Wednesday, November 2, 2016

Peluru Tajam Bakal Diturunkan Untuk Amankan Demo 4 November 2016 dan Pandangan Ketua MPR

Rencana demo besar-besaran soal penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dimotori oleh Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab pada 4 November 2016, tidak ditanggapi sebelah mata oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Berkenaan dengan rencana Kapolri Jenderal Tito Karnavian meminta kepada seluruh personel Brigade Mobil (Brimob) untuk menyiapkan fisik dan psikis terkait pengamanan demo besar-besaran ini.

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab

Walau menurutnya situasi bakalan genting, namun ia mengingatkan agar aparat yang bertugas bisa mengontrol tekanan dan emosi serta membatasi penggunaan senjata dalam pengamanan. Apabila terpaksa menggunakan senjata, maka hal tersebut harus berdasarkan perintah.

"Penggunaan kekerasan dengan peluru tajam harus dibatasi hanya perintah tertentu saja," kata Tito Karnavian di Markas Komando Brigade Mobil Kelapa Dua Depok ,Jawa Barat, pada hari Senin 31 Oktober 2016.

Tito secara tegas meminta kepada seluruh jajaran Polri agar bisa menjaga kekompakan dan soliditas di internal Polri, agar tidak terjadi perpecahan dan kesalahan komunikasi dengan sesama rekan yang bertugas atau atasan dan bawahan. "Komando harus jelas, enggak boleh masing-masing terjemahkan sendiri," ujar Tito dengan nada tegas.

Namun bukan hanya diperlukan kekompakan dan kesolidan internal Polri, melainkan juga harus menjalin komunikasi dan kerjasama yang lancar dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam melakukan pengamanan.

"Bangun juga hubungan satuan wilayah, koordinasi dengan baik jangan salah koordinasi dengan teman dan komandan. Jangan diantara kita ribut di satuan Brimob dengan satuan wilayah ribut, jangan sampai terjadi," katanya.

Tito dalam kesempatan ini juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi dan komunikasi yang intens dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk keperluan pengamanan demo massal ini.

"TNI satuan kawan kita. Perlakukan TNI sebagai saudara, kerjasama untuk mempertahankan NKRI," ujarnya menegaskan.

Sebelumnya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan ikut mananggapi rencana demo ini.

Zulkifli mengaku menyesalkan munculnya aksi demo massa pada 4 November 2016, menyikapi pernyataan yang dianggap melecehkan Al Quran.

Terkait masalah ini, Zulkifli pun menekankan supaya hal ini bisa menjadi pelajaran yang bisa diambil bagi para pemimpin untuk menjaga sikap dan gaya berbicara mereka.

"Bukan demonya yang mengancam, tetapi sikap. Sifat pemimpin, harus menjaga tutur kata, karena kita ini bangsa yang beragam. Jangan melampaui batas. Apalagi, membawa soal agama itu sensitif. Ini jadi repotkan. Makanya hati-hati berbicara" kata Zulkifli.

Sebagai Ketua MPR dan juga warga negara, Zulkifli mengaku bahwa dirinya tak bisa menghalangi dan melarang warga untuk berdemonstrasi menyalurkan aspirasi menyampaikan pendapatnya karena hal tersebut merupakan hak seluruh warga negara yang diatur dalam Undang-undang. Namun, ia amat berharap agar aksi demonstrasi khususnya 4 November besok harus dilakukan dengan tertib, damai serta tidak destruktif dan tidak meresahkan masyarakat.

Namun kebanyakan warga yang ditanyai mengaku was-was karena sudah menjadi kebiasaan bahwa demo, apalagi yang berskala besar dan melibatkan FPI, selalu ricuh. Semoga saja pada 4 November 2016 besok situasi Jakarta tetap aman dan kondusif.

Mari kita doakan para petugas TNI dan Polri agar mereka diberi perlindungan keselamatan, kekuatan dan ketegaran apabila situasi menjadi tidak terkendali sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. NKRI harga mati.
(dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment