Kota Bogor bawah kepemimpinan Walikota Bima Arya mencatat
sebuah prestasi yang mengalahkan tetangga dekatnya, Jakarta dan menjadi
terkenal di seluruh dunia. Namun sayangnya, prestasi yang diraih kota Bogor ini
bukanlah prestasi yang membanggakan.
Prestasi kota Bogor ini terkait dengan pengalaman berlalu
lintas atau berkendara. Dimana dalam hal kepuasan pengendara, Kota Bogor nangkring
di urutan ke-2 sebagai kota terburuk untuk berkendara. Bogor mencatatkan indeks
2,15 (dari 10), satu poin lebih tinggi dari kota Cebu, Filipina dengan indeks
1,15 atau yang paling buruk di dunia menurut survei yang dilakukan oleh
aplikasi navigasi lalu lintas Waze.
Hasil dari survei tersebut, Bogor dan Cebu berada di
peringkat ke-185 dan 186 dari total 186 kota di 38 negara dunia.
Potret kesemrawutan lalu lintas sehari-hari di kota Bogor yang kini beken dengan julukan "kota seribu angkot" |
Untuk penghargaan terbaik ini, kota-kota di negara Perancis
seperti Valence, Tours dan Le Mans, menempati peringkat pertama hingga tiga
teratas untuk kepuasan berkendara.
Aplikasi Waze ini hanya terfokus di negara dan kota
metropolitan dengan jumlah pengguna aktif mencapai 20.000 per bulan sehingga
keakuratan data dan perbandingan akan lebih adil. Penilaian ini melibatkan
seluruh pengguna dari 38 negara dan 235 area metropolitan.
Dalam survei ini, Indonesia juga diwakili oleh Jakarta,
Bandung, Surabaya, Denpasar yang juga mencatat kepuasan terburuk dalam
berkendara dimana semuanya mendapat nilai merah dengan rata-rata tingkat
kepuasan tidak lebih dari angka 4.
Tak pelak, hal ini membuat Indonesia masuk ke dalam
peringkat yang terburuk setelah El Salvador, Filipina, Guatemala, dan Panama.
Indeks kepuasan berkendara yang dirilis Waze ini dilakukan
secara tahunan dengan mencantumkan enam indikator, di antaranya kepadatan dan
keparahan lalu lintas, keselamatan perjalanan, kualitas dan infrastruktur
jalan, kemudahan akses ke SPBU dan parkir, analisis dampak sosial ekonomi, dan
perasaan pengguna Waze.
Dari enam indikator itu, Bogor mencatatkan indeks kemacetan
sebesar 3,2, kualitas jalan 2,6, dan ekonomi sosial 1,1. Selain keenam
indikator tersebut, Waze juga menyebutkan penyebab lain buruknya lalu lintas di
daerah tersebut adalah karena gagalnya pemerintah setempat dalam pengelolaan
lalu lintas.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, tak menampik hasil
survei tersebut.
⠀
"Bogor memang masih macet. Tahun lalu masih di bawah
Bandung dan Denpasar, tahun ini lebih buruk. Ini penting untuk kerja lebih keras
lagi terutama reformasi angkutan kota," kata Bima.
Masalahnya, kemana Anda selama ini, Pak? Kapan bekerjanya?
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment