Rusia secara terang-terangan mengatakan bahwa ada sejumlah negara yang tidak menyukai rencana Indonesia membeli 11 jet tempur super canggih Sukhoi Su-35 dari Rusia.
Wakil Duta Besar Rusia di Jakarta, Oleg V Kopylov, menuturkan beberapa negara itu bahkan mencoba mengancam agar Indonesia tak jadi membeli pesawat perang buatan Negeri Beruang Merah tersebut.
"Indonesia tetap berkeinginan untuk melanjutkan kontrak pembelian Sukhoi meski beberapa negara mencoba mengancam Indonesia. Tapi Indonesia tak merasa terancam, ini sangat bagus," kata Kopylov dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (18/12).
Namun, Kopylov enggan menjabarkan negara-negara yang mengancam Indonesia itu. Meski begitu, ia menyatakan kontrak pembelian jet tempur senilai Rp16,75 triliun itu masih terus berlanjut.
Kopylov juga mengatakan Moskow siap mengirimkan pesawat-pesawat itu ke Indonesia. Ia menuturkan
Selain itu, Kopylov menuturkan banyak dokumen dan hal ain yang perlu disiapkan Indonesia sebelum memiliki dan mengoperasikan Su-35 menjadi salah satu alasan proses pembelian memakan waktu panjang.
Dia juga tak menampik kemungkinan penjatuhan sanksi Amerika Serikat terhadap Indonesia menghambat proses pembelian Sukhoi ini.
"AS mencoba mencegah negara-negara sahabat kami untuk bekerja sama dengan Rusia, terutama dalam bidang militer. Semua orang tahu itu, namun kami berharap ini tidak akan mengganggu jalannya kontrak," kata Kopylov.
"Tapi, perundingan kontrak masih berjalan. Kami tidak dalam situasi tergesa-gesa, mendorong, apalagi mendikte Indonesia dalam kontrak pembelian ini. Kami terus terbuka untuk berunding soal ini," kata Kopylov.
Rencana Indonesia membeli 11 Su-35 ini sudah berlangsung sejak sekitar dua tahun terakhir.
Sejumlah pihak menuturkan jet-jet tersebut akan tiba di Indonesia pada 2019. Namun, hingga kini belum ada kepastian dari pemerintah Indonesia apakah pembelian belasan pesawat itu dilanjutkan.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada akhir November 2019 lalu menuturkan akan mengkaji ulang rencana pembelian Sukhoi tersebut terutama dari sisi efisiensi anggaran dan keuntungan yang diperoleh Indonesia.
Sumber: CNN
Jet Tempur Su-35 yang lebih canggih dan andal daripada jet-jet tempur terbaru bikinan Amerika Serikat |
Wakil Duta Besar Rusia di Jakarta, Oleg V Kopylov, menuturkan beberapa negara itu bahkan mencoba mengancam agar Indonesia tak jadi membeli pesawat perang buatan Negeri Beruang Merah tersebut.
"Indonesia tetap berkeinginan untuk melanjutkan kontrak pembelian Sukhoi meski beberapa negara mencoba mengancam Indonesia. Tapi Indonesia tak merasa terancam, ini sangat bagus," kata Kopylov dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (18/12).
Namun, Kopylov enggan menjabarkan negara-negara yang mengancam Indonesia itu. Meski begitu, ia menyatakan kontrak pembelian jet tempur senilai Rp16,75 triliun itu masih terus berlanjut.
Kopylov juga mengatakan Moskow siap mengirimkan pesawat-pesawat itu ke Indonesia. Ia menuturkan
Selain itu, Kopylov menuturkan banyak dokumen dan hal ain yang perlu disiapkan Indonesia sebelum memiliki dan mengoperasikan Su-35 menjadi salah satu alasan proses pembelian memakan waktu panjang.
Dia juga tak menampik kemungkinan penjatuhan sanksi Amerika Serikat terhadap Indonesia menghambat proses pembelian Sukhoi ini.
"AS mencoba mencegah negara-negara sahabat kami untuk bekerja sama dengan Rusia, terutama dalam bidang militer. Semua orang tahu itu, namun kami berharap ini tidak akan mengganggu jalannya kontrak," kata Kopylov.
"Tapi, perundingan kontrak masih berjalan. Kami tidak dalam situasi tergesa-gesa, mendorong, apalagi mendikte Indonesia dalam kontrak pembelian ini. Kami terus terbuka untuk berunding soal ini," kata Kopylov.
Rencana Indonesia membeli 11 Su-35 ini sudah berlangsung sejak sekitar dua tahun terakhir.
Sejumlah pihak menuturkan jet-jet tersebut akan tiba di Indonesia pada 2019. Namun, hingga kini belum ada kepastian dari pemerintah Indonesia apakah pembelian belasan pesawat itu dilanjutkan.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada akhir November 2019 lalu menuturkan akan mengkaji ulang rencana pembelian Sukhoi tersebut terutama dari sisi efisiensi anggaran dan keuntungan yang diperoleh Indonesia.
Sumber: CNN
No comments:
Post a Comment