Perusahaan raksasa teknologi informasi yang merupakan produsen microprocessor nomor satu di dunia, Intel Corporation dalam waktu dekat ini bakalan mengurangi jumlah karyawannya secara besar-besaran.
Intel akan mem-PHK sebanyak 12.000 karyawannya atau 11%dari total tenaga kerjanya. Pihak Intel memperkirakan pihaknya akan mengeluarkan biaya sebanyak US$ 1,2 milyar sebagai kompensasi (pesangon).
Akibat dari pengumuman resmi yang dipublikasikan oleh Intel pada Rabu 20 April 2016, harga saham Intel menukik tajam dan harus disuspensi. Pada pembukaan perdagangan hari Kamis 21 April 2016 ini di Wall Street, harga saham Intel kembali mengalami penurunan lebih dari 3%..
Walaupun akan melakukan PHK massal, ternyata malahan pendapatan dan laba Intel justru mengalami kenaikan. Laba per saham naik ke
US$ 0,54 lebih tinggi dari perkiraan analis US$0,49. Kenaikan laba per saham ini naik 2% dari tahun lalu.
Sedangkan untuk pendapatan, Intel membukukan pendapatan sebesar US$ 13,80
miliar, termasuk US$ 99 juta pendapatan tangguhan, tanpa itu pendapatan
perusahaan hanya US$ 13,70 miliar. Meski lebih rendah dari ekspektasi US$ 13,84
miliar namun, pendapatan tersebut tetap meningkat 7% apabila dibandingkan dengan nilai pendapatan tahun lalu.
Selain itu Intel juga mengumumkan Stacy Smith akan
mengundurkan diri dari jabatan CEO. Smith akan pindah ke peran baru yakni bagian penjualan dan
operasi.
Pendapatan segmen terbesar perusahaan, Client (PC), naik
sedikit ke US$ 7,5 miliar. Pendapatan di segmen Data Center (chip untuk server
yang digunakan di pusat-pusat data) naik sekitar 4% menjadi US$ 4,0
miliar.
Saat ini, Intel tengah berjuang mengatasi kemerosotan dalam
penjualan PC, dan melakukan diversifikasi dengan memanfaatkan munculnya
perangkat mobile, yang biasanya telah didominasi oleh chip yang dirancang dan
dibangun oleh rival mereka seperti ARM dan Qualcomm.
Baru-baru ini, seorang eksekutif Intel yang sebelumnya
berasal dari Qualcomm, Venkata "Murthy" Renduchintala, membuat memo
internal karena menilai Intel kurang fokus pada produk dan pelanggan dalam
eksekusi dan sering melenceng dari jadwal, serta rendahnya daya saing dalam
produk.
Ternyata bukan hanya Indonesia saja terjadi PHK massal. Perusahaan kelas dunia seperti Intel pun juga harus sampai hati" melakukan PHK massal.
(Business Insider, Vox)
No comments:
Post a Comment