Menurut data Bank Indonesia, dari tahun ke tahun volume transaksi pembelanjaan dengan kartu kredit di Indonesia selalu meningkat dengan signifikan. Bank-bank penerbit kartu kredit pun makin agresif memasarkan produknya untuk menggaet banyak nasabah baru dengan menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan yang menggiurkan.
Ilustrasi kartu kredit: banyak bahaya dan malapetaka mengintai di balik segala kemudahan yang ditawarkan kartu kredit. Waspadalah! |
Kartu kredit memang bisa membantu kita membeli keperluan mendadak khususnya saat sedang tidak punya uang. Bagusnya lagi, itu bisa kita bayar dengan mencicil.
Namun, bagi pengguna kartu kredit yang tidak paham dengan sistemnya, hal ini bisa menjadi sebuah bencana besar. Yang menjadi sasaran empuk para marketing kartu kredit adalah umumnya kaum wanita. Mengapa? Karena kaum wanita cenderung impulsif dengan berbagai hal yang "berbau kemudahan".
Pengalaman salah seorang netizen bernama Tyas Nastiti yang memposting pengalamannya menggunakan kartu kredit ini bisa menjadi pelajaran yang sangat penting. Pengguna baru kartu kredit sebaiknya bisa belajar dari pengalamannya.
Para pengguna baru kartu kredit alias masih newbie dalam menggunakan kartu kredit, khususnya yang baru
diaktifkan beberapa hari ini, sebaiknya berhati-hati, khususnya terhadap penipuan berkedok akan memberikan kartu diskon seumur hidup.
Mengenai hal ini, Tyas menulis panjang lebar di Facebooknya sebagai berikut:
Modusnya gilaa benar-benar rapi
dan tak terduga. Mereka juga claim kalau mereka perusahaan trusted. Hampir aja
saya goyah dan bisa-bisa uang melayang, tapi Alhamdulillah Allah masih
melindungi saya. Kira-kira begini percakapan saya tadi.
Pagi tadi, 23 September 2015, pukul 10:45, saya habis
selesai ngasdos, dan tiba-tiba dihubungi oleh nomor 021 8351919. Karena ini
nomor Jakarta, dan persepsi saya seringkali nomor kantor Jakarta merupakan
nomor kantor penting untuk tawaran kerja atau tentang bisnis. Tentu saja saya
angkat.
Masnya: Halo, dengan Ibu Tyas Ajeng Nastiti?
Saya: Betul, dengan siapa ini?
Masnya: Saya dengan (saya lupa namanya siapa), Ibu, apa Ibu
sudah terima kartu kredit nya?
Saya: Oh iya sudah mas..
Masnya: Bagaimana kartunya ibu? tidak ada masalah kan?
Saya: Nggak kok. ada apa ya mas? (karena dia nanya-namya kartu,
saya pikir dia dari Bank yang menerbitkan kartu kredit saya, makanya saya masih
santai saja)
Masnya: Oh begini Bu, jadi kami ingin menginformasikan bahwa Ibu akan mendapatkan kartu multiply discount yang bisa menjadi kartu diskon
di seluruh merchant yang menerima pembayaran melalui Visa, Bu. Kartu Ibu
berlogo Visa kan?
Saya: Iya mas, saya dapat kartu Visa. Oh begitu.. discount
apa, Mas?
Masnya: Wah macam-macam, Bu. Untuk semua merchant bisa mendapat
discount 20%-50%. Semua merchant kami berjumlah lebih dari 900 di seluruh
Indonesia.
Saya: (mulai tergiurr kan ya?) Ah yang bener? Semua?
Masnya: Iya, bahkan nanti Ibu juga akan dapat voucher hotel
dan diskon tiket pesawat juga.. (serius masnya ngga ada nada-nada menipu, kaya CS
bank banget). Bagaimana bu? kartunya bisa saya kirim sekarang juga ke
alamat ibu di Surabaya.. masih di xxxxxx (dia sebutkan alamat saya sesuai
KTP, dan saya makin yakin oh ini sepertinya benar-benar dari Bank).
Saya: Oh, boleh deh masss.. terus abonemen bulanannya bagaimana, Mas? Apa itu berupa kartu kredit?
Masnya: Bukan, Bu, ini berupa kartu diskon, jadi ibu tinggal
tunjukkan saja kartunya ketika belanja.. (Anyiing, ini bener apa ada kartu kaya
gitu? Sakti amat). Dan untuk Ibu Tyas, karena Ibu merupakan salah satu nasabah
prioritas penerima kartu ini, maka Ibu kami bebaskan biaya seumur hidup.. ibu
hanya perlu membayar tax service nya saja., dan itu hanya sekali, sebesar Rp 1,9
juta ibu dan bisa dicicil..
(Pada detik ini, saya belum curiga, tapi mulai agak ga yakin
karena saya baru saja mengaktifkan kartu kredit ini 3 hari lalu dan dia sudah bilang saya
nasabah prioritas? Saya mulai gusar sebenarnya. Namun
sejujurnya, saya sedang tidak terlalu enak badan saat itu. Jadi, entah kenapa
saya agak terhanyut dan tertarik sama penawaran masnya.
Saya: Bayar nya bagaimana mas?
Masnya: Nanti bisa dicicil kok, Bu. Ibu bisa pilih 6 bulan
atau 12 bulan, jadi ringan kan? Dan itu juga berupa deposit, jadi nanti akan
dikembalikan kok.
(Wah lumayan ini pikir saya. Ya sudah deh saya iyakan saja).
Saya: Oke mas, kirim aja, tapi sy lagi ga di Surabaya,
posisi saya sekarang lagi di Bandung sampai bulan depan. Jadi kalau dikirim ke
Surabaya, kirim saja, ada orang rumah.
Masnya: Oh, ngga bisa, Bu. Harus langsung Ibu yang menerima karna
harus ada tanda tangannya. Ibu di Bandung? Apa bisa saya kirim di Bandung?
Saya: Oh, ya, tidak apa-apa.
Dannnn dengan bodohnya saya memberi alamat di Bandung.
Kemudian saya ada kelas, dan saya meminta dia menelpon lagi
kemudian karena saya harus masuk kelas.
Beneran, sekitar jam 2:31 siang, ada telepon lagi. Nomornya
berubah jadi 021 8091189. Masnya juga berubah. Yang tadi pagi telepon lebih
ramah, sedangkan yang ini bener-bener kelihatan "grusak-grusuk". Dan, semua informasi yang
diberikan tadi berbeda dengan yang diberikan mas yang baru ini.
Masnya: Halo Ibu Tyas, jadi ini kartu akan dikirim ke alamat
ibu di Bandung di xxxxx ini ya?
Saya: Iya mas, kemudian saya bisa dijelaskan lagi tentang
kartu ini?
Masnya: Iya ibu, jadi bersama kartu diskon ini, ibu akan
dapat langsung voucher menginap 3 malam di Hotel Byat (dia tidak jelas menyebutkannya), di Ubud, Bali. Dan Ibu juga dapat diskon untuk pembelian tiket
pesawat ke seluruh destinasi.
Saya: Lho, ini jadinya diskon hotel atau merchant Visa? Saya
kok jadi bingung karena penawaran Mas beda dengan yang tadi pagi telepon. (saya
mulai curiga dan menyadari ada yang tidak beres).
Masnya: Lho,sama Bu, jadi begini lho, kartu ini bisa
dipakai selama 10 tahun Bu. Ibu bisa pakai kapanpun untuk apapun, dan voucher
hotelnya juga jangkanya 5 tahun Bu, tidak harus dipakai segera. Ibu cukup bayar
tax service sebesar 2,4 juta saja dan dicicil 12 bulan bu.
Saya: Lho katanya tadi Rp 1,9 juta kok jadi Rp 2,4 juta ini
gimana? (mulai ngeh kalau ini tidak beres)
Masnya: Iya Bu, ini kan disesuaikan dengan kartu kredit
ibu. Ibu pegang kartu Gold kan? (Dan lagi-lagi dia tahu kondisi kartu saya).
Saya: Wah, saya jadi ragu ini, Mas. Karena sejujurnya saya
tidak perlu-perlu banget voucher nginep di hotel, apalagi di Bali
Masnya: (mulai kesel kayaknya dia) Lho, Ibu ini bagaimana, ini kan
vouchernya bisa dipakai sampai 5 tahun, Bu. Tidak harus sekarang. dan posisinya
ibu ini sudah terdaftar online, jadi penagihan sebesar Rp 2,450,000 akan ibu
terima di tagihan bulan depan.
DAMN! disini saya mulai kesel dan bener-benar nggak mood
ngeladenin, tapi gertakan dia bahwa ada penagihan di bulan depan membuat kesal dan
takut juga.
Saya: Saya ga jadi deh mas pakai fasiltas kartunya.
Masnya: Nggak bisa Bu, karena ini akan segera dikirim. Boleh ibu kami kroscek datanya? Nomor kartu Ibu bisa disebutkan.. 4xxx (dia
menyebutkan 4 nomor kartu awal saya dengan benar, dan sontak saya kok
menyebutkan nomor kartu saya, rasanya kayak mau aja nyebutin, OH NO, JANGAN2
SAYA KENA GENDAM!!!)
Masnya: Oke Ibu, saya akan segera alihkan ke bagian
reservasi hotel untuk konfirmasi penerimaan vouchernya di Hotel di Ubud Bali.
JENG!
Dia bilang mau alihkan, tapi sepertinya cuma sedetik, ada orang
lain yang bicara di belakang telepon. Disini saya sudah yakin bahwa ini tidak beres
dan saya harus sudahi telepon. Mas yang berikutnya, ngomongnya dibuat seperti seolah-olah orang Bali plus dia seperti banci gaya bicaranya. Entah kenapa, ini yang
justru membuat saya makin yakin bahwa ini TIDAK BERES.
Mas Banci: Halo, Ibu. Apa kabar? Ibu ini untuk kartu diskonnya
dan vouchernya akan dikirim langsung ya, Bu ke alamat ibu.
Saya: Maaf, Mas, saya nggak jadi terima kartunya. (langsung saya tutup telepon tersebut).
Serasa linglung, saya baru sadar bahwa telepon barusan
menghabiskan waktu hampir 15 menit. kemudian tidak lama ada sms masuk ke saya.
Di percakapan sms itu,
Mas nya bahkan seperti meyakinkan lagi, pura-pura memberi pin BBM. Oh, ya, nama nya
Agus, waktu pin BBM saya add juga namanya Agus dengan foto banyak orang.. Ini ngeri sekali, penipuannya rapi
banget dan mainin psikologi.
Screenshot sms percakapan Tyas dan komplotan penipu |
Screenshot lanjutan percakapan sms antara Tyas dengan komplotan penipu |
Saya nggak takut mereka gertak, karena sampai di titik ini,
saya yakin saya benar. Akhirnya saya segera telpon call center Bank terkait dan
melakukan pemblokiran. Dan Alhamdulillah menurut pihak bank, last transaction
saya masih sesuai dengan transaksi yang saya memang lakukan.
Malem ini saya browsing, dan ternyata menemukan banyak
sekali blog yang bercerita pengalaman serupa dengan saya. Dan sedihnya banyak
yang tertipu. Ternyata modus penipuannya belum terjadi ke saya, Nanti, ketika
kurir datang, di situlah mereka melakukan penipuan. Mereka akan membawa mesin
EDC dan akan melakukan penggesekan kartu kredit kita, sebagai biaya awal tax
service kartu. Dan jika itu terjadi, ENG ING ENG, LUDES LAH UANG KITAAAA!
DAMNN!
Zaman sekarang ya, masih ada aja yang cari uang haram. Ya Allah, siapapun
mereka, berilah mereka hidayah serta kehidupan yang lebih bermakna.
Saya share ini karena jujur aja SAYA GEMEEESSS BANGETTTT,
Alhamdulillah, Terimakasih saya belum kena tipu, dan saya ingin semua friend
list saya juga tidak tertipu. Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat, khususnya
bagi pemegang kartu kredit baru. Saya langsung dinasehati ibu saya,
"Makanya jangan keiming-iming apa yang serba diskon, serba gratis.. di
dunia ini ngga ada yang bisa gratis dan diskon besar... jangan keduniawian, diiming-iming
langsung mau.. Hiduplah sesuai kemampuan"
Oh ya, satu juga yang saya sayangkan, kok bisa ya data-data
pribadi saya ini bocor ke pihak selain Bank? dan mereka tahu saya baru aktifkan
kartu kredit. Tentunya ini ada yang ngga beres, saya curiga orang dalam bank
bisa jadi salah satu pelakunya.
Pesan moral: jangan pernah sekali-sekalipun tergiur oleh berbagai kemudahan-kemudahan yang ditawarkan. Karena di dunia ini tidak ada yang gratis.
(Sumber: Facebook)
No comments:
Post a Comment