Monday, September 9, 2019

Alasan Para Pengusaha Tak Mau Pekerjakan Etnis Sunda dan Hengkang dari Jawa Barat

Di tengah iklim ekonomi dunia yang melambat pertumbuhannya, pengusaha melontarkan pernyataan yang menohok terhadap warga Jawa Barat khususnya etnis Sunda,

Orang Sunda Pemalas
Pekerja salah satu pabrik tekstil yang masih bertahan di Jawa Barat

Hal tersebut diceritakan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum tentang penilaian salah satu pengusaha terhadap angkatan kerja dari Jawa Barat. saat mewakili Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, menghadiri peresmian salah satu pabrik kaca milik seorang pengusaha.

Dalam kesempatan tersebu, Uu bertanya pekerja di pabrik berasal dari daerah mana. Kemudian, pengusaha tersebut berkata kebanyakan dari luar Jawa Barat. Alasannya, sebab orang Jabar sedikit malas, tidak disiplin, dan kerjanya kurang bagus.

“Kami keberatan, kok jawabannya seperti itu. Apakah orangnya pemalas? Tidak disiplin? Kan tidak. Buktinya 100% pegawai Kraft orang Jawa Barat,” ujar Uu dalam Festival Kuliner Kraft di Bandung, Sabtu 7 September/2019.

Saat mendengar penilaian tersebut, Uu mengaku menyesal datang ke sana. Namun, ia harus datang untuk mewakili Ridwan Kamil. “Tapi penilaian tersebut, harus dijadikan cambuk. Saya sampaikan semuanya ke Kang Emil. Ini pelajaran dan pecut untuk orang Sunda dalam dunia angkatan kerja,” tuturnya.

Walaupun penilaian tersebut belum tentu kebenarannya, orang Jabar tetap harus mengintrospeksi diri. Orang Jabar harus memiliki kemampuan, dan integritas di masa depan.

Persoalan SDM ini pula yang menjadi target pemerintahan Ridwan Kamil-Uu. Selama setahun kepemimpinan, Uu mengklaim bisa menekan angka pengangguran. “IPM (Indeks Pembangunan Manusia) meningkat, ekonomi tumbuh baik, pembangunan infrastruktur pun memperlihatkan progress,” tuturnya. Salah satu yang didorong untuk meningkatkan SDM, sambung Uu, dengan melibatkan perusahaan. Misalnya, Kraft akan memberikan pelatihan pembuatan kue di desa terpencil. “Mereka bantu penyediaan peralatan dan pelatihan pembuatan kue hingga pelatihan untuk peternak,” ungkapnya. Pemerintah sendiri hanya menunjuk desa mana yang akan mendapatkan pelatihan. Dari model ini, tidak menutup kemungkinan ada penandatangan MoU yang lain.

Sebagai tambahan, berdasarkan pengamatan kami selama 4 tahun terakhir yang diperkuat oleh pernyataan Gubernur Ridwan Kamil tercatat ada 140 pabrik atau industri yang hengkang dari Jawa Barat. Para pengusaha memindahkan pabriknya ke Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan ke negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, Laos, Sri Lanka bahkan India karena faktor upah dan produktivitas yang kompetitif.

Bukan hanya bagi masyarakat Jawa Barat saja, hal ini seharusnya menjadi cambuk bagi bangsa kita.untuk memfokuskan pembangunan SDM  agar bisa menarik investasi sehingga bisa memacu dan menggenjot pertumbuhan ekonomi.
(Sumber: Kompas Tempo , Tempo)

No comments:

Post a Comment