Banjir Jakarta yang belakangan ini ditunggangi banyak golongan dan kepentingan untuk menggoyang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) justru malahan semakin mengangkat popularitas Ahok.
Terkait banjir tersebut, Ahok mengaku bahwa dirinya sering dicibir, diperlakukan sinis dan bahkan ditertawakan oleh sebagian golongan dan orang-orang akibat kebiasaannya yang sering
mengaitkan timbulnya banjir sebagai sabotase.
Ahok menduga bahwa ada upaya sistematis untuk membuat Jakarta kebanjiran |
Mengenai sabotase, dengan serius Ahok mengatakan bahwa ia tidak asal bicara saat melontarkan
pernyataan itu. Apabila kita menengok ke belakang, menurut Ahok kebiasaannya mengkaitkan timbulnya banjir sebagai
sabotase berawal saat terjadinya banjir di wilayah Jakarta Utara pada awal
2015.
Saat itu, ia menyebut munculnya banjir disebabkan tidak
berfungsinya pompa air di Waduk Pluit akibat dimatikannya aliran listrik oleh
PLN.
"Ini yang saya bilang sabotase. Tapi saya
diketawain," kata Ahok saat acara peresmian Kantor Satrolda Ditpolair
Polda Metro Jaya, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu 27 Februari 2016.
Ahok menerangkan, akibat pompa air tidak dapat difungsikan maka Waduk
Pluit tidak dapat menampung limpahan air. Akibatnya, air meluap hingga ketinggian 1,8
meter. Ahok pun membeberkan bahwa saat itu ada sejumlah orang yang
mendatanginya agar dirinya mau menandatangani surat permohonan status darurat banjir.
"Itulah kenapa saya bilang sabotase, saya tidak mau
sebut, tapi ada lah beberapa orang yang menemui saya minta tandatangani darurat
banjir. Saya bilang enggak bisa," ujarnya.
Apabila saat itu ia menandatangani surat tersebut, maka
institusi yang menangani masalah banjir bisa langsung menggelontorkan dana
hingga Rp 57 miliar.
"Kalau saya tandatangani, berarti yang menangani banjir
bisa mengeluarkan uang Rp 57 miliar untuk bantuan-bantuan yang tidak bisa kita
lacak," kata Ahok.
Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial pun menguatkan dugaan bahwa banjir di Jakarta memang disabotase. Seperti dalam video berikut ini, dimana banyak sisa-sisa kabel yang terbukti dibuang ke dalam gorong-gorong jalanan Jakarta sehingga menyumbat aliran air. Jumlah sampah bekas kabel ini jumlahnya pun bertruk-truk.
Tidak melulu dikaitkan dengan politik, bisa jadi ini juga
dijadikan cara agar turunnya dana Darurat Banjir.
Para petugas PHL Tata Air ini layak mendapat hormat dan salut karena mereka rela bersusah payah dan membahayakan nyawa mereka untuk masuk gorong-gorong yang penuh hanya
demi membongkar sabotase sistematis ini.
(Kompas, Facebook)
hebat pak bantai tukang sabotase habisi sampai ke ubun2 pak maju trus pak ahok
ReplyDeletesaya heran nih...kok orang yg udah mati2an agar warga Jakarta bisa enak malahan dibenci ya?
ReplyDeletebajingan2 tengik yg mau makan uang 57M itu hrs segera ditangkap dan dijebloskan ke penjara... demi kepentingan pribadi, mengorbankan rakyat banyak..... lebih rendah dari lintah dan benalu.
ReplyDeleteAda yang sabotase ada pula media TV yang membesar-besarkan berita banjir. Memberi kesan Jakarta sdh tenggelam dengan menampilkan foto tahun lalu sebagai background settingnya.
ReplyDeleteMungkin ga terlalu sulit untuk cari pelakunya..
ReplyDeleteGpp
ReplyDeleteGpp
ReplyDeleteNegara ini sudah dicengkram mafia korupsi, segala cara dilakukan bahkan instansi2pun mau gag mau akan turut serta dg adanya pembagian ato ancaman, spt kanker
ReplyDeletelagu lama penjabat,utk mengeruk keuntungan pribadi,menari diatas penderitaan orang lain,maju trus bang ahok...pantang mundur....
ReplyDeletelanjut Bos DKI 1...anda berjuang dgn hati Bersih dan jiwa yang kuat...pasti semua akan teratasi...Allah akan selalu beserta Anda...
ReplyDeletelanjut Bos DKI 1...anda berjuang dgn hati Bersih dan jiwa yang kuat...pasti semua akan teratasi...Allah akan selalu beserta Anda...
ReplyDelete