Tuesday, November 1, 2016

Ketika Megawati Mengkritisi Masalah Kepemimpinan Berdasar SARA Di Depan Forum Mubaligh

Kegaduha Pilkada DKI Jakarta 2017 yang memicu banyak perdebatan dan permusuhan di media sosial ternyata diiukuti secara rinci dan saksama oleh etua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Ia menemukan sebuah topik yang sangat serius namun "merusak" di media sosial mengenai "pemimpin harus Indonesia asli" yang amat ia sesali.

Megawati Soekarno Putri
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri

"Ada orang yang bilang melalui media sosial. Tidak ada pemimpin itu kalau tidak agama Islam, tidak boleh non-Muslim. Rasnya harus Indonesia asli. Saya langsung mikir, sebetulnya yang Indonesia asli itu sopo yo," ujar Megawati dengan nada getir dan sesal saat menyampaikan kata sambutan dalam acara pembukaan Pelatihan Mubaligh Kebangsaan yang diselenggarakan Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDI-P di Kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 31 Oktober 2016.

Dalam kesempatan tersebut Megawati memaparkan bahwa sejak zaman dahulu kala Indonesia sudah memiliki keragaman suku, agama, budaya, dan lainnya. Tak lupa, ia mengkritisi mengenai masalah kepemimpinan yang akhir-akhir ini memicu kegaduhan di Indonesia.

Dalam sambutannya tersebut, Mengawati mengatakan bahwa di dalam Islam, Tuhan kali pertama menurunkan Adam dan Hawa ke dunia. Dari Adam dan Hawa-lah keturunan manusia hidup di dunia.

Kemudian, pada masa penjajahan, banyak pernikahan antara pribumi dengan bangsa-bangsa lain. Dari sana jugalah keberagaman suku, ras, agama, dan budaya lahir. "Lalu lantas kita tidak boleh bilang dia adalah orang Indonesia asli?" tanyanya.

Kemudian ia pun menyinggung mengenai masalah pencalonan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang merupakan warga keturunan Tionghoa pada Pilkada DKI 2017 yang menuai pro dan kontra.

"Pak Ahok kenapa enggak boleh jadi gubernur? Apakah karena dia matanya sipit, agamanya non-Muslim. Apakah itu Indonesia?" ucap Megawati.

Dia mempertanyakan pikiran yang rasional, logis, dan obyektif apabila masyarakat Indonesia mengotak-kotakkan diri mereka berdasarkan suku, agama, ras, budaya, dan lainnya. Sebab, Indonesia merupakan negara yang plural.

Megawati mengatakan, dia tidak sedang membela suku, agama, ras, ataupun golongan tertentu.

"Saya belain Republik Indonesia yang saya cintai," ucapnya.

Indonesia bisa terpecah, terpuruk dan jatuh apabila kita semua mengkotak-kotakkan diri kita, sebab Indonesia merdeka melalui perjuangan semua golongan.
(Kompas)

No comments:

Post a Comment