Apabila melihat hasil pertandingan grup timnas Indonesia di
Piala AFF Championship U-19 yang berlangsung di Vietnam pada September 2016
ini, sudah saatnya para pemangku kepentingan dalam persepakbolaan Indonesia
mawas diri karena kita sudah semakin tertinggal.
Sudah saatnya pemerintah lebih “galak” dalam
menginstruksikan PSSI untuk serius memfokuskan pembinaan sepakbola usia muda
karena timnas sepakbola U-19 kita yang merupakan juara bertahan tidak bisa
berbicara banyak alias tidak bisa lolos dari penyisihan grup.
Bahkan Malaysia yang pernah menjadi juara Asia Tenggara pada
AFF Suzuki Cup 2010 dengan mempecundangi tim nasional Indonesia yang diperkuat
oleh Cristian Gonzalez di babak final pun harus bertekuk lutut di tangan “anak
baru” dalam kancah persepakbolaan ASEAN yang juga pernah menjadi propinsi ke-27
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Timor Leste.
Ada pemandangan “menarik” seusai pertandingan antara
Malaysia dengan Timor Leste berakhir dengan dengan kemenangan Timor Leste
dengan skor 3-2 ini yaitu adanya keributan setelah salah satu pemain Malaysia
tersulut emosinya mungkin karena tidak terima dikalahkan oleh negara yang masih
“antah berantah” dan tidak punya kompetisi profesional.
Pertandingan yang berlangsung hari Sabtu tanggal 17
September ini pun menjadi ricuh.
Pelatih Malaysia, Frank Bernhardt memang memainkan seluruh pemain
terbaiknya di laga tersebut. Namun mereka bermain buruk..
Bahkan dalam keadaan tertinggal, mereka kerap melakukan
pelanggaran kasar pada para pemain Timor Leste.
Usai pertandingan, di tengah lapangan ada satu pemain Timor
Leste yang melakukan selebrasi. Lalu ada pemain Malaysia yang tak terima dan
menendang bola ke arahnya.
Situasi pun langsung memanas karena para pemain Timor Leste
tak terima dengan tindakan pemain Malaysia bernomor punggung 7 tersebut. Wasit
Thoriq Al Khatiri, yang berasal Indonesia dan para asistennya lantas berusaha
menenangkan para pemain kedua tim.
Namun saat itulah justru ada satu pemain Timor Leste,
bernomor punggung 11, yang luput dari pengawasannya dan terpancing emosi karena
perbuatan pemain Malaysia akhirnya melayangkan tamparan keras pada satu pemain
Malaysia, yang kebetulan juga bernomor punggung sama, 11.
Asal mula dan keributan tersebut bisa dilihat dalam video singkat berikut:
Bangsa kita adalah bangsa yang (mengaku) berperadaban tinggi,
oleh karena itu, hendaknya saat kita mengalami kekalahan seyogyanya kita
menerima dengan lapang dada dan introspeksi diri untuk meningkatkan kemampuan
dan kompetensi agar bisa kembali bersaing dan bukannya malahan melakukan
tindakan kotor dan tak terpuji seperti yang dilakukan pemain Malaysia (dan juga
barisan sakit hati di Indonesia).
(istimewa)
No comments:
Post a Comment