuk memeriksa sang ibu maupun janinnya. Alina dan para ibu pengganti diizinkan keluar apartemen, namun harus pulang pada sore harinya. 

“Jika kami tidak pulang setelah jam 4 sore, kami bisa didenda 100 euro. Kami juga diancam dengan denda jika ada di antara kami yang secara terbuka mengkritik perusahaan, atau berkomunikasi langsung dengan orang tua kandung," ucap Alina.

No comments:

Post a Comment