Pada bulan Juni 2017, Rusia dan Indonesia dikabarkan telah sepakat menandatangani perjanjian kontrak pengiriman pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 hingga akhirnya terhalang oleh Amerika Serikat (AS).
Dengan dibayangi ancaman sanksi CAATSA dari AS, Indonesia akhirnya mengumumkan pembatalan kontrak pembelian jet tempur Su-35 dari Rusia.
Jet tempur Sukhoi Su-35 |
Padahal, RI telah menunggu lama untuk bisa mempersenjatai TNI-AU untuk mengawal kedaulatan wilayah udara dengan Su-35 yang terkenal dengan manuver patukan ular kobra.
Kabar mengenai pembatalan pembelian Su-35 oleh RI sebelumnya telah bocor di laporan Kongres AS.
Dikutip dari Bulgarian Military, Kongres AS mengumumkan dalam sebuah laporan baru-baru ini tentang pemutusan akhir kontrak Indonesia untuk pasokan 11 unit pesawat tempur Su-35. Kabar tersebut pun diamini oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Dikutip dari Antara, Marsekal Fadjar Prasetyo saat berbincang dengan media massa pada acara Press Tour and Media Gathering di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Rabu 22 Desember 2021 mengumumkan kabar tersebut. Indonesia terpaksa meninggalkan rencana pembelian Su-35 tersebut.
"Sukhoi Su-35 dengan berat hati ya kita harus sudah meninggalkan perencanaan itu, karena kan kita harus kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran," jelas Fadjar.
Namun, Indonesia tidak sebodoh yang dikira banyak orang.
Indonesia sendiri memang lebih mementingkan amannya nilai perdagangan dengan AS karena nilai perdagangan kedua negara cukup tinggi.
Sebagai Catalan, dilansir dari situs bi.go.id nilai perdagangan Indonesia-AS pada Januari-September 2021 surplus 25,07 miliar dollar AS alias hampir menyentuh 354 triliun Rupiah dalam setahun. Data tersebut bahkan dikuatkan oleh situs resmi perdagangan pemerintah AS yaitu census.gov
Dan pada Januari-Oktober 2021, Indonesia berhasil "membalas eendam" dengan mengeruk uang dari AS sebesar 14,192 miliar dollar AS karena ekspor Indonesia membanjiri negeri Paman Sam tersebut. Sedangkan ekspor AS ke Indonesia mengalami penurunan drastis.
Nah, bila sanksi CAATSA dijatuhkan maka Indonesia tidak bisa mengeruk duit dalam jumlah fantastis dari AS. Jadi sangatlah tepat bila Indonesia tidak jadi membeli Su-35, sebab ada uang ratusan trilliun Rupiah yang bakalan lenyap seketika apabila Indonesia kena sanksi CAATSA.
Dan, Indonesia sendiri pun punya taktik cerdik menghadapi pembatalan pembelin jet tempur Su-35 tersebut.
Baru hitungan sehari setelah jet tempur Su-35 diumumkan batal dibeli, Indonesia rupanya tidak kehilangan akal untuk bekerja sama dengan negeri Beruang Merah tersebut.
Pasalnya, menurut rilis yang diterima dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Indonesia dan Rusia sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama konkret di berbagai bidang dalam rangka mendorong upaya pemulihan ekonomi.
Komitmen ini terungkap dalam pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dengan Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Ny. Lyudmila Georgievna Vorobieva di Kantor Kemenko Perekonomian pada Kamis 23 Desember 2021.
Dalam pertemuan tersebut telah dibahas beberapa isu kerjasama strategis kedua negara antara lain mengenai rencana penyelenggaraan Sidang Komisi Bersama di bidang perdagangan, ekonomi dan teknik (SKB) ke-13 RI-Rusia back-to-back dengan rencana Pameran Industri INNOPROM: Industrial Exposition and Business Dialogue yang untuk pertama kalinya akan diselenggarakan di Jakarta pada 10-12 Maret 2022.
Selain menghadirkan pelaku industri dari kedua negara, pameran tersebut direncanakan akan menghadirkan para pelaku usaha dan industri kawasan Eurasia dan kawasan Asia Tengah serta beberapa perusahaan dari kawasan Asia Tenggara lainnya.
"Dua kegiatan ini akan memainkan peran penting sebagai platform of collaboration dalam upaya meningkatkan hubungan dan kerjasama konkret di bidang ekonomi, perdagangan, inrestas dan industri antara Indonesia dan Rusia, terlebih kegiatan akan berlangsung di masa Presidensi Indonesia di G20," ungkap Menko Airlangga.
Di samping event bersama yang tengah dimatangkan oleh RI dan Rusia tersebut, Menko Perekonomian RI serta Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia juga membahas berbagai isu dan potensi kerjasama strategis yang menjadi perhatian kedua negara, antara lain kerjasama di bidang industri kedirgantaraan dan antariksa, energi, infrastruktur transportasi dan perkeretaapian, industri perkapalan, produk peternakan serta platform ekonomi digital.
Sebagai info tambahan, saat ini Rusia menempati peringkat ke-37 negara investor di Indonesia yang berarti masih ada banyak ruang untuk Rusia meningkatkan jumlah investasinya di Indonesia.
No comments:
Post a Comment