Friday, September 2, 2016

Diki, Bocah Indonesia Super Jenius Berusia 12 Tahun Yang Berkuliah Kampus Bergengsi Di Kanada

Indonesia memang sejatinya sejak dahulu tidak pernah kekurangan orang pintar yang kepandaiannya fenomenal (jenius). Kali ini yang menjadi pembicaraan karena kejeniusannya adalah Cendikiawan Suryaatmadja yang baru berusia 12 tahun. Diki, demikian nama panggilannya, membuat kehebohan di Kanada karena dalam usianya yang masih bisa dibilang anak-anak, Diki mendapat beasiswa di University of Waterloo, Ontario, Kanada.

Mulai awal September, Diki yang lahir pada 1 Juli 2004 sudah memulai aktivitas perkuliahannya di kampus tersebut dengan menyandang predikat sebagai mahasiswa termuda di University of Waterloo. Di universitas ini, Diki mengambil jurusan Ilmu Fisika.

Diki Suryaatmaja
Cendikiawan "Diki" Suryaatmadja (kiri) bersama Franky Tobing, salah seorang mentor di tim Olimpiade Fisika Indonesia.

Bagaimana kesan Diki saat pertama kali menjalani status sebagai mahasiswa? "Saya senang sekali, tapi sedikit gugup dengan transisi budaya," ujarnya.

Bagaimana awalnya sampai Diki bisa menjadi sensasi seperti sekarang ini?

Diki sudah tertarik dengan fisika sejak usia 9 tahun. Sejak itu pula dirinya berangan-angan menjadi fisikawan termuda paling hebat. "Fisika adalah ilmu yang dapat mengubah dunia," katanya.

Untuk meraih cita-citanya ini, Diki belajar keras dan secara mandiri belajar bahasa Inggris secara otodidak.

Pihak University of Waterloo menyatakan bahwa mereka sangat bangga dengan Diki. "Dia sepenuhnya siap secara akademis" kata Andre Jardin, perwakilan kampus yang mengurusi bidang penerimaan mahasiswa baru.

Menurut Jardin, tim penerimaan mahasiswa meluluskan berkas Diki, sebelum memperhatikan usia, dan jenis kelaminnya. Mereka baru menyadari bahwa Diki masih berusia 12, ketika dinyatakan lulus seleksi.

"Kami ingin memastikan dia bisa bersosialisasi (dengan lingkungan barunya), serta memiliki pengalaman hebat dan sukses, seperti mahasiswa lainnya." ujar Jardin.

Di Kanada, Diki akan tinggal di luar kampus, berbeda dengan tradisi kebanyakan mahasiswa yang menetap di asrama. Ayahnya akan menemani Diki sembari bekerja.

University of Waterloo punya reputasi baik di Kanada. Times Higher Education (majalah yang spesifik meliput dunia pendidikan tinggi) menempatkan University of Waterloo pada urutan 179 dalam daftar universitas terbaik dunia.

Bagaimanakah latar belakang Diki?

Dengan IQ 189, Diki memang terbilang anak jenius. Kecemerlangan Diki sudah terlihat sejak usianya masih terhitung bulan. "Umur 6 bulan sudah bisa bicara, meski cadel," kata ibunda Diki, Hanny

Saat berusia 2, Diki mulai lancar berhitung, terutama dalam operasi pertambahan dan pengurangan. Aktivitas menulis mulai dilakukannya sejak usia 3. Di usia yang sama, dia juga mulai menguasai operasi perkalian dan pembagian.

Kemampuan itu diiringi dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Diki sering membaca buku-buku milik kakak perempuannya yang duduk di sekolah dasar. Acapkali, Diki melempar pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab orang tuanya.

Pada usia 6, Diki dimasukkan ke sekolah dasar. Dia loncat dari kelas I langsung ke kelas III. Setahun berikutnya, Diki dikirim orang tuanya ke Singapura. Sekira enam bulan di negeri jiran, Diki kembali ke Indonesia, dan diterima di SMA Kesatuan Bogor, Jawa Barat.

Sebelum masuk SMA, Diki mengikuti ujian Paket B. Ia tercatat sebagai peserta ujian termuda kala itu (Mei 2015).

Di Indonesia, Diki mendapat bimbingan (kurikulum khusus) dari Prof. Yohanes Surya, yang punya pamor sebagai cerdik cendekia bidang fisika.

Sebagai misal, di SMA Kebangsaan Diki sekadar belajar ilmu fisika saja. Sisanya dia habiskan dengan belajar sendiri, dan melalui pendampingan dari tim Yohanes Surya.

"Setiap hari saya juga belajar fisika bersama guru (Surya University) selama empat jam. Sisanya saya belajar sendiri," ungkap Dicky.

Ia juga kerap mengikuti Olimpiade sains. Salah satunya, saat tercatat sebagai peserta termuda Olimpiade Fisika di Kazakhstan 2016.

Ihwal cita-citanya, dalam sebuah wawancara dengan Metro TV, Diki mengatakan ingin membuat penemuan-penemuan baru yang bisa mengubah dunia. "Saya ingin menjadi orang yang membanggakan Indonesia. Saya akan kembali ke Indonesia," kata dia.

Semoga talenta Diki tidak diserobot dan dibajak oleh negara lain, sehingga satu lagi brain drain menimpa Indonesia, dimana orang yang berbakat dan pintar di negeri ini tidak pernah mendapat penghargaan dan penanganan yang pantas.

(Tribun News, Radar Cirebon, Pojok Satu, CTV News, Therecord.com)

No comments:

Post a Comment