Saat kita semakin sadar akan tindakan pencegahan dalam pandemi coronavirus, maka pada saat yang sama muncul sederet pertanyaan tentang itu. Salah satunya adalah bagaimana kita harus mencuci dan mendisinfeksi barang-barang rumah tangga, termasuk pakaian.
Di sisi lain, media sosial kian sarat dengan informasi yang justru menyesatkan. Nah, berikut ini adalah penjelasan dokter dan juga ahli epidemiologi tentang pertanyaan yang muncul di masyaraka.
Namun, sebelum melangkah lebih jauh, -perlu diingat, penelitian khusus belum dilakukan tentang bagaimana virus corona berinteraksi dengan pakaian. Kendati demikian, ada sejumlah panduan dasar tentang cara mencuci tangan yang benar, -termasuk, cara mencuci yang ideal untuk menjauhkan pakaian dari virus.
Berapa lama virus corona dapat bertahan hidup di pakaian? Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus corona lebih menular melalui tetesan dari pernapasan -dari orang yang terinfeksi saat bersin atau batuk, daripada melalui pakaian atau benda yang terkontaminasi.
Namun, CDC mencatat, ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona dapat tetap bertahan selama berjam-jam di permukaan benda, termasuk pakaian. Pakaian, menurut spesialis kesehatan masyarakat Carol Winner, dapat menahan virus tetesan ludah.
Partikel-partikel ini akan mengering seiring waktu, dan menonaktifkan virus. Tetapi ini tidak berarti bahwa kematian virus akan terjadi dengan cepat, dan Winner mengatakan, para ilmuwan masih mempelajari lebih banyak tentang virus ini.
"Kita tahu bahwa tetesan dapat mengering dalam beberapa kondisi, yang mungkin lebih cepat dalam serat alami," kata Winner, seperti dikutip laman HuffPost. "Kami mendengar, panas dan kelembapan dapat memengaruhi kelangsungan hidup virus di permukaan pakaian, tetapi ingat, suhu di Australia 26 derajat celcius, dan Tom Hanks masih terjangkit."
Adakah jenis kain tertentu yang lebih rentan terhadap virus? Robert Amler, Dekan Fakultas Ilmu dan Praktek Kesehatan di New York Medical College dan mantan kepala petugas medis CDC, memberikan jawabannya. Dia mengatakan, durasi virus tergantung pada kain, karena beberapa bahan lebih renggang daripada yang lain.
"Beberapa peneliti percaya serat dalam bahan berpori menangkap partikel virus, mengeringkannya, dan memecahnya," kata Amler."(Lalu) permukaan halus seperti kulit dan vinil dapat dibersihkan," sambung dia.
Dr. Janette Nesheiwat menilai agar bahan polyester seperti spandex dapat menahan kuman lebih lama dari pada kain berbahan dasar katun yang "bernapas". Sehingga, dengan demikian penting untuk mencuci legging, pakaian dalam, dan gaun dengan seksama. "Bahan spandex seperti polyester dapat menahan kuman lebih lama dari kain berbahan dasar katun, tetapi semua jenis kain dapat terkontaminasi," kata Nesheiwat. Sementara, Winner menekankan, penelitian yang sudah dilakukan sejauh ini tentang Covid-19 mengungkap tentang kemampuan virus bertahan di permukaan kardus, baja, tembaga dan plastik.
"Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular telah memberi tahu kami bahwa beberapa virus dapat tetap aktif setelah 2-3 hari pada plastik dan stainless steel, 24 jam di atas kardus, dan empat jam di atas tembaga," kata dia. Jadi, sadarilah bahwa beberapa kancing, ritsleting, dan perangkat keras pakaian lainnya dapat dibuat dari bahan-bahan itu. Tanpa mesin, apakah cuci pakaian dengan tangan efektif? Jika tidak menggunakan mesin cuci, seorang pakar kesehatan Dr. Georgine Nanos mengatakan, mencuci dengan tangan di rumah dapat dilakukan dengan suhu air di atas 26 derajat celcius. Tetapi, tetap lebih mudah dan lebih cepat mencuci pakaian dengan mesin cuci biasa. Selain itu metode ini benar-benar aman, dan akan membunuh virus bahkan jika kita mencuci pakaian dari orang yang terinfeksi.
Deterjen apa yang harus digunakan?
Rodney E. Rohde, Ketua dan Profesor Program Ilmu Laboratorium Klinik di Texas State University, memberi penjelasannya. Dia mengajak kita untuk kembali melihat pentingnya mencuci pakaian dalam air hangat atau bahkan air panas. Selain itu dia juga menyarankan agar kita memperhatikan deterjen yang digunakan.
"Saya menyarankan untuk mencuci pakaian dalam deterjen yang mengandung senyawa pemutih," kata Rohde. "Virus tidak bekerja dengan baik di kandungan yang keras seperti itu," kata dia. Di AS, American Chemistry Council menyusun daftar produk (termasuk deterjen) yang disarankan dipakai untuk melawan patogen virus termasuk Covid-19. Seberapa sering harus mencuci pakaian? Di saat banyak orang mungkin menunggu untuk mencuci pakaian hingga menjadi tumpukan besar, Winner merekomendasikan pencucian secara teratur. Terutama, jika kita masih diharuskan pergi ke tempat kerja atau berada di daerah yang ramai. "Yang terbaik, seperti biasa, mencuci pakaian secara teratur," kata dia.
"Jika kita berada di daerah yang ramai, kita mungkin harus melepas pakaian saat tiba di rumah, dan langsung menaruhnya di wadah pakaian kotor." "Kita juga harus mencuci mantel jika kita menggunakan siku atau lengan baju untuk menyentuh item yang sering digunakan, dan permukaan yang berpotensi terkontaminasi seperti tombol lift, pegangan tangga, dan gagang pintu," kata dia.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Kompas
Di sisi lain, media sosial kian sarat dengan informasi yang justru menyesatkan. Nah, berikut ini adalah penjelasan dokter dan juga ahli epidemiologi tentang pertanyaan yang muncul di masyaraka.
Namun, sebelum melangkah lebih jauh, -perlu diingat, penelitian khusus belum dilakukan tentang bagaimana virus corona berinteraksi dengan pakaian. Kendati demikian, ada sejumlah panduan dasar tentang cara mencuci tangan yang benar, -termasuk, cara mencuci yang ideal untuk menjauhkan pakaian dari virus.
Berapa lama virus corona dapat bertahan hidup di pakaian? Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus corona lebih menular melalui tetesan dari pernapasan -dari orang yang terinfeksi saat bersin atau batuk, daripada melalui pakaian atau benda yang terkontaminasi.
Namun, CDC mencatat, ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona dapat tetap bertahan selama berjam-jam di permukaan benda, termasuk pakaian. Pakaian, menurut spesialis kesehatan masyarakat Carol Winner, dapat menahan virus tetesan ludah.
Partikel-partikel ini akan mengering seiring waktu, dan menonaktifkan virus. Tetapi ini tidak berarti bahwa kematian virus akan terjadi dengan cepat, dan Winner mengatakan, para ilmuwan masih mempelajari lebih banyak tentang virus ini.
"Kita tahu bahwa tetesan dapat mengering dalam beberapa kondisi, yang mungkin lebih cepat dalam serat alami," kata Winner, seperti dikutip laman HuffPost. "Kami mendengar, panas dan kelembapan dapat memengaruhi kelangsungan hidup virus di permukaan pakaian, tetapi ingat, suhu di Australia 26 derajat celcius, dan Tom Hanks masih terjangkit."
Adakah jenis kain tertentu yang lebih rentan terhadap virus? Robert Amler, Dekan Fakultas Ilmu dan Praktek Kesehatan di New York Medical College dan mantan kepala petugas medis CDC, memberikan jawabannya. Dia mengatakan, durasi virus tergantung pada kain, karena beberapa bahan lebih renggang daripada yang lain.
"Beberapa peneliti percaya serat dalam bahan berpori menangkap partikel virus, mengeringkannya, dan memecahnya," kata Amler."(Lalu) permukaan halus seperti kulit dan vinil dapat dibersihkan," sambung dia.
Dr. Janette Nesheiwat menilai agar bahan polyester seperti spandex dapat menahan kuman lebih lama dari pada kain berbahan dasar katun yang "bernapas". Sehingga, dengan demikian penting untuk mencuci legging, pakaian dalam, dan gaun dengan seksama. "Bahan spandex seperti polyester dapat menahan kuman lebih lama dari kain berbahan dasar katun, tetapi semua jenis kain dapat terkontaminasi," kata Nesheiwat. Sementara, Winner menekankan, penelitian yang sudah dilakukan sejauh ini tentang Covid-19 mengungkap tentang kemampuan virus bertahan di permukaan kardus, baja, tembaga dan plastik.
"Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular telah memberi tahu kami bahwa beberapa virus dapat tetap aktif setelah 2-3 hari pada plastik dan stainless steel, 24 jam di atas kardus, dan empat jam di atas tembaga," kata dia. Jadi, sadarilah bahwa beberapa kancing, ritsleting, dan perangkat keras pakaian lainnya dapat dibuat dari bahan-bahan itu. Tanpa mesin, apakah cuci pakaian dengan tangan efektif? Jika tidak menggunakan mesin cuci, seorang pakar kesehatan Dr. Georgine Nanos mengatakan, mencuci dengan tangan di rumah dapat dilakukan dengan suhu air di atas 26 derajat celcius. Tetapi, tetap lebih mudah dan lebih cepat mencuci pakaian dengan mesin cuci biasa. Selain itu metode ini benar-benar aman, dan akan membunuh virus bahkan jika kita mencuci pakaian dari orang yang terinfeksi.
Deterjen apa yang harus digunakan?
Rodney E. Rohde, Ketua dan Profesor Program Ilmu Laboratorium Klinik di Texas State University, memberi penjelasannya. Dia mengajak kita untuk kembali melihat pentingnya mencuci pakaian dalam air hangat atau bahkan air panas. Selain itu dia juga menyarankan agar kita memperhatikan deterjen yang digunakan.
"Saya menyarankan untuk mencuci pakaian dalam deterjen yang mengandung senyawa pemutih," kata Rohde. "Virus tidak bekerja dengan baik di kandungan yang keras seperti itu," kata dia. Di AS, American Chemistry Council menyusun daftar produk (termasuk deterjen) yang disarankan dipakai untuk melawan patogen virus termasuk Covid-19. Seberapa sering harus mencuci pakaian? Di saat banyak orang mungkin menunggu untuk mencuci pakaian hingga menjadi tumpukan besar, Winner merekomendasikan pencucian secara teratur. Terutama, jika kita masih diharuskan pergi ke tempat kerja atau berada di daerah yang ramai. "Yang terbaik, seperti biasa, mencuci pakaian secara teratur," kata dia.
"Jika kita berada di daerah yang ramai, kita mungkin harus melepas pakaian saat tiba di rumah, dan langsung menaruhnya di wadah pakaian kotor." "Kita juga harus mencuci mantel jika kita menggunakan siku atau lengan baju untuk menyentuh item yang sering digunakan, dan permukaan yang berpotensi terkontaminasi seperti tombol lift, pegangan tangga, dan gagang pintu," kata dia.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Kompas
No comments:
Post a Comment