Salah seorang oknum pejabat Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Heryadi Purnama berperilaku nyinyir di media sosial mengenai penusukan Menkopolhukam Wiranto.
Heryadi mengomentari penusukan Wiranto itu dengan kalimat melecehkan dan menganggap hal tersebut hanyalah sinetron serta menghina Pemerintah saat ini. Komentar yang dia posting adalah sebagai berikut:
"Emang Gue Pikirin, Sinetron yang dibuat rezim koplak untuk dibuat sebagai pengalihan pak Pak De Jok..."
Kini akun media sosial Facebook miliknya sudah berubah tampilan, namun jejak digitalnya tetap tidak bisa ditutupi apalagi dihapus.
Komentarnya itu muncul berkaitan dengan musibah penusukan yang dialami Menkopolhukam Wiranto karena komentar sebelumnya juga menyerang pedas, bicara soal "Masak ditusuk kayak drama Korea sih..." Lalu ada lagi komentar "Skenario rezim biadab yang mau menyudutkan umat islam..."
Sungguh disayangkan seorang pejabat di kementerian berkomentar yang tidak patut seperti ini. Sebagai informasi, Heryadi Purnama ini bukan pejabat biasa atau staf biasa saja. Dia adalah orang penting atau pejabat yang memiliki posisi vital di Kemenkominfo.
Jabatannya di Kemenkominfo bisa dilihat dari link berikut ini: (namanya ada di posisi ke 39)
https://kominfo.go.id/content/detail/3742/siaran-pers-no-5pihkominfo12014-tentang-pelantikan-pejabat-eselon-ii-iii-dan-iv-kementerian-kominfo-oleh-sekjen-kementerian-kominfo-basuki-yusuf-iskandar/0/siaran_pers
Kasubbag Fasilitasi Monitoring Isi Siaran, Bagian Komunikasi, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia.
Kasubbag Fasilitasi Pemantauan dan Pengaduan, Bagian Pengaduan dan Penjatuhan Sanksi, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia.
Artinya dia adalah seorang pejabat aktif sekaligus ASN dengan posisi jabatan yang vital dan strategiskarena membidangi monitoring isi siaran, bagian komunikasi dan posisi pentingnbya adalah sebagai BAGIAN PENGADUAN DAN PENJATUHAN SANKSI, SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA.
Dengan bebragai jabatan yang disandang dan diemban, kriteria apa yang dipakai sehingga sosok orang ini malah eksis dan dengan seenak jidat membacot dan bahkan melecehkan Presiden dan mengarang fitnah terhadap tragedi penusukan ke pejabat penting negara bahkan seorang Menteri yang membidangi pertahanan dan keamanan negara yaitu Menkopolhukam Wiranto?
Dari penelusuran ternyata pejabat Kemenkominfo ini adalah sosok yang mendukung aksi radikalis bahkan lebih dari itu membuat berita yang jelas bernada hoaks dan fitnah. Ternyata di Kominfo justru sarangnya atau dalang pengedar berita hoaks ada dan eksis di situ.
Sebenarnya ini bukanlah hal yang mengagetkan sebenarnya apabila melihat realita semacam ini. Berbagai instansi dan institusi di pemerintahan sudah disusupi sosok atau orang yang malah tak mendukung Pemerintah.
Lebih mendasar lagi adalah pejabat itu tak mengemban amanat sesuai tanggung jawabnya yang di bawah sumpah agama sekalipun. Tugas atau jobdesknya sudah jelas yaitu memonitoring media atau siaran agar sesuai dengan peraturan yang ada dan tentunya menjaga integritas, tak menyebarkan kabar hoaks atau disinformasi.
Namun malah menjadi yang terdepan dalam menyiarkan postingan busuk nan keji!
Sudah sangat mendesak bahwa Kemenkominfo harus segera berbenah dan mengevaluasi semua pejabat dan staf di jajarannya. Ketika banyak beredar berita hoaks dan fitnah di negeri ini maka lembaga yan seharusnya memfilter dan mengontrol justru sudah terinfeksi dan tertular virus radikal sehingga senang menyebarkan hoaks dan fitnah.
Ini jadi masalah serius.
Mentalitas pejabat tersebut bukan hanya mentalitas yang abai fakta dan tak menunjukkan kepedulian dan kemanusiaan. Sebagai orang yang bekerja dalam lembaga pemerintahan yang harus memerangi hoaks dan fitnah eh malah membuat tuduhan dan berita yang sangat keji dan biadab.
Sudah seharusnya bersih-bersih tak hanya berlaku di tubuh TNI dan Kemenkunham. Bersih-bersih itu harus diawali dari lembaga yang terdepan dalam pemberantasan hoaks. Kalau tidak maka justru makin kebobolan dan mencoreng nama lembaga KOMINFO ini.
Mengerikan virus radikalis dan hoaks serta melawan Pemerintah secara terang-terangan dipamertontonkan oleh sang pejabat ini. Bukan hanya memalukan dan tak tahu diri tapi sungguh jadi pengkhianat dan penikam NKRI dan merongrong Pancasila.
Aksi dari sang pejabat ini menunjukkan kualitas pejabat di kementrian itu harus dievaluasi lagi mental dan kesetiaannya kepada NKRI dan Pancasila. Oknum ini secara terang-terangan melawan dan membangkang serta tidak menunjukkan adab yang seharusnya.
Seleksi dan filter serta evaluasi kembali para pejabat dan jangan dibiarkan pejabat macam ini yang makan dari uang Pemerintah serta rakyat lalu bebas mengarang dan memframing fitnah serta menghina kepala negara.
Kominfo jelas kebobolan. Masak para petinggi yang menjadi gudang segala informasi sangat lemah terhadap pengawasan bagi orang-orangnya sendiri yang dengan beraninya melawan, menantang dan menghina Pemerintah.
Makanya tak heran kalau pemberantasan hoaks dan pelurusan informasi sangat sulit dilakukan. Sebabnya ada provokator yang bersarang di badan pemberantas hoaks itu sendiri. Memalukan Kominfo memelihara pejabat yang malah nyinyir dan menyerang Pemerintah secara frontal.
Heryadi mengomentari penusukan Wiranto itu dengan kalimat melecehkan dan menganggap hal tersebut hanyalah sinetron serta menghina Pemerintah saat ini. Komentar yang dia posting adalah sebagai berikut:
"Emang Gue Pikirin, Sinetron yang dibuat rezim koplak untuk dibuat sebagai pengalihan pak Pak De Jok..."
Kini akun media sosial Facebook miliknya sudah berubah tampilan, namun jejak digitalnya tetap tidak bisa ditutupi apalagi dihapus.
Bukti jejak digital Heryadi Purnama |
Komentarnya itu muncul berkaitan dengan musibah penusukan yang dialami Menkopolhukam Wiranto karena komentar sebelumnya juga menyerang pedas, bicara soal "Masak ditusuk kayak drama Korea sih..." Lalu ada lagi komentar "Skenario rezim biadab yang mau menyudutkan umat islam..."
Sungguh disayangkan seorang pejabat di kementerian berkomentar yang tidak patut seperti ini. Sebagai informasi, Heryadi Purnama ini bukan pejabat biasa atau staf biasa saja. Dia adalah orang penting atau pejabat yang memiliki posisi vital di Kemenkominfo.
Jabatannya di Kemenkominfo bisa dilihat dari link berikut ini: (namanya ada di posisi ke 39)
https://kominfo.go.id/content/detail/3742/siaran-pers-no-5pihkominfo12014-tentang-pelantikan-pejabat-eselon-ii-iii-dan-iv-kementerian-kominfo-oleh-sekjen-kementerian-kominfo-basuki-yusuf-iskandar/0/siaran_pers
Kasubbag Fasilitasi Monitoring Isi Siaran, Bagian Komunikasi, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia.
Kasubbag Fasilitasi Pemantauan dan Pengaduan, Bagian Pengaduan dan Penjatuhan Sanksi, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia.
Artinya dia adalah seorang pejabat aktif sekaligus ASN dengan posisi jabatan yang vital dan strategiskarena membidangi monitoring isi siaran, bagian komunikasi dan posisi pentingnbya adalah sebagai BAGIAN PENGADUAN DAN PENJATUHAN SANKSI, SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA.
Dengan bebragai jabatan yang disandang dan diemban, kriteria apa yang dipakai sehingga sosok orang ini malah eksis dan dengan seenak jidat membacot dan bahkan melecehkan Presiden dan mengarang fitnah terhadap tragedi penusukan ke pejabat penting negara bahkan seorang Menteri yang membidangi pertahanan dan keamanan negara yaitu Menkopolhukam Wiranto?
Dari penelusuran ternyata pejabat Kemenkominfo ini adalah sosok yang mendukung aksi radikalis bahkan lebih dari itu membuat berita yang jelas bernada hoaks dan fitnah. Ternyata di Kominfo justru sarangnya atau dalang pengedar berita hoaks ada dan eksis di situ.
Sebenarnya ini bukanlah hal yang mengagetkan sebenarnya apabila melihat realita semacam ini. Berbagai instansi dan institusi di pemerintahan sudah disusupi sosok atau orang yang malah tak mendukung Pemerintah.
Lebih mendasar lagi adalah pejabat itu tak mengemban amanat sesuai tanggung jawabnya yang di bawah sumpah agama sekalipun. Tugas atau jobdesknya sudah jelas yaitu memonitoring media atau siaran agar sesuai dengan peraturan yang ada dan tentunya menjaga integritas, tak menyebarkan kabar hoaks atau disinformasi.
Namun malah menjadi yang terdepan dalam menyiarkan postingan busuk nan keji!
Sudah sangat mendesak bahwa Kemenkominfo harus segera berbenah dan mengevaluasi semua pejabat dan staf di jajarannya. Ketika banyak beredar berita hoaks dan fitnah di negeri ini maka lembaga yan seharusnya memfilter dan mengontrol justru sudah terinfeksi dan tertular virus radikal sehingga senang menyebarkan hoaks dan fitnah.
Ini jadi masalah serius.
Mentalitas pejabat tersebut bukan hanya mentalitas yang abai fakta dan tak menunjukkan kepedulian dan kemanusiaan. Sebagai orang yang bekerja dalam lembaga pemerintahan yang harus memerangi hoaks dan fitnah eh malah membuat tuduhan dan berita yang sangat keji dan biadab.
Sudah seharusnya bersih-bersih tak hanya berlaku di tubuh TNI dan Kemenkunham. Bersih-bersih itu harus diawali dari lembaga yang terdepan dalam pemberantasan hoaks. Kalau tidak maka justru makin kebobolan dan mencoreng nama lembaga KOMINFO ini.
Mengerikan virus radikalis dan hoaks serta melawan Pemerintah secara terang-terangan dipamertontonkan oleh sang pejabat ini. Bukan hanya memalukan dan tak tahu diri tapi sungguh jadi pengkhianat dan penikam NKRI dan merongrong Pancasila.
Aksi dari sang pejabat ini menunjukkan kualitas pejabat di kementrian itu harus dievaluasi lagi mental dan kesetiaannya kepada NKRI dan Pancasila. Oknum ini secara terang-terangan melawan dan membangkang serta tidak menunjukkan adab yang seharusnya.
Seleksi dan filter serta evaluasi kembali para pejabat dan jangan dibiarkan pejabat macam ini yang makan dari uang Pemerintah serta rakyat lalu bebas mengarang dan memframing fitnah serta menghina kepala negara.
Kominfo jelas kebobolan. Masak para petinggi yang menjadi gudang segala informasi sangat lemah terhadap pengawasan bagi orang-orangnya sendiri yang dengan beraninya melawan, menantang dan menghina Pemerintah.
Makanya tak heran kalau pemberantasan hoaks dan pelurusan informasi sangat sulit dilakukan. Sebabnya ada provokator yang bersarang di badan pemberantas hoaks itu sendiri. Memalukan Kominfo memelihara pejabat yang malah nyinyir dan menyerang Pemerintah secara frontal.
No comments:
Post a Comment