“Harapan itu masih ada” itulah kata yang tepat buat rakyat Indonesia.
Selama ini, lebih sering kita mendengar, melihat dan membaca di media-media tentang tingkah laku para pejabat dinegeri kaya sumber daya alam yang bernama Indonesia. Bahwa para pejabat dinegeri ini sering berpenampilan hidup mewah nan glamour, sering sangat bertolak belakang dengan rakyat yang mereka pimpin atas gaya hidup mereka. Yang bersuamikan pejabat seharusnya melayani rakyatnya malah tidak jarang minta dilayani oleh rakyatnya. Dan yang memalukannya lagi, atas nama istri atau anak pejabat, golongan ini bisa dengan bebasnya melanggar peraturan-peraturan yang sudah ditetap sebagai undang-undang untuk ditaati bersama.
Atas hal-hal disebutkan diatas, banyak rakyat menjadi pesimis bisa bangkit dari keterbelakangan kemajuan Republik Indonesia dari Negara-negara yang sudah lebih dulu maju. Karena yang mereka lihat dan tonton sangat jarang ada para pejabat yang hidup sederhana dan bekerja untuk melayani rakyat. Karena memang yang sering mereka saksikan dan baca dimedia-media bahwa para pejabat itu identik dengan hidup yang glamour. Hal ini juga diperkuat dengan sinetron-sinteron yang di TV-TV yang disetting dengan alur cerita hidup para pejabat memang penuh dengan kemewahan.
Namun, ternyata hidup mewah nan glamour para pejabat dan keluarganya tidak sepenuhnya benar. Akan tetapi gaya hidup yang sederhana itu sering tidak dapat atau tidak diliput oleh media. Peliputan di media tentang gaya hidup pejabat yang sederhana itu tidak dilakukan, mungkin karena banyak media menanamkan motto dalam diri mereka “bad News is good news”.
Hal ini juga yang terjadi pada Bu Endang Istri Wakil Wali kota Malang bapak Sutiaji. Gaya hidupnya yang low profile ini jarang diliput media.
Endang adalah istri Sutiaji (Wakil wali kota Malang), sudah lama membuka kantin di UIN Maliki Malang yaitu sejak tahun 2007. Ini artinya, jauh hari sebelum suaminya menjadi wakil wali kota pasangan dari Abah Anton wali kota malang terpilih masa pengabdian 2013-2018 sudah mempunyai kantin di UIN Malang ini. Bu Endang sudah membuka kantin di lingkungan kampus bilingual Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Perlu diketahui bahwa Sutiaji, suami dari Bu Endang sebelum menjadi wakil walikota Malang ada berprofesi sebagai DPRD di Kota Malang. Dan ketika ada pemilu walikota Malang, suaminya ikut menjadi calon sebagai wakil wali kota Malang.
Bisa dibayangkan bagaimana repotnya melayani pembeli dikantin disebuah perguruan tinggi ribetnya seperti apa. Apa lagi perguruan tinggi itu adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang mana Mahasiswa baru yang diterima dikampus ini diwajibkan masuk asrama selama satu tahun. Untuk tahun 2013 ini, mahasiswa yang diterima di UIN MALIKI Malang lebih dari 3000 orang dan separohnya adalah perempuan. Ini artinya bahwa dikantin bu Endang ini tidak kurang melayani lebih dari 500 orang disetiap harinya (hal berdasar hitung-hitungan penulis, karena kantin di Ma’had/asrama putri itu ada 3). Namun, pekerjaan ini tetap dikerjakan oleh bu Endang.
Untuk belanja kebutuhan dari kantinnya ini, maka Setiap shubuhnya bu Endang ini harus belanja ke Pasar Dinoyo (jarak dari kampus kepasar Dinoyo kurang lebih 500 M)
Gaya-gaya hidup pejabat/keluarga pejabat inilah yang sesungguhnya harus lebih sering di wartakan oleh media, supaya rakyat Indonesia kembali optimis bahwa ternyata harapan itu masih ada untuk menjadikan Indonesia ini lebih bagus lagi.
Selama ini, lebih sering kita mendengar, melihat dan membaca di media-media tentang tingkah laku para pejabat dinegeri kaya sumber daya alam yang bernama Indonesia. Bahwa para pejabat dinegeri ini sering berpenampilan hidup mewah nan glamour, sering sangat bertolak belakang dengan rakyat yang mereka pimpin atas gaya hidup mereka. Yang bersuamikan pejabat seharusnya melayani rakyatnya malah tidak jarang minta dilayani oleh rakyatnya. Dan yang memalukannya lagi, atas nama istri atau anak pejabat, golongan ini bisa dengan bebasnya melanggar peraturan-peraturan yang sudah ditetap sebagai undang-undang untuk ditaati bersama.
Atas hal-hal disebutkan diatas, banyak rakyat menjadi pesimis bisa bangkit dari keterbelakangan kemajuan Republik Indonesia dari Negara-negara yang sudah lebih dulu maju. Karena yang mereka lihat dan tonton sangat jarang ada para pejabat yang hidup sederhana dan bekerja untuk melayani rakyat. Karena memang yang sering mereka saksikan dan baca dimedia-media bahwa para pejabat itu identik dengan hidup yang glamour. Hal ini juga diperkuat dengan sinetron-sinteron yang di TV-TV yang disetting dengan alur cerita hidup para pejabat memang penuh dengan kemewahan.
Namun, ternyata hidup mewah nan glamour para pejabat dan keluarganya tidak sepenuhnya benar. Akan tetapi gaya hidup yang sederhana itu sering tidak dapat atau tidak diliput oleh media. Peliputan di media tentang gaya hidup pejabat yang sederhana itu tidak dilakukan, mungkin karena banyak media menanamkan motto dalam diri mereka “bad News is good news”.
Hal ini juga yang terjadi pada Bu Endang Istri Wakil Wali kota Malang bapak Sutiaji. Gaya hidupnya yang low profile ini jarang diliput media.
Bu Endang kala menunggu pembeli di warungnya |
Endang adalah istri Sutiaji (Wakil wali kota Malang), sudah lama membuka kantin di UIN Maliki Malang yaitu sejak tahun 2007. Ini artinya, jauh hari sebelum suaminya menjadi wakil wali kota pasangan dari Abah Anton wali kota malang terpilih masa pengabdian 2013-2018 sudah mempunyai kantin di UIN Malang ini. Bu Endang sudah membuka kantin di lingkungan kampus bilingual Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ibu Endang (kiri) melayani seorang pembeli di warungnya |
Perlu diketahui bahwa Sutiaji, suami dari Bu Endang sebelum menjadi wakil walikota Malang ada berprofesi sebagai DPRD di Kota Malang. Dan ketika ada pemilu walikota Malang, suaminya ikut menjadi calon sebagai wakil wali kota Malang.
Bisa dibayangkan bagaimana repotnya melayani pembeli dikantin disebuah perguruan tinggi ribetnya seperti apa. Apa lagi perguruan tinggi itu adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang mana Mahasiswa baru yang diterima dikampus ini diwajibkan masuk asrama selama satu tahun. Untuk tahun 2013 ini, mahasiswa yang diterima di UIN MALIKI Malang lebih dari 3000 orang dan separohnya adalah perempuan. Ini artinya bahwa dikantin bu Endang ini tidak kurang melayani lebih dari 500 orang disetiap harinya (hal berdasar hitung-hitungan penulis, karena kantin di Ma’had/asrama putri itu ada 3). Namun, pekerjaan ini tetap dikerjakan oleh bu Endang.
Untuk belanja kebutuhan dari kantinnya ini, maka Setiap shubuhnya bu Endang ini harus belanja ke Pasar Dinoyo (jarak dari kampus kepasar Dinoyo kurang lebih 500 M)
Gaya-gaya hidup pejabat/keluarga pejabat inilah yang sesungguhnya harus lebih sering di wartakan oleh media, supaya rakyat Indonesia kembali optimis bahwa ternyata harapan itu masih ada untuk menjadikan Indonesia ini lebih bagus lagi.
No comments:
Post a Comment