Anak muda 1980an hingga 1990n siapa yang tidak kenal daerah Blok M yang dikenal sebagai tempat nongkrong dan belanja? Namun kini daerah Blok M seolah telah mati.
Blok M Mall yang sempat menjadi ikon belanja modern kini telah mati. Kejayaannya pada era 1990-an sampai 2000-an telah sirna. Blok M Mall tak lagi menjadi pilihan anak muda.
Kahar (62), yang ditemui pada Senin 30 November 2020 sore, hanya berdiri di depan tokonya. Pandangannya terlihat kosong. Sesekali, ia berkata kepada satu dua orang yang lewat, "Silakan lihat-lihat dulu." Tokonya menjual kaus-kaus band aliran metal kenamaan dan celana jeans. Sebut saja kaus Burgerkill edisi Adamantine European Tour 2018 yang terpajang di bagian depan tokonya.
Kaus-kaus berjubel di tokonya, sedangkan di lorong mal hanya beberapa orang yang lewat tanpa memalingkan wajah ke arah tokonya.
|
Suasana Blok M Mall pada Senin 30 November 2020 sore
|
"Hari ini baru laris satu. Blok M Mall itu sudah mati. Sebelum Covid-19, itu sudah mati. Paling orang-orang lewat Blok M Mall itu cuma transit. Udah enggak ada lagi yang beli,” ujar Kahar, yang sudah berjualan di Blok M Mall sejak 1992.
Blok M Mall dikenang sebagai pusat perbelanjaan modern era 1990 sampai 2000-an.
Pemuda-pemudi dan keluarga dari berbagai kelas berbondong-bondong datang ke Blok M Mall. Saking hidupnya, Blok M Mall selalu penuh sesak.
Kahar (62), salah satu penjual di Blok M Mall yang telah berjualan sejak tahun 1992. Kahar menganggap Blok M Mall sudah mati dan tak berjaya seperti tahun 1990-2000an.
"Enggak nyangka Blok M Mall seperti ini mati. Dulu jalan aja susah, macet. Kalau dulu itu pengunjung seperti mau naik haji. Mau kencing aja susah jalan ke toilet. Bisa 15 menit sendiri," kata Kahar.
Suasana kejayaan Blok M Mall dalam ingatan Kahar adalah pusat keramaian di Jakarta. Blok M Mall menjual baju, kaus, celana panjang, ikat pinggang, sepatu, hingga makanan tradisional maupun cepat saji.
Restoran kenamaan seperti McDonalds, KFC, dan Dunkin Donats pernah mewarnai kehidupan pengunjung Blok M Mall. Department store kenamaan seperti Robinson dan Ramayana juga pernah hadir di Blok M Mall.
Namun pada tahun 2017, Ramayana hengkang dari Blok M Mall lantaran tak produktif lagi.
Blok M Mall adalah mal yang terletak di bawah Terminal Bus Blok M dan berada dekat dengan taman kota, yaitu Taman Martha Tiahahu.
Pedagang-pedagang berjualan di lorong sepanjang sekitar lebih dari 500 meter tersebut. Ada juga pelataran dekat tangga jalur terminal. Di sana, ada pusat kuliner.
Suasana Blok M Mall terkini pada Senin 30 November 2020
Tangga turun untuk masuk ke Blok Mall dari sisi Taman Martha Christina Tiahahu
Blok M Mall diresmikan pada 3 Oktober 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto. Pembangunan Blok M Mall sendiri bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat itu.
Dikutip dari harian Kompas, Manajer Proyek Blok M Mall Mardjoko Sulistyono mengatakan, terminal dan Mal Blok M dibangun dengan biaya sekitar Rp 70 miliar.
Blok M Mall awalnya menyediakan ratusan kios. Blok M Mall saat itu diprediksi menjadi suatu one stop shopping karena semua kebutuhan tersedia.
Tongkrongan anak muda yang tak menarik lagi
Dahulu Blok M Mall diharapkan bisa menjadi pusat perbelanjaan anak muda. Sekitar 15 tahun awal, Blok M Mall memang menjadi tujuan anak muda.
"Anak muda ke Blok M Mall itu nongkrong-nongkrong saja. Nyarinya dulu belanja baju dan sepatu. Blok M Mall itu dikenal murah-murah," tambah Kahar.
Orang-orang dulu punya kebanggaan saat pergi ke Blok M Mall. Label keren dan gaul sudah melekat di kening jika sudah ke Blok M Mall.
Buat anak Jakarta, rasanya belum sah jadi anak Jakarta kalau belum ke Blok M Mall saat itu.
Anak-anak muda era 2000-an misalnya suka ngeceng ke Blok M Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitar Blok M Mall atau belanja kaset.
Biasanya juga, anak-anak muda datang dari arah Taman Martha Tiahahu setelah bersantai di taman.
Ada juga yang sengaja langsung turun dari Terminal Blok M menuju Blok M Mall yang terkoneksi langsung dengan tangga.
Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom (Wartel-wartel) dekat tangga jalur. Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin.
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall. Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini. Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar.
Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah.
Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok pelajar dari STM Penerbangan dan SMK Poernama.
Kini, Blok M Mall kosong melompong.
Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19. Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak. "Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya.
Suasana lorong Blok M Mall pada Senin 30 November 2020 sore
Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini. Salsa sendiri sudah 5 tahun tidak berbelanja di Blok M Mall.
"Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya. Ada lorong panjang. Banyak toko-toko baju. Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui pada Senin sore tersebut.
Salsa kini lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode.
Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya.
Teriakan itu tak lagi ada
"Ayo dipilih.. dipilih .. dipilih.. Rp 50.000 ... yang murah, yang murah," begitu teriak para pedagang dulu.
Seorang pengunjung melewati lorong Blok M Mall yang kini sepi
Dahulu, Blok M Mall penuh dengan teriakan promosi pedagang sambil berdiri di atas kursi plastik diselingi house music.
Kini, bising suara para pedagang yang mayoritas berasal dari tanah Minang berbalas teriakan promosi itu tak ada lagi. Hening.
"Teriak-teriak itu dulu hampir setiap hari. Selama 10 tahun ke belakang itu udah enggak ada yang teriak-teriak. Paling mau jelang-jelang Lebaran saja," tambah Kahar.
Blok M Mall memang berdenyut pada era 1990 sampai 2000-an. Pengunjung fokus memilih barang-barang di Blok M Mall.
Kini, Blok M Mall seperti kuburan, menurut Kahar. Meskipun demikian, Kahar bangga dengan eksistensi Blok M Mall.
"Tapi, Blok M Mall cukup hebatlah. Biasa lebih dari 25 tahun itu hebat. Biasanya mall tujuh tahun sudah mati," ujarnya.
No comments:
Post a Comment