Pengamat penerbangan Chappy Hakim yang juga merupakan mantan Panglima TNI AU (KSAU) menceritakan pengalamannya pada suatu ketika ia ditanyakan oleh temennya mengenai kebiasaannya saat menumpang pesawat yaitu mengapa dia harus
duduk di belakang saat naik ke pesawat terbang dari sebuah maskapai yang
kebetulan sangat tenar dengan image yang kurang bagus, yaitu sering mengalami
keterlambatan dan bahkan juga kecelakaan.
Pilihan tersebut tidak lain dan sulit dihindarkan karena
maskapai penerbangan tersebut berbiaya murah. Rasa khawatir itulah yang
menyebabkan teman saya itu bertanya-tanya lantaran bersama belasan penumpang
lainnya diarahkan awak kabin duduk di bagian belakang pesawat.
Ilustrasi safety demo oleh pramugari sebelum pesawat lepas landas |
Agak aneh baginya, karena tempat duduk di jajaran depan
dibiarkan atau lebih tepat sengaja dikosongkan. Maskapai penerbangan tersebut
tidak mencantumkan nomor tempat duduk pada tiket sebagaimana maskapai
penerbangan standar yang tidak berbiaya murah.
Agak sulit juga menerangkan dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Tidak ada informasi lainnya selain teman itu dan seluruh
penumpang yang kebetulan hanya berjumlah belasan orang digiring pramugari
berkelompok duduk semua di jajaran tempat duduk barisan belakang.
Pada prinsipnya, pesawat terbang penumpang memang memiliki
keterbatasan dalam mengangkut sejumlah penumpang dan barang. Pesawat terbang,
dalam melaksanakan penerbangan dari titik pemberangkatan menuju titik tujuan
memerlukan bahan bakar yang jumlahnya sudah dihitung pada besaran yang
dibutuhkan.
Berat kosong pesawat ditambah berat bahan-bakar yang diisi
untuk rute tersebut, memberikan sisa berat dari kemampuan pesawat terbang itu
untuk bisa terbang. Sisa berat inilah yang dapat digunakan pesawat untuk diisi
penumpang dan atau barang.
Dengan demikian, berat maksimum pesawat untuk dapat terbang
(MTOGW, Maximum Take Off Gross Weight) dikurangi berat kosong pesawat dengan
peralatan dan bahan bakar yang diisi untuk rute tersebut (Aircraft Empty
weight+fuel weight) adalah sama dengan jumlah berat penumpang dan atau barang
yang dapat diangkut (Pay Load).
Pesawat terbang untuk dapat terbang dengan aman dan nyaman,
memerlukan perhitungan akurat. Tidak hanya mengenai jumlah Pay Load saja, akan
tetapi juga memerlukan pengaturan dari penempatan barang dan orang di dalam
tubuh pesawat terbang itu.
Pada ruang bagasi, barang-barang (cargo) disusun sedemikian
rupa pada posisi tertentu dan diikat dengan kuat agar tidak bergeser. Demikian
pula penumpang diatur pada tempat duduk yang disediakan serta ditata pada posisi
yang dihitung agar tidak merusak atau mengganggu keseimbangan pesawat.
Hal ini sangat diperlukan agar pesawat terbang dapat
diterbangkan dengan aman dan nyaman terutama saat take off dan landing. Itu
sebabnya antara lain, semua penumpang harus duduk di tempat duduknya
masing-masing dan sekaligus mengenakan sabuk pengaman terutama saat yang
kritikal yaitu take off dan landing.
Pengaturan dari penempatan barang dan penumpang pada posisi
tertentu di dalam pesawat bertujuan agar titik keseimbangan pesawat terbang
berada pada posisi yang aman. Titik ini dikenal sebagai titik Central of
Gravity atau CG.
Jumlah barang dan penumpang akan mempengaruhi posisi dari CG
pesawat terbang. Untuk memposisikan titik CG berada pada tempat yang aman untuk
terbang, maka disusunlah posisi barang dan penumpang pada tempat-tempat
tertentu dengan perhitungan matang.
Proses perhitungan dari penempatan barang dan penumpang
inilah yang akan menghasilkan di mana letak barang dan penumpang untuk
ditempatkan. Harmonisasi dari peletakkan barang di ruang bagasi pesawat dan di
mana penumpang akan diarahkan untuk duduk di kabin pesawat itulah yang akan
menjadi panduan awak kabin menempatkan para penumpang duduk.
Bagi maskapai penerbangan yang standar dalam mengikuti pola
aturan keselamatan penerbangan, kesemua itu disusun dan diselesaikan di bawah
sebelum terbang. Pola penempatan itulah yang melahirkan nomor-nomor tempat
duduk penumpang (tentu saja sesuai dan termasuk perhitungan dengan kelasnya
masing-masing).
Bagi penerbangan berjarak pendek dan juga biasanya yang
berbiaya murah tanpa tercantum nomor tempat duduk di tiket, awak kabin
ditugaskan mengarahkan para penumpang di mana mereka duduk.
Itulah sebabnya, besar kemungkinan pada penerbangan
tertentu, bisa terjadi saat naik ke pesawat, awak kabin mengarahkan para
penumpang mengisi tempat duduk di bagian belakang saja misalnya.
Di samping itu, khusus pada tempat duduk tertentu yang
berdekatan dengan pintu darurat atau emergency exit, biasanya dipilih penumpang
yang dapat diandalkan mampu membuka pintu darurat saat keadaan bahaya.
Itu pula sebabnya bagi mereka yang kebetulan kebagian tempat
duduk yang dekat dengan emergency exit akan menerima briefing khusus atau
penjelasan tambahan dari awak kabin pada sebelum pesawat take off.
Kesimpulannya, pada saat kita bepergian dengan menggunakan
pesawat terbang, ikutilah semua aturan yang berlaku dan patuhilah semua
instruksi yang diberikan awak pesawat, apakah dari pilot dan atau dari awak
kabin.
(Kompas, Chappy Hakim)
No comments:
Post a Comment