Indonesia memang sejatinya sejak dahulu tidak pernah
kekurangan orang pintar yang kepandaiannya fenomenal (jenius). Kali ini yang
menjadi pembicaraan karena kejeniusannya adalah Cendikiawan Suryaatmadja yang
baru berusia 12 tahun. Diki, demikian nama panggilannya, membuat kehebohan di
Kanada karena dalam usianya yang masih bisa dibilang anak-anak, Diki mendapat
beasiswa di University of Waterloo, Ontario, Kanada.
Mulai awal September, Diki yang lahir pada 1 Juli 2004 sudah
memulai aktivitas perkuliahannya di kampus tersebut dengan menyandang predikat
sebagai mahasiswa termuda di University of Waterloo. Di universitas ini, Diki
mengambil jurusan Ilmu Fisika.
Cendikiawan "Diki" Suryaatmadja (kiri) bersama Franky Tobing, salah
seorang mentor di tim Olimpiade Fisika Indonesia.
|
Bagaimana kesan Diki saat pertama kali menjalani status
sebagai mahasiswa? "Saya senang sekali, tapi sedikit gugup dengan transisi
budaya," ujarnya.
Bagaimana awalnya sampai Diki bisa menjadi sensasi seperti
sekarang ini?
Diki sudah tertarik dengan fisika sejak usia 9 tahun. Sejak
itu pula dirinya berangan-angan menjadi fisikawan termuda paling hebat.
"Fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia," katanya.
Untuk meraih cita-citanya ini, Diki belajar keras dan secara
mandiri belajar bahasa Inggris secara otodidak.
Pihak University of Waterloo menyatakan bahwa mereka sangat bangga
dengan Diki. "Dia sepenuhnya siap secara akademis" kata Andre Jardin,
perwakilan kampus yang mengurusi bidang penerimaan mahasiswa baru.
Menurut Jardin, tim penerimaan mahasiswa meluluskan berkas
Diki, sebelum memperhatikan usia, dan jenis kelaminnya. Mereka baru menyadari
bahwa Diki masih berusia 12, ketika dinyatakan lulus seleksi.
"Kami ingin memastikan dia bisa bersosialisasi (dengan lingkungan
barunya), serta memiliki pengalaman hebat dan sukses, seperti mahasiswa
lainnya." ujar Jardin.
Di Kanada, Diki akan tinggal di luar kampus, berbeda dengan
tradisi kebanyakan mahasiswa yang menetap di asrama. Ayahnya akan menemani Diki
sembari bekerja.
University of Waterloo punya reputasi baik di Kanada. Times
Higher Education (majalah yang spesifik meliput dunia pendidikan tinggi)
menempatkan University of Waterloo pada urutan 179 dalam daftar universitas
terbaik dunia.
Bagaimanakah latar belakang Diki?
Dengan IQ 189, Diki memang terbilang anak jenius.
Kecemerlangan Diki sudah terlihat sejak usianya masih terhitung bulan.
"Umur 6 bulan sudah bisa bicara, meski cadel," kata ibunda Diki,
Hanny
Saat berusia 2, Diki mulai lancar berhitung, terutama dalam
operasi pertambahan dan pengurangan. Aktivitas menulis mulai dilakukannya sejak
usia 3. Di usia yang sama, dia juga mulai menguasai operasi perkalian dan
pembagian.
Kemampuan itu diiringi dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Diki sering membaca buku-buku milik kakak perempuannya yang duduk di sekolah
dasar. Acapkali, Diki melempar pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab orang
tuanya.
Pada usia 6, Diki dimasukkan ke sekolah dasar. Dia loncat
dari kelas I langsung ke kelas III. Setahun berikutnya, Diki dikirim orang
tuanya ke Singapura. Sekira enam bulan di negeri jiran, Diki kembali ke
Indonesia, dan diterima di SMA Kesatuan Bogor, Jawa Barat.
Sebelum masuk SMA, Diki mengikuti ujian Paket B. Ia tercatat
sebagai peserta ujian termuda kala itu (Mei 2015).
Di Indonesia, Diki mendapat bimbingan (kurikulum khusus)
dari Prof. Yohanes Surya, yang punya pamor sebagai cerdik cendekia bidang
fisika.
Sebagai misal, di SMA Kebangsaan Diki sekadar belajar ilmu
fisika saja. Sisanya dia habiskan dengan belajar sendiri, dan melalui
pendampingan dari tim Yohanes Surya.
"Setiap hari saya juga belajar fisika bersama guru
(Surya University) selama empat jam. Sisanya saya belajar sendiri," ungkap
Dicky.
Ia juga kerap mengikuti Olimpiade sains. Salah satunya, saat
tercatat sebagai peserta termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan 2016.
Ihwal cita-citanya, dalam sebuah wawancara dengan Metro TV,
Diki mengatakan ingin membuat penemuan-penemuan baru yang bisa mengubah dunia.
"Saya ingin menjadi orang yang membanggakan Indonesia. Saya akan kembali
ke Indonesia," kata dia.
Semoga talenta Diki tidak diserobot dan dibajak oleh negara lain, sehingga satu lagi brain drain menimpa Indonesia, dimana orang yang berbakat dan pintar di negeri ini tidak pernah mendapat penghargaan dan penanganan yang pantas.
(Tribun News, Radar Cirebon,
Pojok Satu, CTV News, Therecord.com)
No comments:
Post a Comment