Di saat banyak teradi intoleransi terhadap umat beragama minoritas, fakta ini bisa menjadi pelajaran dan embun penyejuk bagi kita semua.
Masjid megah ini berlokasi di "pintu masuk" Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara dimana populasi penduduknya adalah 99% Kristen.
Tidak pernah sekalipun kami tanya soal IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan kami pun juga tidak pernah komplain soal suara Azan ynag suara TOA tinggi.
Maksimal suara adzan yang selalu kami dengar 5 kali satu hari dan sekitar masjid semuanya non Muslim.
Kami sadar itu adalah hak mereka (umat Muslim) untuk menunaikan ibadahnya. Kami tidak sirik atau dengki atas kemegahan masjid ini. Kami pun juga tidak pernah ribut atau demo bila ada warga lokal yang pindah keyakinan menjadi Muslim (mualaf).
Karena kami sadar bukan agama jaminan masuk sorga, tapi perilaku, akhlak dan kepatutan pada ajaran Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Karena di pengadilan terakhir saat hari kiamat kita tidak akan ditanya"apa agamamu, tapi pada perilaku selama hidup".
Wahai saudaraku beda agama di Tanjung Balai Karimun, apakah kamu tidak punya nurani?
Apakah kamu terusik dengan ibadah kami? Apakah kamu kepanasan atau dengki melihat letak gereja di depan pintu masuk Tanjung Balai Karimun?
Ataukah kamu tidak mempunyai rasa toleransi lagi?
Satu hal yang pasti, kami minoritas tidak akan pernah surut atau hilang dari bumi NKRI ini selama Negara ini masih mengakui kami ada
Note: Masjid ini baru saja direnovasi total beberapa tahun lalu dimana ukurannya diperbesar, dipercantik, dan semakin membuat jamaahnya nyaman untuk melaksanakan ibadah, tapi kami tidak pernah mengusik hal itu, malah kami juga bersyukur teman2 kami beragama muslim dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman di tempatnya
Sudah seharusnya kita rakyat Indonesia memelihara toleransi dan kerukunan hidup beragama seperti ini.
#Bhinneka Tunggal Ika
#Sumpah Pemuda
sumber: Facebook Henri Hutasoit
Masjid megah ini berlokasi di "pintu masuk" Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara dimana populasi penduduknya adalah 99% Kristen.
Tidak pernah sekalipun kami tanya soal IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan kami pun juga tidak pernah komplain soal suara Azan ynag suara TOA tinggi.
Maksimal suara adzan yang selalu kami dengar 5 kali satu hari dan sekitar masjid semuanya non Muslim.
Masjid Taqwa di Siborong-borong Tapanuli Utara |
Kami sadar itu adalah hak mereka (umat Muslim) untuk menunaikan ibadahnya. Kami tidak sirik atau dengki atas kemegahan masjid ini. Kami pun juga tidak pernah ribut atau demo bila ada warga lokal yang pindah keyakinan menjadi Muslim (mualaf).
Karena kami sadar bukan agama jaminan masuk sorga, tapi perilaku, akhlak dan kepatutan pada ajaran Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Karena di pengadilan terakhir saat hari kiamat kita tidak akan ditanya"apa agamamu, tapi pada perilaku selama hidup".
Wahai saudaraku beda agama di Tanjung Balai Karimun, apakah kamu tidak punya nurani?
Apakah kamu terusik dengan ibadah kami? Apakah kamu kepanasan atau dengki melihat letak gereja di depan pintu masuk Tanjung Balai Karimun?
Ataukah kamu tidak mempunyai rasa toleransi lagi?
Satu hal yang pasti, kami minoritas tidak akan pernah surut atau hilang dari bumi NKRI ini selama Negara ini masih mengakui kami ada
Note: Masjid ini baru saja direnovasi total beberapa tahun lalu dimana ukurannya diperbesar, dipercantik, dan semakin membuat jamaahnya nyaman untuk melaksanakan ibadah, tapi kami tidak pernah mengusik hal itu, malah kami juga bersyukur teman2 kami beragama muslim dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman di tempatnya
Sudah seharusnya kita rakyat Indonesia memelihara toleransi dan kerukunan hidup beragama seperti ini.
#Bhinneka Tunggal Ika
#Sumpah Pemuda
sumber: Facebook Henri Hutasoit
No comments:
Post a Comment