Thursday, November 28, 2019

Mantan Ketua HTI Terangkan Kesesatan HTI dari Al Quran dan Hadits

Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang selama ini terkesan berambisi ingin mendirikan khilafah di Indonesia selalu mengklaim perjuangannya itu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, padahal sebenarnya landasan berpikir mereka adalah akalnya sendiri, adapun Al-Qur'an dan hadits hanya dijadikan sebagai alat (tameng) untuk memenuhi keinginan akalnya serta syahwat ingin berkuasa.



Pernyataan yang cukup menghebohkan ersebut disampaikan oleh mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah saat mengisi kegiatan 'Halaqah dan Bedah Buku Daulah Islamiyah' yang diprakarsai oleh Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Subang, Jawa Barat pada hari Sabtu 23 November 2019.. 

"Misalnya saja Hizbut Tahrir itu menolak hadits ahad, padahal dalam hadits ahad banyak mengandung ajaran akidah, contohnya tentang hadits syafaat nabi, siksa kubur, munculnya Dajjal, dan lain sebagainya," ujarnya di depan ratusan peserta yang hadir di aula Pesantren Pagelaran 3. 

Dalam kegiatan yang mengusung tema 'Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah' itu, Ayik menegaskan bahwa khilafah tidak perlu diterapkan di Indonesia karena Indonesia sudah masuk kategori Darul Islam yang di dalamnya dipimpin oleh orang Islam dan ada kebebasan serta dukungan penuh bagi umat Islam untuk menjalankan ibadahnya. "Bahkan di Indonesia, negara memfasilitasi dan melindungi umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah sesuai syariah," tandasnya. 

Ketua Pengurus Cabng Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandung ini pun juga memberikan klarifikasi untuk sebagian pihak yang menuding bahwa NU anti syariat Islam karena menolak sistem khilafah.

Menurutnya NU tidak mungkin menolak syariat Islam karena ruh NU sendiri adalah Islam. Lagipula, persoalan NU yang menerima PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) adalah bagian dari strategi NU untuk memberikan kebebasan bagi umat Islam Indonesia dalam menjalankan ibadah ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin secara merdeka tanpa perang, kekerasan, dan disintegrasi bangsa. 

"Sebagaimana ketika Rasulullah menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam, namun kenyataannya dari sanalah titik balik menyebarnya Islam tanpa perang dan senjata," jelas Ayik. 

Oleh karena itu, maka Ayik mengajak kepada para anggota dan simpatisan HTI yang selama ini banyak yang salah paham akan prinsip Islam Rahmatan Lil Alamin untuk merapat kepada para kiai NU setempat agar bisa mengkaji ajaran Islam secara rutin sehingga bisa mendapat pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam, karena jika tidak rutin mengikuti kajian kiai NU tidak akan mendapat pemahaman tentang siyasah islamiyah. 

"Karena bab siyasah itu ada di akhir kitab, kalau di awal itu babnya taharah, shalat, zakat, haji, dan sebagainya, adapun bab siyasah ada di akhir kitab sehingga kalau ngajinya sekali dua kali tidak akan ketemu," bebernya. 

Sedangkan Ketua Lakpesdam NU Subang, Asep Alamsyah HD berharap kepada para peserta agar tetap istiqamah mengikuti ajaran Aswaja Annahdliyah sehingga tidak tergiur dengan ajakan dan propaganda berkedok agama yang disebarkan oleh HTI. 

"Mudah-mudahan para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," jelasnya. 

Dalam kegiatan diskusi panel ini, turut hadir pula penulis buku Daulah Islamiyah, Gus Muhammad Najih Arromadloni yang membeberkan konsep khilafah dalam tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/113913/mantan-ketua-hti-sebut-landasan-berpikir-hti-bukan-al-qur-an-dan-hadits-

Thursday, November 7, 2019

Novi Ingin Kuliah di Turki, Namun Malah Jadi Korban Bully

Seorang anak tukang bubur asal Kediri, Jawa Timur, kini menjadi perbincangan hangat dan korban bully di dunia maya khususnya di media sosial Twitter.

Anak tukang bubur tersebut bernama Nuryanti Novitasari atau akrab dengan nama sapaan Novi yang merupakan alumni SMA Negeri 5 Kediri lulusan tahun 2018.

anak tukang bubur ingin kuliah di turki


Sosok Novi menjadi viral karena dirinya membuka donasi daring di platform kitabisa.com dibantu Rumah Zakat dengan judul ‘Bantu Novi Mewujudkan Mimpinya Berkuliah’.

Dalam deskripsinya, Novi menceritakan bahwa ia telah mencoba peruntungan mengikuti berbagai macam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), mulai dari SNMPTN, PMDKPN hingga SPANPTKIN.

Namun sayang, nasib baik belum berpihak padanya. Ia masih belum lolos hingga akhirnya memilih untuk tidak berkuliah di tahun 2018.

Kegigihan Novi untuk masuk PTN masih diperjuangkan di tahun 2019.Akan tetapi, ia masih belum bisa masuk ke PTN dengan usahanya sendiri.

Meski begitu, rezeki Novi ternyata bukan di Indonesia.

Ketika ia dinyatakan tak lolos PTN, ia mencoba peruntungan kuliah di universitas Turki.

Pada Juli 2019, ia berhasil masuk di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Bisnis, Jurusan Bisnis, Kirklareli University, Turki.

Kendala tak segera usai, ia belum bisa berangkat ke Turki karena kendala biaya. Ayah Novi bekerja sebagai pedagang tukang bubur ayam keliling di Kediri dan Ibu Novi adalah ibu rumah tangga biasa.

Novi juga memiliki seorang adik laki-laki yang sekarang sedang duduk di sekolah dasar.

Dalam situs tersebut, disebutkan pula ia membutuhkan rincian dana kuliah, termasuk tiket pesawat dan visa untuk pelajar yang masing-masing seharga Rp 13 juta dan Rp 1 juta.

Kemudian, ada juga biaya kuliah yang dirinci mulai dari SPP Rp 800 ribu, biaya daftar uang Rp 1,5 juta dan biaya kuliah per semester Rp 6,4 juta.

Sementara, untuk biaya hidup, uang bulanan mencapai Rp 7,2 juta per tahun, sewa kos Rp 10,8 juta per tahun dan biaya transportasi Rp 6 juta per tahun. Apabila dijumlahkan secara keseluruhan maka biayanya mencapai Rp 46,7 juta.

Kisah ini pun mengundang perhatian warganet.

Sebagian besar menyayangkan mengapa Novi justru memilih melanjutkan studi di Turki daripada di dalam negeri, mengingat universitas yang dituju bukanlah universitas bergengsi.

“Menurut situs Webometrics, Kirklareli University berada di urutan 6000++ ranking universitas dunia.

Bahkan jauh di bawah ranking Top 100 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang berada di urutan 5000++ ranking dunia,” ujar akun @sukaskinker.

Akun tersebut juga mempertanyakan apa tidak sebaiknya Novi berkuliah di Indonesia saja, meski bukan di universitas ternama, tapi dengan biaya sebesar itu, Novi bisa masuk ke PT Top 100 di Indonesia.

Bahkan, biaya tersebut bisa untuk kuliah empat tahun di Indonesia.

Tak hanya itu, warganet bernama Fadlan Abu Ahla melalui akun Twitternya @vadlanisme juga memberikan saran untuk Novi agar kuliah di Indonesia saja.

Namun, jika Novi tetap bersikeras untuk kuliah di Turki, dirinya bisa mencoba beasiswa dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Turki atau Pemerintah Turki.

“Harusnya ikut beasiswa dari Pemerintah Turki atau dari Lembaga Turki yang ada di Indonesia. Kalau lewat jalur mandiri begini, gak usah jauh-jauh ke Turki, cukup ke BSI saja. Biaya gak terlalu mahal, bisa disiasati untuk ambil kelas karyawan. Jadi kuliah sambil kerja,” ucapnya.

Fadlan juga menceritakan dirinya sempat mengikuti seleksi beasiswa di Turki via pemerintah.

Menurut dia, seleksi itu cukup ketat, mulai dari pemberkasan hingga nilai TOEFL yang harus mencapai 500.

“Biasanya, beasiswa ke Turki gak full cover. Harus ada biaya yang kita bayarkan, seperti tiket pesawat. Lebih baik ikut LPDP, beasiswa dari pemerintah. Ambil jurusan yang bergengsi sekalian. Dengan syarat harus pintar,” tandasnya.

“Ada cara biar ke Turki gratis, yaitu dengan jadi hafidzah. Teman-temanku ikut program UICCI Sulaimaniyah, kalau dah hafal 30 Juz dikirim ke Turki, dibiayai seluruhnya oleh pemerintah,” tambah @asgardianpipel.

Warganet lain menduga, kisah Novi itu dibuat pihak tertentu di Indonesia.

Kasihan si Novi, karena cita-cita kuliah ke Turki kekurangan biaya, dibantu RZ pakai donasi kitabisa.com, malah kena serang netizen. Pasti sedih dia sekarang,” cuit akun Sujadi Jaya Hartono @Didit_ST.

“Menurutku, si RZ ini mau kuliahin si Novi ke luar negeri, tapi juga gak punya dana makanya ke kitabisa.com (yang mana itu juga salah),” tambah akun @myestrellapolar.

Friday, November 1, 2019

Lem Aibon Memanggil Sri Mulyani untuk "Reuni" Sekaligus Usut Anies

Sejarah nampaknya terus berulang sebagai akibat tak becusnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengurus anggaran sejak menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kini lagi-lagi lem Aibon "memanggil" Sri Mulyani.

Terjadilan "reuni" lagi antara Anies dan Sri Mulyani. Anies pasti gondok karena ada kenangan buruk ketika Menkeu mengintervensi ketidakbecusannya.



Sudah keluar dari Kabinet Jokowi dan menikmati masa bahagia eh gara-gara efek Lem Aibon akhirnya mempertemukan kembali Sri Mulyani yang sangat cerdas dan efisien serta tajam dalam menyisir anggaran. Setelah itu ujungnya berakhir tak bahagia alias tak enak bagi Anies, dirinya dipecat.

Ternyata penyakit lama Anies makin kronis. Dikasih kesempatan untuk menjabat sebagai Gubernur di DKI malah mengulangi kesalahan yang sama dan makin parah. Kali ini Menteri Sri Mulyani pasti sudah menyiapkan strategi dan jurus untuk mengatasi masalah jebolnya anggaran di DKI karena sudah hafal kelakuan si Anies, kolega lamanya di Kabinet Jokowi dulu.

Klarifikasi Pemprov malah jadi mencla-mencle soal anggaran fantastis lem Aibon senilai Rp 82 miliar dan Pulpen yang mencapai Rp 635 miliar. Demi pencitraan maka Anies bukannya membereskan tapi terus agresif menyalahkan pihak lain yang mempermasalahkan anggaran R-APBD itu.

Maksud Anies ya biarkan saja dalam senyap para pejabat DKI mengutak atik anggaran. Ternyata niat untuk diam-diam menggembosi anggaran itu tak direstui Tuhan.

Maka jurus sakti lempar kesalahan langsung dikeluarkan Anies. Tanpa henti Anies dan anak buahnya berkolaborasi tak kompak untuk ngeles anggaran. Modus untuk menutupi aibnya yang cacat tapi tak bakal mempan karena sudah kadung terendus dan viral.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak tinggal diam. Selaku bendahara negara yang memiliki kuasa mengatur anggaran, Sri Mulyani langsung berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri.

Kini dengan turun tangannya dua menteri ini membuktikan masalah manajemen anggaran DKI itu bukan lagi masalah yang bisa ditutupi atau dikecilkan dengan segala ngelesisasi dan ngibulisasi ala Anies dan pasukan bidadarinya.

"Kita nanti akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Dalam meningkatkan kualitas dari APBD," kata Sri Mulyani di Kantornya, Jumat 1 November 2019.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kualitas dari APBD. "Tentunya berbagai hal nanti akan dikoordinasikan bersama," terangnya.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga akan sharing kalau sudah mewanti-wanti dan beri peringatan keras soal jangan sampai ada pemborosan anggaran dan penyerapan anggaran yang harus sesuai target. Masalah di DKI itu saking kompleksnya sehingga tak bisa didiamkan lagi.

Mari analisis kenapa Bbu Sri Mulyani turun tangan dan apa yang bakal dilakukan beliau, ini menarik. Begini analisis penulis:

Pertama, bisa jadi kesabaran para menteri di Kabinet Jokowi khususnya di Kemenkeu dan Kemendagri sudah mulai habis. Pihaknya melihat masalah kronis yang terus berulang. Artinya Anies sudah diberi kepercayaan besar untuk membereskan masalah ini tapi malah kasusnya makin parah.

Kemendagri terpanggil untuk turun tangan karena ada instruksi pengelolaan APBD sendiri dari Pak Jokowi untuk tepat sasaran. Dari Menkeu agar ditingkatkan kualitasnya. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Degradasi pengelolaan APBD makin terang dan menyolok. Ini momen yang pas untuk mengintervensi semua siluman terutama bos siluman besar di DKI.

Kedua, Menteri Keuangan sudah hafal penyakit Anies yang membuat jebolnya anggaran secara maksimal. Adalah Menkeu yang turun tangan membereskan pemborosan anggaran yang jumlahnya trilyunan saat Anies jadi Mendikbud di era awal Pemerintahan Jokowi.

Jadi Pada APBN-P 2016, total dana anggaran tunjangan profesi guru sebesar Rp 69,7 triliun. Namun, setelah ditelusuri, Rp 23,3 triliun merupakan dana yang over budget atau berlebih. Sebab, dana anggaran guru yang tersertifikasi ternyata tidak sebanyak itu. Anies sebagai Mendikbud tak bertanggung jawab bahkan tak tahu apa-apa. Konyol kan sikap abai dan bahkan membiarkan pemborosan anggaran itu adalah sesuatu yang teramat fatal.

Ketiga, ini sekali lagi opini saya, kedua Kementrian baik Kemendgari dan Kemenkeu siapa tahu bisa memberi solusi yang cerdas untuk mengatasi problek menahun DKI.

Ini yang membuat penulis penasaran, kira-kira apa yang menjadi solusi maknyus dari Menkeu dan Mendagri untuk Gubernur yang keras kepala dan bersikukuh dengan gaya kepemimpinannya yang sangat longgar dan penuh keborosan soal anggaran.

Berharap supaya ada ada tindakan penyelamatan ke DKI karena pesta anggaran yang dihalalkan Anies makin parah. Anies makin mendegradasi dirinya tanpa rasa malu, diurusi oleh Menkeu saban ada jabatan karena bungulnya Anies yang tak ketulungan.

Sumber:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4768147/sri-mulyani-akan-turun-tangan-urus-anggaran-lem-aibon-anies

https://money.kompas.com/read/2019/11/01/115147126/heboh-anggaran-lem-aibon-sri-mulyani-bakal-bicara-dengan-kemendagri

https://money.kompas.com/read/2016/08/25/202326126/sri.mulyani.anggaran.tunjangan.profesi.guru.kelebihan.rp.23.3.triliun

Thursday, October 31, 2019

Kata Sutiyoso Soal Anggaran Lem Aibon Rp 82,8 Milyar

Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso angkat bicara mengenai usulan anggaran pengadaan lem Aibon.

Sutiyoso yang akrab disapa dengan sapaan Bang Yos ini menyatakan terkejut melihat jumlah usulan anggaran pengadaan lem aibon yang ada dalam Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran (KUA-PPAS) untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI Jakarta 2020 yang mencapai Rp 82,8 miliar.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso (Bang Yos)

"Aku kaget aja, kok lem segitu anggarannya," kata Sutiyoso pada Kamis 31 Oktober 2019. "Nggak tahu ngitung untuk apa, itu bisa aja salah administrasi. Anggaran itu kan memang diatur bersama-sama dengan Dewan (DPRD)," tambahnya.

Bang Yos mengingat kembali saat dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan membahas anggaran. Dia menyatakan bahwa saat membahas bersama seluruh dinas terkait, dirinya tidak segan mengingatkan anak buahnya agar bekerja jujur dalam mengurus anggaran. "Aku itu setiap kali urusan kaya begini mesti tak kumpulin semua, tak kasih tahu, lihatlah ditelevisi itu menjadi pesakitan KPK, bayangin kalau itu kamu, bayangin aja. Karena itu, istrimu anak-anakmu itu habis semua masa depannya jadi janganlah saya kira," ucap Bang Yos.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kasudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat Agus Ramdani membenarkan ada usulan pengadaan lem aibon sebesar Rp 82,8 miliar dalam dokumen rancangan KUA-PPAS 2020.

Menurut Agus, usulan itu sifatnya hanya sementara sampai rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) diinput sekolah. Agus juga menjelaskan, pihaknya menginput data sesuai dengan pagu anggaran atau alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja Sudin Pendidikan Jakarta Barat yakni sebesar Rp 82,8 miliar "(Anggaran) dihitung per jumlah siswa dikalikan tarifnya. Untuk anak SD itu dikalikan Rp 150.000," kata Agus.

Usulan anggaran pengadaan lem aibon itu viral setelah anggota DPRD DKI William Aditya Sarana mengunggah usulan tersebut ke akun Instagram-nya, @willsarana. Dalam akunnya, politisi PSI itu awalnya mempermasalahkan soal belum bisa diaksesnya dokumen RAPBD DKI 2020 di situs apbd.jakarta.go.id. Padahal, pembahasan anggaran sudah dimulai di DPRD.

"Namun, kami berhasil mendapatkan cara untuk mengaksesnya. Lalu kami temukan anggaran yang cukup aneh lagi, yaitu pembelian lem Aibon sebesar Rp 82 miliar lebih oleh Dinas Pendidikan," tulis William dalam akunnya pada Selasa lalu.
Sumber

Sekolah yang Ajukan Pembelian Lem Aibon

Kasus anggaran siluman di DKI Jakarta yang "membawa-bawa" Lem Aibon memasuki babak baru.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Syaefulah Hidayat terkait kisruh Lem Aibon dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada satu pun sekolah di wilayah Sudin Pendidikan Jakarta Barat yang memasukkan lem Aibon dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS).

Lem Aibon


"Tadi kasubag TU menyampaikan sementara tidak ada sekolah yang mengusulkan lem Aibon itu, tapi nanti kita cek lagi," kata Syaefullah di Balai Kota, Jakarta, Rabu 30 Oktober 2019.

Syaefullah menjelaskan, anggaran lem aibon yang tercantum dalam KUA PPS adalah anggaran sementara yang dimasukkan Sudin Pendidikan Jakarta Barat dalam sistem e-budgeting pada akhir Juli 2019. Kala itu, pihak Sudin memasukkan anggaran biaya opersasional pendidikan (BOP) sesuai dengan pagu anggaran, yakni untuk anak SD Rp 150.000 setiap siswa.

Menurut Syaefullah, nantinya anggaran yang mereka input tersebut akan digantikan oleh RKAS sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. "Komponen kebutuhan sekolah selesai Oktober, sebagian sudah selesai sebelumnya. Atas komponen itu belum langsung kami aminkan, tetap langsung melakukan penyisiran kembali oleh Dinas Pendidikan ataupun Suku Dinas untuk memastikan komponen yang disusun sesuai dengan kebutuhan," ujar Syaefullah.

Dari RKAS tersebut, tercatat total ada terdapat 23 rekening yang diinput oleh masing-masing sekolah terdiri dari 17.000 komponen. Di dalamnya tidak tercantum kebutuhan lem Aibon. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kasubag Tata Usaha Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat Sudarman. "Sekolah enggak butuh (lem Aibon)," tutur Sudarman.

Ia mengaku, kala itu hanya asal memilih dalam menginput lem Aibon dalam sistem e-budgeting. Menurut dia, nantinya apa yang ia input akan digantikan oleh RKAS yang dilampirkan masing-masing sekolah.

Adapun anggaran lem Aibon ini viral setelah salah satu anggota DPRD DKI, William Aditya Sarana, mengunggah temuan tersebut ke akun Instagram-nya, @willsarana. Dalam akunnya, politisi PSI itu awalnya mempermasalahkan sampai sekarang publik belum bisa mengakses dokumen rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020 di situs apbd.jakarta.go.id. Padahal, pembahasan anggaran sudah dimulai di DPRD.

"Namun, kami berhasil mendapatkan cara untuk mengaksesnya. Lalu kami temukan anggaran yang cukup aneh lagi, yaitu pembelian lem Aibon sebesar Rp 82 miliar lebih oleh Dinas Pendidikan," tulis William dalam akunnya, Selasa 29 Oktober 2019.
Sumber

Wednesday, October 30, 2019

Ada Hubungan Apa Antara Nadiem Makarim dan Prabowo Subianto?

Sejarah memang sungguh ajaib dan selalu menarik untuk diperbincangkan. Terlebih lagi apabila mengenai fakta-fakta mengejutkan mengenai tokoh-tokoh penting masa kini.

Ada banyak figur terpandang yang terdaftar sebagai anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI), kendati pun partai ini tidak pernah berjaya, bahkan dalam satu-satunya pemilihan yang mereka ikuti: Pemilu 1955.

PSI
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim

Beberapa figur terpandang tersebut antara lain adalah Sutan Sjahrir (1909-1966), Sumitro Djojohadikusumo (1917-2001), dan juga Hamid Algadri (1910-1998). Mereka semua termasuk kalangan terpelajar di zaman kolonial. Setidaknya lulus sekolah menengah atas yang hanya mampu dirasakan segelintir orang berdarah Indonesia saja macam Algemeene Middelbare School (AMS) atau Hogere Burger School (HBS).

Usai lulus dari sekolah menengah, Sjahrir pernah belajar di Belanda. Demikian pula dengan Sumitro yang kuliah ekonomi di Rotterdam. Sementara Hamid lanjut studi hukum di Recht Hooge School (RHS) Jakarta. Namun dari semuanya, hanya Sumitro saja yang lulus dan meraih gelar sarjana.

Lalu ketika Indonesia baru merdeka, Sjahrir, yang mana adalah pemimpin PSI era revolusi, dijadikan Perdana Menteri. Ada pun Hamid dan Sumitro juga ikut Republik. Situasi ini sempat membuat PSI berjaya.

Selepas Pemilu 1955, Sumitro menjadi figur PSI paling terpandang karena sempat menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Menteri Keuangan RI. Namun demikian, karier Sumitro di pemerintahan tidak mulus. Malah belakangan ia terlibat PRRI/Permesta dan lantas jadi pelarian di luar negeri. Sementara Sjahrir bertahan di Indonesia dan sempat pula dipenjarakan oleh Sukarno. Lalu Hamid sempat menjabat sebagai wakil PSI di Konstituante sebelum tahun 1959.

Di antara mereka berempat, Hamid dan Sumitro yang memiliki hubungan paling dekat. Anak-anak mereka pun saling mengenal. Sebagai informasi sedikit, Sumitro memiliki empat orang anak dari istri satu-satunya, Dora Sigar: Bianti, Maryani, Prabowo, Hashim. Jumlah tersebut sama belaka dengan anak-anak Hamid bersama istrinya, Zena binti Husein Alatas: Atika, Adila, Maher dan Sadik.

Di antara semua anak-anak mereka, hubungan Maher dan Prabowo Subianto yang paling dekat. Selain menjadi kawan masa kecil, kedekatan mereka terus bertahan hingga sekarang. Ketika Prabowo memutuskan terjun ke dunia politik lewat Gerindra, misalnya, Maher pun ikut partai tersebut dan diberi kedudukan sebagai salah seorang anggota Dewan Pembina Partai.

Salah satu kedekatan lain mereka terjadi pada tahun 1998, seperti ditulis Kivlan Zen dalam Konflik dan integrasi TNI-AD (2004:87). Ketika itu, Maher bersama Prabowo dan juga Fahmi Idris ikut serta dalam menghalau perusuh di daerah Sabang. Kivlan juga menyebut, Maher bersama para pengusaha dan tokoh masyarakat turut meminta Prabowo mengambil-alih keadaan pada bulan Mei di tahun yang sama.

Kembali ke anak-anak Hamid. Beberapa tahun setelah Sukarno lengser, Atika, putri Hamid, kemudian menikah dengan salah satu mahasiswa yang ikut meruntuhkan rezim si Bung Besar. Dia adalah Nono Anwar Makarim, pimpinan harian KAMI antara 1966 hingga 1973. Dari pernikahan tersebut, Nono dengan Atika memiliki tiga anak dengan yang paling bungsu bernama Nadiem Anwar Makarim.

Benang Merah Prabowo dan Nadiem Makarim

Nono, yang lahir di Pekalongan pada tahun 1939, memiliki darah Arab-Minangkabau. Hamid pun juga berdarah Arab. Dan sebagaimana sang mertua, Nono juga lulusan HBS Carpentier Alting Stichting Jakarta. Satu-satunya HBS yang tersisa setelah Indonesia merdeka dan memiliki keterkaitan sejarah dengan tarekat Mason Bebas.

Bagaimana latar belakang terpelajarnya keluarga Nono sempat diulas dalam buku Apa & siapa sejumlah orang Indonesia (1984:446). Disebutkan bahwa ayah Nono, Anwar Makarim, merupakan seorang notaris dan menganggap pendidikan barat penting bagi anak-anaknya. Sebab itu, selepas lulus dari HBS, Nono melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia—yang punya relasi sejarah dengan RHS tempat Hamid kuliah.

Selain Nadiem, Anwar Makarim masih punya dua anak lagi: Chaidir dan Zacky. Ia pun juga ingin kedua anaknya ini memiliki pendidikan tinggi. “Di pertengahan 1960an, dengan Nono dan Chaidir yang sudah kuliah hukum dan Teknik, Anwar Makarim ingin Zacky menjadi dokter,” tulis Sony Karseno dalam disertasinya di Universitas Ohio, Indonesia's New Order, 1966-1998: Its Social and Intellectual Origins (2013:447).

Namun demikian, Zacky hanya beberapa semester saja kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia lantas bilang ke sang ayah ingin masuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Magelang pada 1967. Siapa sangka setelah jadi tentara, Zacky jadi sering berdebat dengan saudaranya dalam melihat sisi gelap Orde Baru dan militernya.

Selama menjadi perwira Angkatan Darat, Zacky ikut dalam operasi militer di Banten, Kalimantan, Papua, dan Timor-Timur. Ia juga pernah menjadi Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA). Ketika pensiun, Zacky memiliki pangkat sebagai Mayor Jenderal TNI dan sempat menjadi Ketua Satgas Panitia Penentuan Pendapat Timor Timur (P3TT) pada akhir tahun 90-an.

Zacky lulus dari Akabri pada tahun 1971 bersama Kivlan Zen. Ketika Zacky dan Kivlan lulus, Prabowo anak Sumitro yang baru kembali ke Indonesia, juga mendaftar di Akabri. Meski begitu, karier Kivaln dan Zacky (yang juga berakhir sebagai jenderal), sempat disalip Prabowo. Selain dinas di korps baret merah, junior mereka itu punya status sebagai menantu daripada Presiden Soeharto.

Anak-anak tokoh PSI yang lain juga terjun ke dunia bisnis. Seperti, misalnya, ditunjukkan anak bungsu Sumitro, Hashim Sujono, yang kini sohor dengan Arsari Group. Lalu Maher, karib Prabowo, setali tiga uang. Ia sempat terkait dalam kongsi bisnis yang disebut Kelompok Delapan (Kodel Group) bersama Fahmi Idris, Aburizal Bakrie bin Ahmad Bakrie, Soegeng Sarjadi, Abdul Latief dan Pontjo Sutowo bin Ibnu Sutowo.

Jejak para pamannya tersebut kelak diikuti oleh Nadiem Makarim dengan mendirikan Gojek: perusahan rintisan pertama di Indonesia yang berstatus Unicorn alias telah memiliki nilai valuasi di atas 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 14,1 triliun.

Kini Maher berhak menepuk dada. Selain kawan masa bocahnya, Prabowo, (akhirnya) terpilih menjadi Menteri Pertahanan—meski baru saja kalah dalam Pilpres—, Nadiem si keponakan juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Begitulah kisah peruntungan anak dan cucu kader PSI Sutan Sjahrir pada masa sekarang ini.
sumber

Tuesday, October 29, 2019

Fahri Hamzah Ungkap dan Bongkar Fenomena Bisnis Kotor di KPK

Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Fahri Hamzah membuat heboh setelah mengeluarkan pernyataan mengejutkan dalam sebuah wawancara eksklusif.

Dalam wawancara tersebut Fahri secara blak-blakan mengatakan banyak orang kotor di dalam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Orang-orang kotor dengan bisnis kotor. KPK tidak sesuci yang orang kira.

"Udah banyak yang kotor di dalam," kata Fahri kepada Deddy Corbuzier dalam unggahan video berjudul Wah Ternyata Ada Bisnis di Dalam KPK.

Unggahan video tersebut diunggah di kanal YouTube Deddy Corbuzier, Sabtu, 27 Oktober 2019.

Fahri Hamzah vs KPK

Fahri Hamzah vs KPK
Fahri Hamzah ketika diwawancarai oleh Deddy Corbuzuer

Untuk mengetahui pandangan lengkap Fahri Hamzah tentang KPK, berikut tanya jawab lengkapnya dengan Deddy Corbuzier.

Deddy Corbuzier (DC) dan Fahri Hamzah (FH)

DC: Bang Fahri Hamzah (tertawa)

FH: Apa kabar? (melambaikan tangan) kok saya yang nanya apa kabar

DC: Harusnya saya yang nanya ya, apa kabar. Any way, bang Fahri Hamzah sekarang jadi penjual kopi. hahahahaha. Saat datang ke rumah, he give kopi dan tulisannya adalah kopi revolusi. Jadi ketika pensiun kini pebisnis kopi. Ini di jua kan bang?

FH: Iya dijual

DC: Dijual di?

FH: Sekarang online, baru, belum ada counter. Kita mau bikin counter di seluruh Indonesia. Tempat kita memicu revolusi.

DC: Serem ya, hahahahahha.

FH: Ngopi aja bikin serem yaaa, hahahahaha.

DC: Harganya berapa brooo?

FH: Harganya lupa saya tuh, karena anak-anak yang urus.

DC: Oke anak-anak yang urus. Coba saya terka-terka. Broo, sekarang elu bisnis kopi ini baru dipromokan. Kalau dipromokan saat itu, Anda kena KPK.

FH: Kayak seseorang yang mempromokan... hahahaha ya... ya... kita enggak usah sebut hahahahaha.

DC: Tapi kalau ngomong tentang KPK, saya kan lihat tuh. I kan follow you. Ehhh, ketika KPK itu paling heboh-hebohnya, Anda adalah orang yang paling bersuara setuju KPK itu harus ada pengawasnya.

FH: Bahkan, teori saya itu harus dibubarkan.

DC: Harus dibubarkan?

FH: Iya, karena saya memakai teori transisi demokrasi. Jadi demokrasi itu kan satu sisi sistem yang kita set up dalam negara kita, supaya dark sight of power itu enggak ada lagi. Kan ada otoriter. Itu kan seperti rumah, seperti kamar. Kalau kita tutup, tidak ada lampu, tidak masuk udara, pengap. Pasti di dalamnya itu akan ada tikus, akan ada kecoak gitu.

Sama dengan otoriterisme yang kita tinggalkan lebih dari 20 tahun yang lalu. Tertutup, di dalam jiwa demokrasinya korupsi, muncul kecoak-kecoak, koruptor-koruptor. Nah begitu kita masuk demokrasi, kita buka. Dan begitu kita buka ketahuan semua. Dan itu semua lari dan terbakar.

Sebetulnya sistem demokrasi itu otomatis korupsi akan hilang. Nah ini yang kita mitigasi dan proses, lahirlah Undang-Undang KPK itu. Jadi kira-kira UU KPK itu bilang begini, hei KPK ini sistem sudah kita buka sekarang, kamu bantu bangsa ini. Birokrasi negara, politisi, juga supaya dia keluar dari kultur lamanya.

DC: Broo, sorry nih gua potong nih broo. Bukankah saat KPK itu dibuat, Ente juga disana?

FH: Saya di DPR bukan di MPR. 2002 saya bukan anggota DPR tapi anggota MPR tahun 98 iya. Memang melahirkan ketetapan MPR tapi tidak KPK nya.

DC: Tapi kenapa elu enggak bersuara pada saat itu, kenapa tidak bersuara tentang KPK itu.

FH: UU itu bagus. Di dalamnya itu ada analisis. Aaa, apa namanya... membuat lembaga yang lebih kuat, lebih besar supaya mengatur kedisiplinan transisional itu. Nah, ini yang tidak dipahami. Makanya, ini kan dari dulu saya katakan, UU KPK perlu penterjemahnya, perlu otak, bukan otot. Sori ya bukan nyindir Anda. Hahhahaha. Maksudnya ini, kerjaan mengurusi korupsi itu adalah pekerjaan brain dia bukan kerjaan nangkap orang. Anda akan kewalahan di, apa namanya, moral individualing, itu berat.

DC: Artinya, lu mengatakan KPK ini dibutuhkan dan pada saat dibuat sebenarmya benar, tapi begitu jalan, ada yang aneh gitu kan.

FH: Aneh karena organisasi yang besar dia tidak pakai mengatur transisi kayak organisasi terbuka. Pak polisinya jadi baik, jaksanya jadi baik, pengadilan jadi baik, DPR jadi baik, daerah jadi baik. Ini enggak. Dia ungkap kejahatan persoalannya. Lalu dia hancurkan, dihancurkan, dihancurkan semua lembaga. Seolah-olah hampir 20 tahun transisi, lembaga yang kredibel cuma satu, KPK doang.

DC: Tapi kan ini brooo, masyarakat dengan yang orang-orang tertentu sepemikiran. Ada yang mengatakan ohh iya pasti. Takut kan, palingan koruptor larinya begitu kan.

FH: Emang larinya kan begitu karena enggak ada teorinya. Kita ngomongnya, apa. Masyarakat kita tidak bisa membedakan antara sibuk dan sukses. Dianggapnya kalau KPK sibuk itu sukses, enggak. Justru kalau KPK makin tidak sibuk, terstruktur pekerjaannya itu suksesnya begitu. Sukses dalam persepsi kita itu. Tiap tahun makin banyak yang ditangkap. Padahal teorinya kalau kita mau pakai pikiran rasional semakin enggak ada dong. Karena sudah habis.

DC: Gua mau blak-blakan nih, hahahahha.

FH: Saya ini mah orangnya blak-blakan hahahahaha (meminum air dari gelas yang ada cap Tokopedia)

DC: Mungkin tidak sih ada bisnis dalam KPK?

FH: Sudah temui. Gini ya, teorinya dulu. Kan saya enggak mau ngomong langsung menuduh, tapi teorinya. Tiba-tiba KPK dengan excercise power yang begitu besar itu. Dia mengatakan kita menghadapi masalah yang besar. Dia bilang, korupsi ini adalah extraordicrame. So, give me carm, give me time, give me everything. Everything gitu. Di situlah dia kemudian men-set up suatu prosesi yang bekerja sebenarnya melanggar prinsip negara demokrasi, melanggar prinsip negara hukum, prinsip human right dan bahkan melanggar UU. Banyak sekali UU. Misalnya seperti melanggar prinsip demokrasi itu sifatnya terbuka,  Anda terbuka, Anda enggak boleh tutup, enggak boleh ada rahasia.

Tapi KPK dengan kerahasiaan banyak ditutupi, banyak orang ditangkap, lalu hilang begitu saja, banyak tersangka yang tidak diproses banyak orang di pengadilan luntang lantung kayak zombie bahkan banyak orang yang meninggal dalam keadaan tersangka.



Siti Fajriah, itu yang BI itu, meninggal, kemudian ada banyak saya enggak hapal satu persatu, belum terbukti kayak misalnya itu yang bernama RJ Lino sudah ditetapkan sebagai tersangka, tidak diproses dan mohon maaf saya bukan, di sini rasanya saya ketemu dengan orang itu naik pesawat ke luar negeri, gitu lho dalam keadaan dia tersangka.

Ada juga sahabat saya Pak Emir Moeis, Dirut Garuda baru saja kemudian diproses setelah sekian tahun baru dalam demokrasi itu ada hukum justice delay justice denied. Kalau Anda tunda-tunda proses hukum terhadap orang, itu Anda artinya menolak keadilan tegak bagi orang itu padahal orang itu sebenarnya, once Anda tuduh dia, mungkin dalam tempo yang secepat-cepatnya ingin mengetahui status dia sudah jelas.

Dia sudah berkeluarga, punya anak, punya istri, yang pengen tahu dia salah atau tidak. Tapi oleh KPK itu dianggap sebagai biar jera. Itu enggak boleh. Anda melanggar prinsip human rights yang sudah kita terapkan dari proses yang sudah kita terima tahun 98 saat mengakhiri rezim otoriter, implementasi demokrasi.

DC: Bahkan di sini saja KPK bisa mengatur menteri yang dipilih presiden kan?

FH: Waktu itu saya sudah protes. Saya yang memprotes Jokowi, sekarang kan Jokowi kelihatannya sudah kapok. Sebenarnya saya tegur, begitu Jokowi memberikan daftar nama kepada KPK. Waktu itu saya tegur, 'Pak Anda melanggar undang-undang, Presiden itu tidak boleh memberikan kewenangan yang tidak ada pada satu lembaga dicoretlah nama orangnya, ini merah sebulan lagi tersangka, kuning enam bulan lagi tersangka, yang boleh dilantik yang hijau.

DC: Ada akhirnya yang dilantik  tapi enggak terbukti apa-apa. Tapi oleh KPK itu enggak apa-apa. Tapi ada juga terbukti justru menjadi kepala BIN?

FH: Itu dia, kacaulah kita ini. Jika kita berbicara democracy human rights tidak ada di sana otot. Orang-orang mengintip. Jadi orang itu mengintip, begitu ada orang yang memegang uang, ditangkap seolah-olah itulah pemberantasan korupsi. Dalam Undang-Undang KPK itu disebutkan pencegahan, supervisi, koordinasi, monitoring.

DC:  Mungkin tidak? Kita berandai-andai, mungkin tidak, bisa saja yang ditangkap itu dipilih-pilih?

FH: Pasti iya lah.  Oh iya lah sudah ada temuannya sebenarnya. Saya ini sebenarnya sudah bawa banyak bom nih. Karena kalau ada yang macam-macam saya lempar bomnya. Saya buka gitu. Saya berani ngomong yang orang tidak berani ngomong dari dulu.

Kenapa ada orang tersangka seumur hidup dan ada yang meninggal dalam keadaan tersangka. Kenapa si A disebut di pengadilan, diproses, kenapa si B di pengadilan disebut, didiamkan. Kenapa si A atau si C begitu digarap sampai dikenai DPPU ke keluarga. Seolah-olah sampai mau miskin dan sebagainya. Ada orang yang disembunyikan.

Ada orang namanya Nazaruddin. Dia ditemukan 162 kasus, tapi kasus yang diungkap cuma dua dan itu pun yang Nazaruddin yang kena cuma satu atau dua lah yang lain itu yang kena adalah tukang OB-nya, sopirnya gitu. Dan saya punya investigasi lanjutan tentang ke mana kekayaan Nazaruddin. Sudah saya katakan waktu itu saya punya kekebalan sebagai anggota DPR saya katakan, tapi saya sekarang saya pegang dokumen bagaimana mereka berbisnis dengan bisnisnya Nazaruddin.

Pokoknya begini ya kalau ada lembaga yang Anda terlalu mengagumkan dalam demokrasi itu enggak boleh karena dalam demokrasi itu prinsipnya adalah semua lembaga itu adalah sama prinsipnya dan ada check and balance. Semua harus taat kepada hukum, pasal 27 Undang-Undang Dasar menyebutkan semua warga negara sama kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.

Itu artinya enggak boleh ada lembaga atas nama ingin memberantas korupsi menjadi pahlawan publik lalu kemudian dia boleh melanggar hukum. Nah itu yang saya sering ingatkan kepada KPK kalau mau baca. Saya kan penggemar sejarah, saya membaca riwayat Edgar Hoover di Amerika Serikat itu sendiri dia adalah public hero seperti KPK. Itu karena pada waktu itu Amerika dalam ancaman komunisme, dalam ancaman pokoknya goncangan yang banyak. Termasuk mafia-mafia atau korupsi akhirnya cover itu tiap hari minta kewenangan lebih kepada Presiden kepada kongres tapi sebelum dia melakukan permohonan dengan presiden-presiden datang dia kasih lihat sebuah dokumen dan dokumen itu adalah cacatnya Amerika Serikat sehingga sampai 7 presiden Amerika Serikat memperpanjang dalam pekerja yang kayak gitu sebagai tapi apa yang terjadi ternyata memang dia sakit jiwa, ada unsur sakit jiwa karena ia The Black male dengan presiden-presiden datang dia kasih lihat sebuah dokumen dan dokumen itu adalah cacatnya Amerika Serikat sehingga sampai 7 presiden Amerika Serikat memperpanjang dalam pekerja yang kayak gitu sebagai public hero tapi apa yang terjadi ternyata memang dia sakit jiwa, ada unsur sakit jiwa karena ia power.

DC: Tapi kalau Bro mengatakan KPK dibubarkan, masyarakat akan bertanya KPK dibubarkan, siapa yang akan menangkap koruptor?

Fh: Nah itu dia kan demokrasi itu kan begitu. Anda buka semua kelakuan pejabat, akan ketahuan sekarang ini pejabat salah pakai kacamata saja disemprot oleh publik, salah pakai baju, pakai jam mahal di fotonya di sosial media, di kirim sosial media. Waduh ya kayak gitu-gitulah pada dasarnya demokrasi itu.

Jadi pada dasarnya demokrasi itu bagi pejabat publik adalah siksaan sebetulnya karena hidupnya tidak ada lagi. Saya hampir 20 tahun lah hidup sebagai pejabat publik yang personal hilang karena itu sebetulnya inheren dalam demokrasi itu sudahlah orang bersih sebenarnya gitu loh.

Tapi kalau mengintip, kalau Anda mengintip kejanggalan dari sekian juta pejabat negara, pegawai negeri ini diintip, lalu Anda umumkan kepada publik seolah-olah itu semua isi negara ini. Padahal BPK misalnya mengatakan itu lembaganya bersih, oke ya kan. Tapi orang-orangnya tetap saja namanya manusia tetap gitu kan ada yang namanya menyelidiki.

DC: Bro siapa saja orang yang menyelidiki orang yang korupsi yang benar beneran tanpa adanya apakah siapa yang harus menyelidiki yang koruptor ini.

Fh: Konstitusi kita seharusnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tapi  enggak suka menggunakan ini badan bahkan dihancurkan karena badan ini juga melakukan pemeriksaan kepada KPK. Banyak masalahnya di KPK itu, menggaji pegawai seenaknya, mengelola aset sita terjadi penyelewengan dalam pengelolaan, aset sita uangnya dikelola sendiri. Itu semua terjadi temuan BPK.

DC:  Artinya KPK yang Anda katakan banyak yang kotor di dalam.

FH: Sekarang kalau mereka misalnya, dulu mereka menyerang Antasari akhirnya Antasari jadi ketua KPK. Artinya di dalam menganggap Antasari tidak becus tapi Antasari Jadi. Sekarang mereka menyerang Firly, sekarang Firly menjadi ketua KPK, nanti masuk dalam sistem KPK juga.

Dalam KPK Itu ada kayak sistem partai gitu, namanya Wadah Pegawai, di sana itu punya kubu-kubu, geng-geng saling serang. Mana ada lembaga penegak hukum saling serang, saling kubu. Jadi semua yang masuk KPK kebal hukum akhirnya jadi begitu kan.

Jadi tadi yang saya bilang teori tapi holycals teori sapi suci itu, kan karena yang disembah tidak boleh ada yang salah dan itu kan yang salah gitu loh jadi. Akhirnya kejahatan yang ada dilakukan oleh pejabat-pejabat KPK tidak boleh diungkap.

Saya mendapat laporan dari beberapa lembaga pemeriksaan yang memeriksa KPK ketemu masalahnya, KPK mengancam mendatangi, tolong jangan diungkap nanti kredibilitas lembaga kami jelek.

DC: Artinya begini, kalau misalnya terbongkar semuanya, KPK kotor?

FH: Itu yang saya bilang kalau KPK itu enggak cepat Insaf lama-lama orang akan lempar telur busuk ke KPK Itu. Bahaya lho,  sejujurnya begitu.

DC: Tapi ini menariknya begini, tapi tahun yang lalu sempat gembar-gembor bahwa KPK harus diawasi, terus hilang tuh enggak ada kabar-kabar lagi.

FH: Nah itu tadi semua pada takut,  ya kan, pokoknya begitu kita ini membiarkan KPK menyadap seluruh pejabat publik ini kayak gestavo di zaman itu dulu akhirnya semua pejabat publik itu tunduk. Menyatakan kebenaran enggak berani, melakukan koreksi enggak berani.

DC: Termasuk presiden?

FH: Semua, ya kan,  tapi alhamdulillah kita puji Pak Jokowi di ujung dia setuju dan ia melakukan itu. Saya kira ini era baru pemberantasan korupsi arah baru pemberantasan korupsi karena presiden artinya mau ikut tanggung jawab memberantas korupsi dengan cara menunjuk pengawas. Itu luar biasa. Orang enggak tahu kita kembalikan yang menyimpang ini ke relnya.

Sehingga presiden yang dipilih oleh rakyat dengan biaya 25 triliun seluruh rakyat kasih tenaga kepada presiden, sekarang ada gunanya dalam pemberantasan korupsi. Kemarin-kemarin kan enggak ada.

Presidennya kalau ditanya bagaimana cara bapak memberantas korupsi, serahkan ke KPK. Ditanya lagi jalan Presiden dan Wakil Presiden, bagaimana kita perkuat KPK. Begitu terus ngomonginnya. Makin kuat itu KPK nya. Padahal dia sendiri enggak ada perannya. Padahal rakyat milihnya dia. Rakyat kan enggak tahu adanya lembaga KPK, enggak tau dia, yang pilih KPK kan politisi, rakyat milihnya Presiden dan DPR. Ehh presiden saya kasih uang nih 200 triliun.

DC: Kalau KPK dipilih politisi maka bisa saja KPK isinya titipan-titpan politisi dong?

FH: Akhirnya, makanya kan harusnya rakyat itu pesannya kepada yang dia pilih sendiri. Makanya kalau kita milih presiden yang kita tagih presiden dong, jangan yang kita pilih presiden dengan duit 5 triliun, tapi yang kita tagih orang lain. Itu enggak benar.

DC: Kok lu berani ngomong, lu enggak takut tiba-tiba nama lu ada di KPK?

FH: Banyak-banyak doa aja. Tidak ada orang yang tidak ada salah karena itu kalau kita cari-cari kesalahan pasti ketemu termasuk orang dalam KPK. Makanya saya bilang kan enggak fair KPK boleh mengintip pejabat lain, pejabat lain enggak boleh ngintip KPK. Coba kalau boleh ke jabatan lain tetapi tentunya sudah banyak salahnya.

Kan enggak ada teorinya di satu lembaga malaikat semua isinya, enggak ada. Tuhan ini menciptakan manusia, adil, pakai kurva normal. Ada orang baik, mendekati baik, tapi sedikit, ada orang kayak iblis itu yang dibikin tapi sedikit. Yang banyak itu manusia normal.

Kalau intip DPR ada penjahatnya tapi sedikit. Makanya jangan bikin tesis dari itu semua brengsek. Semua inti polisi ada orang jahatnya tapi sedikit. Jangan dibilang polisi ini enggak ada harapan, rusak semua. Kejaksaan rusak semua. KPK jadi sehat sendiri karena enggak diintip.

Coba kalau kita boleh mengintip, ada juga. Yang lalu kan ada pimpinan KPK dari waktu ke waktu tersangka loh, Antasari tersangka pembunuhan, Abraham Samad tersangka, BW tersangka, yang ini bisa jadi tersangka. Kalau macam-macam kalau diintip orang. Jadi ya sudahlah jangan main moral di sini. Main sistem se tup sistem yang menyebabkan orang itu berlaku wajar, berlaku normal. Itu tugas kita dalam demokrasi percaya bahwa semua manusia itu sama kesalahan yang sama.

DC: Tapi masyarakat kita ada tuh yang bikin hastag save KPK sampai nomor 1 Bro.

FH: Namanya juga move ya. Apalagi media sosial, banyak orang salah paham di media sosial. Sabar saja kalau mau di-engage di media sosial. Kita kan karena sabar saja banyak anonim pendukung-pendukungnya, sabar semua anonim. Ya sudahlah belaga pilon aja di situ.

DC: Tapi sakit hati enggak kau dengerin kata-kata mereka?

FH:  Enggak. Pakai ilmu Gus Dur aja, gitu aja kok repot, hahahahaha.

DC: Ada yang ngomong, saya pernah baca di mana gitu ya, katanya Fahri Hamzah ini gimana sih, dulu tidak mendukung Jokowi?

FH: Sekarang bukan berubah menjadi mendukung Jokowi itu cuma gara-gara saya mengkritik KPK dari tahun 2007 ya 2007 saya mulai kritik KPK, 2012 saya mulai bikin buku untuk mengingatkan KPK 2012 itu ketika pidato SBY di satu media itu.

Dia mengingatkan, betul saya mendapat kabar langsung kekawatiran Pak SYB pada waktu itu. Jadi Pak Jokowi menyetujui revisi 2019, jadi 12 tahun kemudian ada presiden yang cocok dengan putih saya sejak 12 tahun lalu, lho kok tiba-tiba saya yang dibilang ikut Jokowi. Jokowi ikut saya, terbalik soalnya. Jangan dibalik-balik. Cuma kita dianggap cebong kurang ajar juga ya nggak apa-apa, mau kampret nggak apa-apa lah, tapi ini rame loh, berarti kan masalah KPK.

Berikut ini adalah video wawancara tersebut:



SUMBER