Dengan semakin dekatnya Pilkada DKI Jakarta 2017, makin
banyak saja usaha-usaha untuk membuat situasi tidak kondusif.
Hal ini tercermin ketika Wali Kota Jakarta Barat Anas
Effendi memanggil pihak-pihak terkait untuk rapat dan meluruskan masalah yang
membuat dirinya dimarahi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
pada hari Kamis 22 September 2016 lalu.
Walikota Jakarta Barat Anas Effendi (tengah, duduk berkacamata) saat menggelar rapat di kantornya untuk membahas aduan warga pada Jumat 23 September 2016 (foto: Kompas) |
Pada hari Kamis pagi itu, Ahok menelepon Anas dari Balai
Kota di hadapan para wartawan dan warga. Ia memarahi Anas karena menerima dua
aduan warga Jakarta Barat soal tanah. "Eh Pak Wali, kamu bongkar-bongkar
rumah orang, salah alamat lagi. Ini ada pengaduan. Saya lihat kamu ngaco. Nanti
urus sama orang saya ini, tanyain sama dia yang mana (masalahnya). Sertifikatnya
di mana, yang dibongkar di mana. Jangan jadi centeng-centeng orang lu,"
kata Ahok saat itu.
Dalam rapat di Kantor Walikota Jakarta Barat, pada Jumat
sore 23 September 2016, Ketua RT 05 RW 04 Krendang Utara, Jakarta Barat, Muhammad
Iqbal diminta menjelaskan riwayat nama jalan dan tanah itu untuk
mengklarifikasi dan meluruskan masalah dimana Walikota Anas dituduh salah
alamat saat menertibkan rumah seorang warga bernama Andre di Jalan Krendang
Utara berdasarkan sertifikat di Jalan Krendang Indah.
Atas masalah ini, Iqbal menjelaskan riwayat Jalan Krendang
Indah namanya sering berganti-ganti hingga kini bernama Jalan Krendang Utara. Setelah
itu, Iqbal kemudian membahas soal warga bernama Andre tersebut.
"Nah anaknya Arief Sukri yang tinggal di situ (Andre).
Anaknya itu dia sarap, dia gila, dia seenaknya aja kalau bicara begitu,"
kata Iqbal. Mendengar penuturan Iqbal tersebut, para peserta rapat pun tertawa,
padahal Iqbal serius saat melontarkan pernyataan tersebut.
Kemudian Iqbal menjelaskan bahwa bangunan yang ditertibkan
itu adalah rumah Andre sekaligus toko obat miliknya. Iqbal menuding Andre biasa
menjual obat yang membuat orang bisa mabuk.
"Begitu apoteknya dibongkar dia masih jualan pakai
mobil di situ, berbagai jenis obatnya. Sarap dia jual obat penenang. Ternyata
orangnya ‘konslet’" tutur Iqbal. Tak pelak para peserta rapat pun kembali
tertawa. Para tetangga juga sering melaporkan Andre karena sering membawa
tamu-tamu yang meresahkan dan membuat keributan.
Anas yang ikut tertawa saat mendengar cerita Iqbal kini pun
tak ambil pusing dengan omelan Ahok kepada dirinya karena baginya akar
permasalahannya sudah jelas dan lurus.
"Mengenai pemberitaan yang merugikan saya dengan adanya
ini udah lurus aja, kita ibadah aja lah. Kalau kita dizalimi ditanggung sama
yang menzolimi. Apalagi tadi menurut Pak RT ada gangguan sedikit bahwa dia
terganggu," kata Anas.
Kemarahan Ahok ini sebenarnya tidak salah sasaran, karena memang di Jakarta sering sekali nama jalan diganti secara serampangan dan tida tertib prosedural. Seperti misalnya di Jakarta Selatan nama Jalan Taman Gandaria yang sudah "paten" selama bertahun-tahun sejak era Orde Baru diganti menjadi Jalan KH Syafii Hadzami sehingga membingungkan
Seyogyanya, penamaan sebuah jalan agar lain kali melalui prosedur yang transparan sehingga tidak timbul konflik.
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment