Sunday, May 17, 2020

Penyebab Penolakan 500 TKA China Berujung Petaka Bagi Nasib 3000 Pekerja Lokal

Penolakan terhadap 500 Tenaga kerja Asing (TKA) asal China ternyata berujung petaka bagi karyawan lokal.

Ilustrasi TKA China  

Manajemen PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) angkat bicara terkait penolakan kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang akan bekerja di Kawasan Industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ( Sultra).

External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto mengatakan, alasan kedatangan 500 TKA China ke Sultra bertujuan untuk mengerjakan 33 tungku smelter milik PT OSS. Pengerjaan tungku smelter ini diklaim bakal menyerap lebih dari 3.000 pekerja lokal.

Indrayanto mengatakan, 500 TKA China itu merupakan tenaga teknis yang bekerja secara temporer secara bergantian, bukan untuk waktu yang lama.

Mereka adalah tenaga ahli untuk memasang alat pada tungku smelter, untuk produksi dan mempertahankan operasional di lapangan.

Saat ini sebagian pembangunan terpaksa diberhentikan sementara karena kurangnya tenaga ahli.

"Setelah mereka melakukan pemasangan, mereka akan kembali lagi ke Tiongkok. Paling lama itu tiga bulan, maksimal enam bulan, tenaga ahli itu paling lama bekerja 6 bulan, jika bisa lebih cepat lagi misal 3 bulan selesai, mereka langsung pulang," kata Indrayanto keterangan tertulisnya pada Senin 11 Mei 2020.

“Namun dengan pertimbangan terbitnya Permenhub Nomor 25 tahun 2020 serta permintaan dari instansi terkait untuk menunda rencana tersebut, maka pada 24 April 2020, perusahaan memutuskan untuk menunda kedatangan TKA tersebut," tegasnya.

Kedatangan 500 TKA China ini, diklaim Indrayanto, sudah dinanti ribuan calon pekerja lokal yang telah dinyatakan lulus dalam seleksi penerimaan karyawan di perusahaan pemurnian nikel tersebut.

"Jika 500 TKA China sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto.

"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK. Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," sambungnya.

Namun, pihak perusahaan tidak mau terburu–buru dan tetap menghormati keputusan yang diambil Pemerintah Provinsi Sultra dan Pemerintah Kabupaten Konawe untuk menunda kedatangan 500 TKA China, sampai situasi tanggap darurat dicabut oleh pemerintah pusat.

Sebanyak 500 TKA China yang direncanakan masuk bekerja di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, akan dilakukan secara bertahap.

PT VDNI dan PT OSS menyatakan juga telah melakukan berbagai tahapan mulai dari pemeriksaan kesehatan dengan standar Covid-19 hingga kelengkapan dokumen.

Indrayanto menyebut, saat ini ada 11.000 karyawan lokal yang bekerja di PT VDNI dan PT OSS.

Jumlah itu belum termasuk 20.000 pekerja lokal yang terkait dengan aktivitas perusahaan tersebut seperti kontraktor hingga pekerja pelabuhan.

PT VDNI dan PT OSS juga juga berkomitmen pada peningkatan hasil pengolahan bahan baku yang diklaim akan meningkatkan devisa Indonesia.

"Pengolahan bahan baku di pabrik juga akan menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia, menaikkan devisa, pendapatan pajak negara dan nilai ekspor Indonesia. Itulah mengapa kami berharap TKA itu bisa diberikan (izin) masuk," sebut Indrayanto.

Meski demikian, Indrayanto mengakui sejak mewabahnya virus corona PT VDNI dan PT OSS juga telah merumahkan 2.000 karyawannya.

Tindakan itu diambil untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang sudah menginfeksi 71 orang di perusahaan tersebut.

Ini pekerjaan di PLTU Morowali yang dikerjakan pekerja asing asa China. Pekerjaan ini sudah ditawarkan ke pekerja Indonesia tapi tidak ada yang berani dan sanggup karena ketinggian dari 50 hingga 100 meter atau lebih. Para pekerja China ini istirahat dan makan siang saja diatas karena untuk naik dan turun membutuhkan waktu lebih dari 1 jam.


"Ini sebenarnya pilihan dari karyawan sendiri," tambah Indrayanto.

Sedangkan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi yang sebelumnya menolak kedatangan TKA China, meminta agar dilakukan penundaan hingga wabah virus corona berakhir.

"Regulasinya sudah ada, tapi belum bisa. Suasana kebatinan kita sekarang belum menerima hal itu. Ya kita tundalah," ungkap Ali Mazi pekan lalu.

Sumber: Grid

No comments:

Post a Comment