Kasus SARA dan ujaran kebencian memang sudah seperti mendarah daging dan menjadi sebuah budaya baru yang berkembang dan mendapat pemakluman di Indonesia. Setiap orang selalu merasa paling benar dan tanpa merasa bersalah sedikit pun kala melontarkan ujaran kebencian bernuansa SARA.
Salah satunya seperti yang terlihat dalam cuitan seorang wanita asal Yogyakarta, Dwi Estiningsih di media sosial Twitter yang memicu kontroversi, sungguh memprihatinkan banyak pihak.
Dwi Estiningsih, wanita yang beken karena melontarkan ujaran kebencian bernuansa SARA serta menghina pahlawan (photo: Harian Indo) |
Dalam salah satu cuitannya tersebut, Dwi Estiningsih mempersalahkan pahlawan "kafir" (Frans Kaisiepo) di mata uang baru yang diterbitkan Bank Indonesia, mempersalahkan logo rectoverso (pengaman mata uang dari tindakan pemalsuan) yang dia anggap sebagai pegejawantahan komunisme/PKI dan menyatakan dia beruntung mempelajari sejarah.
Terkait dengan hal tersebut, salah satunya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengaku dirinya amat sedih
dengan kondisi yang terjadi saat ini di mana ada segelintir orang merasa seolah mereka
adalah pendiri negara dan yang paling berjasa.
Hal itu diungkapkan Panglima TNI saat memberikan sambutan di
acara peringatan Natal dan Tahun Baru MPR-DPR-DPD RI di Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta, Jumat malam 27 Januari 2017.
Jenderal Gatot menambahkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering mengingatkan
bahwa pada situasi kompetisi global saat ini, perbedaan justru bisa menjadi
sebuah kekuatan untuk menyatukan bangsa.
"Negara Indonesia bukan negara teokrat, bukan negara
sekuler tapi Indonesia adalah negara yang agamis. Terbukti kita sekarang
sama-sama merayakan Natal. Itulah sumpah leluhur kita, satu nusa satu bangsa
satu bahasa. Bukan satu agama," ujar Gatot.
"Yang menyedihkan sekarang ini, banyak orang yang sok
dia membuat negara. Sedangkan pendiri negara kita tidak seperti itu,"
sambungnya.
Ia mengajak seluruh pihak untuk sama-sama menebarkan kasih
pada bangsa dan menjunjung tinggi persatuan Indonesia.
Kepada hadirin, Gatot mengatakan, dirinya yakin bahwa umat
Kristiani juga akan mendukung persatuan bangsa, sebab hukum utama agama Kristen
adalah hukum kasih.
"Saya yakin umat Kristiani adalah umat yang
mengutamakan kasih. Karena hukum utamanya adalah hukum kasih. Markus 12 ayat
28-32," kata Gatot disambut tepuk tangan hadirin.
"Mohon dikoreksi, Pak Pendeta. Asal saya jangan
di-Ahok-kan," (maksudnya agar jangan dituduh menista agama) sambungnya yang disusul tawa hadirin.
Siap, Jenderal. Rakyat banyak berdiri di belakang Anda untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena sejarah yang sesungguhnya menyatakan bahwa NKRI didirikan oleh berbagai kalangan dan golongan yang bersatu, bukan hanya satu golongan saja.
(Kompas, Tempo)
No comments:
Post a Comment