Ki Sabdo, lewat video singkatnya di gedung Nusantara V DPR, dia mengklaim memanggil bangsa jin untuk mengamankan pelantikan Jokowi. Dari Nyai Roro Kidul sampai Nyi Blorong disebutnya sudah siap mengamankan pelantikan, sehingga pasti tak akan ada halangan nantinya.
Sontak kubu Pro Prabowo bersorak. Menggiring opini seolah-olah kubu Jokowi begitu ketakutan. Karena tak hanya mengerahkan TNI dan Polri, tapi juga dukun. Mereka tertawa, coba melupakan kenyataan yang akan dihadapi esok hari, pelantikan Jokowi sebagai Presiden sampai 2024.
Saya pribadi, pertama kali melihat video tersebut, langsung berkesimpulan Ki Sabdo ini orang gila. Tak punya kemampuan apa-apa. Karena untuk seseorang yang paham dimensi atau alam ghaib, pasti tak akan sembarangan berbicara. Apalagi sengaja divideokan.
Dan benar saja, setelah ditelusuri, rupanya Ki Sabdo ini dulu pernah memprediksi Prabowo akan menang Pilpres 2014. "Saya sudah ritual di tiga tempat gaib penguasa Istana dan Nyi Roro Kidul di Jakarta, Kanjeng Sunan Bungkul Surabaya, dan Joko Dolog Surabaya. Kelihatan di tiga tempat tersebut hanya wajah Prabowo," kata Ki Sabdo.
Sementara di 2019 Ki Sabdo diparkir. Karena terbukti prediksi dan segala klaimnya itu hanya omong kosong. Giliran Ustad Somad yang dipakai oleh Prabowo untuk membuat prediksi dalam versi lebih syarie. Somad mengklaim ada ulama bersih nan suci yang memimpikan Prabowo sampai 5 kali. Dan itu dianggapnya sebagai pertanda bahwa Prabowo akan jadi Presiden.
Tentu saja ditambah dengan klaim logis lainnya, bahwa di setiap kunjungan Somad ke daerah-daerah, jemaahnya selalu berteriak nama Prabowo. Selalu mengacungkan simbol dua jari, di mana-mana, di seluruh Indonesia.
Tapi, seperti halnya Ki Sabdo, yang dibicarakan Somad ini hanya omong kosong. Orang boleh memanggilnya ustad, tapi dari kejadian tersebut, nampak jelas bahwa dia tak tahu apa-apa soal istikhoroh. Sehingga dengan entengnya bercerita tentang ulama bersih nan suci yang memimpikan Prabowo sampai 5 kali.
Bagi saya, baik Somad maupun Ki Sabdo ini sejatinya hanya endorser. Mengiklankan sesuai pesanan klien. Itulah yang terjadi pada Pilpres 2014 dengan prediksi supranatural, serta 2019 dengan prediksi syariah ala ulama. Tujuannya sama, mencoba untuk memenangkan Prabowo, dengan cara meyakinkan masyarakat bahwa Prabowo pasti menang.
Lalu sekarang, karena Prabowo sudah kalah untuk kedua kalinya, Ki Sabdo dimunculkan lagi untuk mendegradasi moral atau event pelantikan Presiden Jokowi. Tujuannya sederhana saja, agar kubu yang kalah punya alasan untuk menghujat acara pelantikan.
Pertanyannya jadi menarik, siapa yang menghire Ki Sabdo dan mengatur jalannya agar bisa masuk ke gedung DPR? Pasti ada. Pasti politisi dari partai tertentu. Karena kan tidak mungkin satpam atau tukang kebun yang mengarahkan?
Kemungkinan tunggalnya jelas kubu Kadrun atau PKS. Satu-satunya partai yang dijauhi oleh Presiden Jokowi sejak dulu. Tapi, bisa juga kubu oposisi seperti Gerindra, Demokrat atau PAN yang pada intinya gagal masuk koalisi, sakit hati dan dibuatlah drama untuk mendegradasi pelantikan Presiden.
Pekerjaan semacam ini biasa dilakukan oleh kubu Prabowo atau oposisi. Sama seperti Ratna Sarumpaet, ngaku digebuk demi bisa menyerang kubu Jokowi. Lalu sekarang Ki Sabdo, membuat narasi pengamanan bangsa jin agar para pendukung Prabowo bisa menghujat acara pelantikan.
Sebagai orang awam yang tak punya kepentingan politik apapun, saya santai saja menanggapi isu ini. Karena apapun yang mereka katakan, itu tak akan mengubah kenyataan. Faktanya besok Jokowi dilantik. Bahwa kubu lawan sedang terbahak-bahak dan menghina acara pelantikan Presiden, ya begitulah mereka. Kadang, orang-orang yang kalah itu perlu dihibur dan ditinggikan hatinya. Dan hiburan paling mujarab adalah menjelek-jelekkan para pemenang. Agar mereka yang kalah tetap merasa berharga dan punya kebanggan.
Sementara pemenang harus santai dan bijak, membiarkan kubu yang kalah mengobati lukanya sendiri. T
Sontak kubu Pro Prabowo bersorak. Menggiring opini seolah-olah kubu Jokowi begitu ketakutan. Karena tak hanya mengerahkan TNI dan Polri, tapi juga dukun. Mereka tertawa, coba melupakan kenyataan yang akan dihadapi esok hari, pelantikan Jokowi sebagai Presiden sampai 2024.
Saya pribadi, pertama kali melihat video tersebut, langsung berkesimpulan Ki Sabdo ini orang gila. Tak punya kemampuan apa-apa. Karena untuk seseorang yang paham dimensi atau alam ghaib, pasti tak akan sembarangan berbicara. Apalagi sengaja divideokan.
Dan benar saja, setelah ditelusuri, rupanya Ki Sabdo ini dulu pernah memprediksi Prabowo akan menang Pilpres 2014. "Saya sudah ritual di tiga tempat gaib penguasa Istana dan Nyi Roro Kidul di Jakarta, Kanjeng Sunan Bungkul Surabaya, dan Joko Dolog Surabaya. Kelihatan di tiga tempat tersebut hanya wajah Prabowo," kata Ki Sabdo.
Sementara di 2019 Ki Sabdo diparkir. Karena terbukti prediksi dan segala klaimnya itu hanya omong kosong. Giliran Ustad Somad yang dipakai oleh Prabowo untuk membuat prediksi dalam versi lebih syarie. Somad mengklaim ada ulama bersih nan suci yang memimpikan Prabowo sampai 5 kali. Dan itu dianggapnya sebagai pertanda bahwa Prabowo akan jadi Presiden.
Tentu saja ditambah dengan klaim logis lainnya, bahwa di setiap kunjungan Somad ke daerah-daerah, jemaahnya selalu berteriak nama Prabowo. Selalu mengacungkan simbol dua jari, di mana-mana, di seluruh Indonesia.
Tapi, seperti halnya Ki Sabdo, yang dibicarakan Somad ini hanya omong kosong. Orang boleh memanggilnya ustad, tapi dari kejadian tersebut, nampak jelas bahwa dia tak tahu apa-apa soal istikhoroh. Sehingga dengan entengnya bercerita tentang ulama bersih nan suci yang memimpikan Prabowo sampai 5 kali.
Bagi saya, baik Somad maupun Ki Sabdo ini sejatinya hanya endorser. Mengiklankan sesuai pesanan klien. Itulah yang terjadi pada Pilpres 2014 dengan prediksi supranatural, serta 2019 dengan prediksi syariah ala ulama. Tujuannya sama, mencoba untuk memenangkan Prabowo, dengan cara meyakinkan masyarakat bahwa Prabowo pasti menang.
Lalu sekarang, karena Prabowo sudah kalah untuk kedua kalinya, Ki Sabdo dimunculkan lagi untuk mendegradasi moral atau event pelantikan Presiden Jokowi. Tujuannya sederhana saja, agar kubu yang kalah punya alasan untuk menghujat acara pelantikan.
Pertanyannya jadi menarik, siapa yang menghire Ki Sabdo dan mengatur jalannya agar bisa masuk ke gedung DPR? Pasti ada. Pasti politisi dari partai tertentu. Karena kan tidak mungkin satpam atau tukang kebun yang mengarahkan?
Kemungkinan tunggalnya jelas kubu Kadrun atau PKS. Satu-satunya partai yang dijauhi oleh Presiden Jokowi sejak dulu. Tapi, bisa juga kubu oposisi seperti Gerindra, Demokrat atau PAN yang pada intinya gagal masuk koalisi, sakit hati dan dibuatlah drama untuk mendegradasi pelantikan Presiden.
Pekerjaan semacam ini biasa dilakukan oleh kubu Prabowo atau oposisi. Sama seperti Ratna Sarumpaet, ngaku digebuk demi bisa menyerang kubu Jokowi. Lalu sekarang Ki Sabdo, membuat narasi pengamanan bangsa jin agar para pendukung Prabowo bisa menghujat acara pelantikan.
Sebagai orang awam yang tak punya kepentingan politik apapun, saya santai saja menanggapi isu ini. Karena apapun yang mereka katakan, itu tak akan mengubah kenyataan. Faktanya besok Jokowi dilantik. Bahwa kubu lawan sedang terbahak-bahak dan menghina acara pelantikan Presiden, ya begitulah mereka. Kadang, orang-orang yang kalah itu perlu dihibur dan ditinggikan hatinya. Dan hiburan paling mujarab adalah menjelek-jelekkan para pemenang. Agar mereka yang kalah tetap merasa berharga dan punya kebanggan.
Sementara pemenang harus santai dan bijak, membiarkan kubu yang kalah mengobati lukanya sendiri. T
No comments:
Post a Comment