Isu negara sedang tekor yang berhembus ramai di media sosial
tak pelak sempat mengundang ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah.
Terlebih lagi dengan adanya program pengampunan pajak (tax amnesty) dan
penangguhan pencairan dana dari pusat ke daerah.
Sebelumnya, sejumlah Anggota Komisi XI mengkritik langkah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menahan anggaran transfer ke daerah Rp 70,1 triliun dan dana desa Rp 2,8
triliun.
Penundaan pengucuran anggaran itu dinilai akan berpengaruh
besar kepada daerah, terutama desa.
Terkait hal ini, Menkeu mengungkapkan
bahwa mandeknya pembangunan di daerah bukan semata-mata lantaran tidak adanya
anggaran pembangunan. Sebab, lanjut Sri Mulyani, anggaran dari pemerintah pusat
selalu mengucur ke daerah melalui dana transfer daerah dan dana desa.
Namun Sri Mulyani tidak mengesampingkan bahwa masih ada cerita-cerita klasik tentang
pembangunan di daerah yang mandek dengan alasan kekurangan anggaran.
"Kan ironis di satu sisi kelebihan anggaran, tetapi di
sisi lain tadi bapak-ibu ada cerita sekolah masih kaya kandang kambing, satu
sisi ada cerita kekurangan gizi," ujar Ani saat rapat kerja dengan Kondisi
XI DPR, Jakarta pada Selasa 31 Agustus 2016.
"Ini bukan soal kekurangan duit, ada duit tapi tidak
dipakai di tempat yang harusnya dipakai. Akhirnya rakyat yang menanggung,"
lanjut Sri Mulyani.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati (foto: Metrotvnews.com) |
Berdasarkan pengalamannya melihat pembangunan di banyak
negara, Sri Mulyani menyatakan persoalan
pembangunan di Indonesia masih tergolong bagus dan positif. Hal ini dikarenakan
sesungguhnya Indonesia memiliki sumber daya dana di tengah persoalan
pembangunan.
Sedangkan (seraya menyebutkan sejumlah negara justru memiliki masalah
terhadap pembangunannya), Sri Mulyani menambahkan bahwa negara-negara tersebut tidak
memiliki sumber daya dana yang cukup untuk menyelesaikan persoalan tertentu.
Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah pusat selalu
menggelontorkan dan mentarnsfer dana ke daerah secara konsekuen dan tepat
waktu. Sayangnya, lanjut Sri Mulyani, walaupun transfer daerah dan dana desa telah
digelontorkan pemerintah pusat, banyak daerah yang lamban melakukan penyerapan.
Hingga akhir Juli 2016 lalu, anggaran yang mengendap di
bank-bank daerah masih Rp 224 triliun atau naik Rp 9,9 triliun dari posisi Juni
2016.
Tahun depan, pemerintah akan lebih memetakan semua dana
transfer ke masyarakat miskin di daerah untuk melihat apa saja yang mereka
dapatkan.
Sri Mulyani mengatakan, jangan sampai kondisi masyarakat
miskin tidak membaik padahal anggaran kesehatan, pendidikan, transfer langsung,
hingga Bangunan Operasional Sekolah (BOS) selalu mengucur. "Duit itu satu
hal ya, tetapi harus ada kesempatan kualitas sekolah harus diperbaiki, kualitas
sanitasi harus diperbaiki, dan yang lain-lain," ujarnya.
No comments:
Post a Comment